Arden membenci wanita gendut yang merupakan teman masa kecilnya. Permusuhan itu semakin menjadi ketika Kayla bertunangan dengan pria bernama Steve. Selain kebencian, ada yang aneh dari sikap Arden ketika bertatapan dengan Kayla. Hasrat untuk memiliki wanita itu timbul dalam benaknya.
Sekuel dari Istri Rasa Simpanan.
Follow IG : renitaria7796
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyentuh
"Sudah cukup pestanya. Kita harus berhenti minum sekarang sebelum tidak sadarkan diri. Kamu harus kembali ke kabin milikmu," kata Arden.
"Izinkan aku di sini. Aku ingin tidur di ranjang yang empuk itu," tunjuk Kayla.
Arden menggeleng. "Tidak bisa. Aku bisa gila jika kamu tidur di ranjang itu. Balik sana, kita harus bersiap untuk besok jika kamu ingin jalan-jalan di pelabuhan."
"Oh, iya. Pesta topengnya. Aku harus membeli perlengkapan. Aku memang harus kembali ke kamar," kata Kayla.
"Biar aku antar."
Arden beranjak dari duduknya, mengulurkan tangan yang disambut oleh Kayla. Wanita itu terhuyung karena pengaruh alkohol. Arden segera menangkap pinggang Kayla dan tanpa sengaja hidung mereka bersentuhan.
Kayla malah tertawa kemudian mendorong wajah Arden. "Aku tidak ingin skinship bersama sahabat."
"Kita sudah melakukannya. Aku memelukmu, menyentuhmu. Kamu kira skinship hanya di bibir," ucap Arden.
Lagi-lagi Kayla tertawa. "Kamu ingin menyentuh bibirku? Sini, sini, biarkan aku mengecupmu."
Bibir Kayla maju untuk mengecup pipi Arden, tetapi pria itu mengelak dengan menahan wajah Kayla agar tidak mendekat.
"Singkirkan tanganmu!" ucap Kayla.
"Ayo, pulang ke kamarmu!" kata Arden. Bisa gawat jika dia berada di kamar ini. Aku tidak tahan dan bagaimanapun juga aku ini pria normal.
Arden mengiringi Kayla keluar pintu kamar, tetapi Kayla sendiri bersikeras untuk tetap tinggal. Ia bertahan dengan memegang tiang pintu.
"Hei! Jangan membuat masalah. Cepat balik ke kamarmu," kata Arden.
"Ini kamarku! Kamu yang pergi."
"Dasar pemabuk! Membuat repot saja."
Arden mengangkat tubuh Kayla ke bahunya. Kayla meronta karena posisi seperti memikul sekarung beras membuat perutnya sesak. Sementara Arden menenangkan teman kecilnya dengan memukul bagian bawah punggung Kayla agar wanita itu terdiam.
"Turunkan aku," kata Kayla.
"Diamlah. Katakan saja di mana bilikmu. Aku akan mengurungmu di sana, Pemabuk!" ucap Arden.
"Aku ingin keluar. Aku tidak tahan lagi."
Arden berhenti melangkah ketika merasakan bagian belakangnya basah. Terlebih suara Kayla yang terdengar menjijikkan. Ia terpejam, masih berada di posisi memanggul Kayla dan membiarkan wanita itu melakukan apa yang diinginkan.
"Aku tidak tahan lagi," ucap Arden. "Kaylaaaa!"
...****************...
Kayla menggigil karena kedinginan. Ia menangis karena Arden menyiram air dingin tanpa perasaan. Masalah siraman itu tidak menjadi soal, tetapi Kayla benar-benar membuat kekacauan di lantai kelas elite. Saat mengeluarkan semua makanan dari perut, para tamu kembali dari pesta.
Ia ingat teriakan Arden, bahkan sampai sekarang. Kemudian komentar tamu yang menganggapnya konyol, jorok dan entahlah apa lagi.
"Kenapa malah nangis, sih?" ucap Arden kesal. "Rambutmu sudah kering." Arden melempar handuk ke sofa.
"Ini semua karena kamu. Aku malu. Di mana aku harus menyembunyikan wajahku ini?" kata Kayla.
"Aku?" tunjuk Arden pada dirinya sendiri. "Siapa yang minum terlalu banyak?"
"Hanya dua gelas. Aku tidak akan muntah jika kamu tidak menggendongku seperti karung beras."
"Bukannya terima kasih karena aku membersihkan dan mengeringkan rambutmu, kamu malah marah-marah."
"Siapa yang marah, sih?" bantah Kayla. "Aku cuma kasih tau kalau ini semua karenamu."
