Suamiku, jika kamu bahagia bersamanya. Maka Izinkanlah aku pergi. Aku sungguh tidak sanggup bertahan seperti ini terus! Kamu sekarang sudah berubah, tidak seperti dulu lagi. Kamu sekarang melupakan kewajibanmu memberikan nafkah dan batin kepadaku. Jika di rumah, tidak ada lagi surga untukku, maka izinkanlah aku pergi dari hidupmu, agar kamu tidak menanggung dosamu karena kelalaianmu!
Akankah Chandra melepaskan Tika,saat istrinya meminta untuk pergi dari kehidupan suaminya? Atau justru Chandra mempertahankan hubungannya dengan Tika, dan berubah menjadi suami yang bertanggung jawab?
Akankah, Tika akan memilih bersama hidup dengan Andrew dan menceraikan Chandra?
Yuk mampir, ceritanya disini .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pipihpermatasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Ini yang terbaik.
"Karena aku sangat membenci Ibumu! Dia yang telah merebut cinta pertamaku. Andai saja Ibumu tidak hadir di dalam kehidupanku, mungkin aku sudah menikah dengan Efendy!"
"Itu kan, masalah Ibu dengan Ibuku. Kenapa aku jadi ikut korban kebencian Ibu juga? Saya minta maaf bila Ibu saya telah menyakiti Ibu," ucap Tika, dengan wajah sendu.
"Karena kamu anaknya si Lily! Asal kamu tahu ya Tika, sampai kapan pun aku tidak akan memaafkan keluargamu! Aku akan membuat keluargamu hancur!" Bu Lena, dengan menyeringai penuh arti.
"Ibu jahat benar ya sama keluargaku. Tika, tidak menyangka ternyata hati Ibu busuk dan tidak punya perasaan!" Tika, sambil menatap tajam Bu Lena.
"Kamu berani sekali berbicara sama Ibu seperti itu hem? Kurang ajar ya kamu!" Bu Lena, mencoba menampar Tika, tapi sayang harus gagal karena Tika, dengan segera menahan tangan Ibu mertuanya.
"Ibu jangan seenaknya main tampar begitu saja sama Tika, Bu! Saya bukanlah barang yang seenaknya Ibu tampar begitu saja. Saya ini manusia Bu, punya hati dan juga perasaan!" ucap Tika, kemudian menghempaskan tangan Bu Lena lalu pergi dari hadapan Bu Lena.
"Tika ... kamu jadi orang benar-benar ya! Lihat saja Ibu akan adu kan, kamu sama si Chandra!" Bu Lena, sambil menatap kepergian Tika, dengan perasaan kesal.
Tika pun menghentikan langkahnya, lalu berbalik badan dan menatap bu Lena ,"saya tidak peduli Ibu mau mengadukan saya kepada Chandra juga, asal Ibu tahu ya saya sama Chandra, tidak ada hubungan apa-apa sekarang!"
"Maksud kamu apa berbicara seperti itu hah?" tanya bu Lena sambil mengerutkan keningnya karena merasa tidak mengerti.
"Saya sama Chandra akan bercerai!" jawab Tika dengan santai, lalu melangkahkan kakinya kembali menuju kamar miliknya.
"A-apa kamu sama Chandra akan bercerai?" ucap bu Lena dengan gugup karena merasa terkejut dengan perkataan Tika ,"baguslah kalau begitu Tika, kamu memang tidak pantas jadi menantuku!" teriak bu Lena, sambil menatap punggung Tika.
Tika pun tidak membalas ucapan bu Lena, Tika lebih memilih terus melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
*****
Chandra pun kini sudah sampai rumah lalu bergegas turun dari mobilnya dan segera berjalan ke dalam rumah.
"Ibu, apakah Tika pulang ke rumah?" tanya Chandra, kepada Ibunya yang kini sedang menikmati segelas kopi di ballroom.
"Iya dia pulang, sekarang istrimu ada di dalam kamar," jawab bu Lena sambil menyeruputi segelas kopi.
"Oke, terima kasih Bu." Chandra sambil terburu-buru berjalan menuju kamar, langkahnya terhenti tiba-tiba saat Ibunya memanggil dirinya.
"Chandra ...," panggil bu Lena.
Chandra pun berbalik badan dan menatap Ibunya lalu berkata ,"iya ada apa Bu memanggil Chandra?"
"Ibu mau bicara sama kamu sebentar, duduklah disini sama Ibu," panggil bu Lena sambil menepuk sofa untuk di duduki oleh putranya.
"Nanti saja iya Bu, sekarang Chandra harus terburu-buru menemui Tika, dulu." Chandra melanjutkan kembali langkahnya yang tadi terhenti kemudian berjalan menuju kamar Tika.
Chandra pun kini sudah sampai di kamarnya, kemudian menatap istrinya yang kini sedang memasukan baju miliknya ke dalam koper. Chandra menarik napas kemudian membuangnya dengan kasar. Chandra, berjalan menghampiri Tika.
"Tika ...." panggil Chandra, kepada istrinya.
Tika pun tidak menjawab perkataan Chandra, Tika lebih memilih diam dan fokus memasukan baju miliknya ke dalam koper.
"Tika, kalau aku memanggilmu jawab dong!" bentak Chandra terhadap Tika, tangannya sambil mencengkram kasar lengan Tika.
"Aww Mas sakit tahu, lepaskan tanganku!" ringis Tika, kesakitan. Kemudian menghempaskan tangan Chandra dengan kasar, hingga akhirnya tangan Chandra terlepas.
"Mas mau apalagi sih hah? Belum puas Mas nyakitin aku? Lagi pula tidak perlu ada yang harus kita jelasin Mas, semuanya sudah jelas. Dan aku tetap memutuskan untuk bercerai!" ucap Tika, sambil menatap tajam suaminya.
"Jika kita bercerai, memangnya kamu bisa melupakan semua masa indah yang pernah kita lewati saat dulu?" tanya Chandra kepada Tika.
"Aku tahu sulit untuk melepaskanmu. Namun terlalu sakit bila harus di paksakan. Aku hanya ingin berterima kasih untuk semuanya, untuk waktu yang sering kau luangkan. Untuk hidupku yang kembali berwarna sebelum akhirnya kau buat abu. Dan sungguh aku tidak masalah dengan perpisahan ini. Aku kira itu wajar, karena itu tandanya bahwa ternyata memang aku dan kau belum benar-benar saling mengenal," Tika, sambil menatap suaminya.
'Mengenal mana rasa sakit yang wajar dan mana yang akhirnya membuatku untuk memutuskanmu. Mungkin aku hanya heran, ternyata rumah tangga tidak bisa lantas membuat kita saling menguatkan dan paham keadaan. Paham akan perasaan, dan mengerti mengapa kita harus saling menjaga hati," sambung Tika.
'Walaupun sebenarnya aku bisa memberimu kesempatan untuk yang kesekian kalinya, tapi rasanya kekuatanku hanya sampai disini. Aku yakin Tuhan lebih tau apa yang ku butuhkan, dan mengapa semua ini harus terjadi. Yang pasti, aku percaya semua adalah yang terbaik!" Tika ,sambil membawa kopernya yang sudah selesai di kemas, lalu berjalan keluar kamar meninggalkan Chandra sendiri di kamar miliknya.
Chandra pun tiba-tiba merasa lemah, saat Tika berkata seperti itu. Kemudian duduk diatas ranjang, lalu menatap selembar kertas yang berada di ranjang.
bersambung....