"Cukup sampai di sini." Arden mendorong Kayla hingga terjatuh di atas tempat tidur kemudian menarik selimut sampai ke batas leher wanita itu. "Tidur! Jangan lagi membuka matamu."
"Kamu ingin aku mati? Masa aku tidak boleh membuka mata."
"Kaylaaaa! Aku bilang tidur. Malam ini saja aku izinkan kamu meniduri ranjangku. Aku keluar sebentar mencari angin," ucap Arden.
"Kamu ingin berkencan dengan wanita mana? Tega sekali meninggalkan aku di sini," gerutu Kayla.
"Diam atau aku akan mengusirmu."
"Baiklah, aku akan tidur."
Arden mengusap wajah, ia keluar dengan menutup pintu sedikit keras. Bukan masalah Kayla yang muntah, tetapi saat ia menyiram tubuh Kayla seperti ada kesenangan tersendiri.
Saat itu Kayla sangat seksi. Tubuhnya terlihat menakjubkan terlebih kulit yang disentuh Arden begitu halus. Hal sekecil itu saja bisa membuatnya terbakar hasrat, apalagi jika ia sampai benar-benar memiliki Kayla sepenuhnya. Tidak dapat dibayangkan jika itu terjadi.
Arden diam sembari menatap lautan dan keindahan malam. Ia dilanda dilema yang berkelanjutan. Kayla bukan wanita yang bisa ia sentuh sembarangan seperti Lauren. Kayla berbeda dan Arden tidak tahu bagaimana caranya mendapatkan gadis itu.
Ia sudah berusaha dengan menjadi musuh. Mencoba untuk tidak saling mengenal, tetapi tetap saja kalau dua orang yang saling kenal dari kecil tidak bisa berjauhan. Mereka malah dengan cepat berbaikan.
"Arden!"
Arden menoleh, ia tersenyum melihat pria matang rekannya. "Hai, Mike! Tidak menghabiskan malam dengan kekasihmu?"
"Namanya Elise. Dia tertidur setelah pesta. Sebenarnya aku hanya membutuhkannya untuk mengobrol. Dia pengertian."
"Kamu mencintai istrimu, tetapi selingkuh di luar. Pria yang aneh," kata Arden.
"Kadang wanita di luar bisa memahamiku. Ini cuma pelarian, Arden. Aku cuma lelah dengan sikap istriku."
Arden mengangguk. "Aku juga begitu. Berlari karena seseorang itu tidak bisa aku gapai."
"Apa dia teman yang kamu maksud?"
"Dia sahabatku dan aku menginginkannya. Andai dia orang lain, maka sangat mudah," jawab Arden.
"Katakan saja sebenarnya," saran Mike.
Arden menghela panjang. "Andai semudah itu. Kayla bahkan bilang kalau ia tidak ingin skinship bersama seorang sahabat."
Mike menepuk pundak Arden. "Jangan menyerah. Kalian berdua di sini. Waktu masih panjang. Manfaatkan itu sebaik-baiknya."
Arden tersenyum, lalu mengangguk. "Aku akan mencobanya."
Mike tertawa. "Baguslah. Ayo, kita kembali. Malam ini sangat dingin."
Arden mengiakan kemudian keduanya berjalan bersama menuju kabin mereka. Sesampainya di depan pintu kamar, Arden ragu untuk masuk.
Itu adalah kabin yang ia sewa. Hak Arden menempati kamar itu, tetapi ada seorang wanita yang menguasainya.
"Jangan ragu. Masuk saja. Lihat apa yang wanita itu lakukan. Semoga saja Kayla sudah tidur," gumam Arden.
Pintu dibuka secara perlahan. Arden melangkah masuk kemudian menutup kembali dengan pelan. Arden berjalan seperti seorang pencuri, dan ketika melihat mangsa yang tertidur di atas ranjang, ia malah terpaku.
"Sudah kubilang. Kayla tidak baik berada di atas tempat tidur itu."
Arden melangkah mendekati ranjang. Ia menarik selimut dan menutupi kaki Kayla yang terbuka. Kemeja putih milik Arden begitu pas di tubuh Kayla. Kaki yang ramping, bagian depan yang tiga kancingnya sengaja dibuka sungguh luar biasa indahnya.
"Dia ini sengaja, ya?" gumam Arden seraya menyugar rambutnya ke belakang.
Arden duduk berlutut di hadapan Kayla. Ia kecup kening wanita itu dengan lembut. Matanya tertuju pada bibir merah yang berisi itu. Ia menelan ludah, mencoba mendekat, lalu menyentuhnya. Arden mengecup bibir Kayla. Ya! Secara sadar ia menyatukan bibirnya pada bibir Kayla.
Arden menarik diri. "Apa yang kulakukan?"
"Arden! Kamu .... "
Bersambung