Bercerita tentang seorang anak yang bernama mugi yang terlahir sebagai rakyat jelata dan menjadi seseorang penyihir hebat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muchlis sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita terkuat.
Keter, dengan pedang sihir yang baru saja tercipta di tangannya, melangkah maju. Aura dingin dan menakutkan mengepul di sekelilingnya, membuat para perampok gemetar ketakutan.
"Si-siapa kau ini!?" teriak salah seorang perampok, suaranya bergetar.
Keter, dengan tatapan tajam yang menusuk, menjawab, "Aku Keter, bergerak di balik bayangan, untuk memburu."
"Apa?! Keter!?" Perampok itu terkesiap, wajahnya pucat pasi.
Keter tidak membuang waktu. Dengan gerakan cepat, dia menyerang para perampok, pedang sihirnya menari-nari dengan mematikan, meninggalkan jejak cahaya biru yang menyilaukan. Dalam sekejap, para perampok itu roboh, tak bernyawa, tubuh mereka terkapar di lantai dengan luka yang mengerikan.
Setelah memastikan para perampok itu benar-benar mati, Keter mendekati Chaerin dan melepaskan ikatannya. "Seharusnya kau bisa mengalahkan mereka semua, akan tetapi kau terlalu lengah dalam bertarung," kata Keter, suaranya dingin dan menusuk.
Chaerin, yang masih tercengang dengan kekuatan Keter, bertanya dengan rasa penasaran, "Kenapa engkau menyelamatkan aku? Apa tujuanmu sebenarnya?"
Keter tersenyum misterius, "Kau tidak perlu tahu siapa aku. Diriku tetaplah diriku, aku tidak berada pada jalan kebenaran dan tidak pula berada pada jalan kejahatan."
Chaerin terdiam, bingung dengan jawaban Keter yang penuh teka-teki.
Namun, dari balik kegelapan, sebuah suara dingin terdengar, "Oh, benarkah begitu?"
Keter menoleh ke arah suara itu. Seorang wanita berjubah hitam muncul dari kegelapan, wajahnya tersembunyi di balik bayangan, hanya sepasang mata tajam yang mengintip dari balik tudung. "Siapa kau?" tanya Keter, suaranya sedikit berubah, sedikit penasaran.
"Kau tidak perlu tahu siapa diriku," jawab wanita itu dengan suara dingin, "Kedatangan ku kesini hanya ingin mencoba kekuatan seseorang yang berhasil menghancurkan sekolah sihir di sebuah desa."
Wanita itu tersenyum sinis, dan Keter pun membalasnya dengan senyum yang sama, seolah-olah tertarik dengan tantangan baru. "Menarik!"
Keter kembali menciptakan pedang sihir, dan wanita itu pun melakukan hal yang sama. "Wah, kau juga pengguna sihir penciptaan," kata Keter, suaranya penuh kekaguman, "Sepertinya kita memiliki kesamaan."
"Itu tidak penting," jawab wanita itu, "Aku memulai duluan."
Dengan gerakan cepat, wanita itu menyerang Keter dengan tebasan pedang yang kuat, seolah-olah ingin membuktikan kekuatannya. Keter, dengan mudah menahan serangan itu, tersenyum lebar. "Luar biasa! Ini pertama kalinya aku merasakan gairah bertarung!"
Pertempuran pun dimulai. Keter dan wanita itu bertukar serangan dengan kecepatan luar biasa, pedang mereka berbenturan dengan kilatan cahaya yang menyilaukan, menciptakan percikan api yang kecil namun panas. Chaerin, yang menyaksikan pertarungan itu, tercengang. "Luar biasa! Mereka berada pada level yang sama," katanya, "Aku tidak pernah melihat pertarungan secepat ini."
Setelah beberapa saat, Keter mendekati wanita itu, wajah mereka saling berhadapan, jarak mereka begitu dekat. "Orang yang luar biasa," kata wanita itu, suaranya sedikit terengah-engah.
"Kau juga sama," jawab Keter, matanya berbinar dengan semangat bertarung.
Pertempuran dilanjutkan. Wanita itu melepaskan serangan sihir berbentuk bola kecil yang memancarkan sinar cahaya, menyerang Keter dengan cepat. Keter dengan mudah menangkis serangan itu dengan pedangnya dan kembali menyerang. "Serangan seperti itu tidak akan bisa melukaiku!"
"Tetapi aku belum terkena seranganmu," jawab wanita itu, sambil melayang di udara, "Aku masih memiliki banyak kejutan."
Wanita itu kembali menciptakan bola sihir, dan Keter pun menciptakan banyak pedang yang melayang di udara, menyerang dengan strategi yang lebih kompleks. Kedua serangan itu berbenturan dengan dahsyat, menciptakan ledakan yang mengguncang tanah, menghasilkan asap tebal yang menutupi area pertempuran.
Di balik asap tebal, Keter mendekati wanita itu dan berhenti tepat di hadapannya.
"Permainan malam ini sudah cukup lama berlangsung, nona. Aku akan mengakhiri nya," kata Keter dengan suara dingin, "Aku tidak punya waktu untuk permainan-permainan."
Wanita itu tahu bahwa dia akan dikalahkan. "Kekuatanmu dan aku memang jauh berbeda," katanya, "Sebelum kau menghabisi ku, boleh aku mengetahui siapa nama aslimu, tuan?"
Keter tidak menjawab. Dia bersiap untuk menebas kepala wanita itu, tetapi tiba-tiba, seseorang muncul dari kegelapan, menyelamatkan wanita itu dengan gerakan cepat. Wanita itu menghilang dalam sekejap, meninggalkan Keter yang terkejut. "Sial! Aku lengah," katanya, "Aku tidak menyangka dia memiliki bantuan."
Di tempat lain, saat wanita itu diselamatkan, seseorang berkata, "Tuan Mila begitu ceroboh, hampir saja tuan mati."
Mila membuka jubah hitamnya dan menjawab, "Bukan begitu Ayano, levelku saja yang jauh berbeda dengan dirinya. Aku hanya ingin menguji kekuatannya."
"Apa boleh aku bertanya?" tanya Ayano, "Aku penasaran dengan apa yang kamu lihat dalam dirinya."
"Ada apa?" jawab Mila.
"Tuan menciptakan aura yang begitu kuat, sehingga lawan merasa tertantang," kata Ayano, "Bukan kah itu yang dilakukan pecundang yang akan kalah di akhir?"
Mila tidak menjawab pertanyaan itu. Dia hanya diam sejenak, lalu berkata, "Kau benar, tapi ini baru permulaan. Aku akan menunjukkan padanya kekuatan sejatiku."
Pagi pun tiba. Mugi dan Chaerin bersiap-siap untuk pergi ke sekolah sihir. "Wah, pagi yang cerah," kata Mugi, "Aku sudah tidak sabar untuk pergi ke sekolah dan menjadi karakter figuran yang lemah."
Chaerin menunggu di depan pintu apartemen. "Ayo kita pergi adikku," katanya, "Kita harus sampai di sekolah sebelum bel berbunyi."
Di sekolah sihir, Mugi melihat banyak siswa yang memasuki gerbang. "Hebat! Banyak sekali siswa nya disini, aku jadi bersemangat!"
Mugi melihat Oneal yang berjalan seorang diri dengan wajah murung. "Oneal, apa kau baik-baik saja?" tanya Mugi.
"Semenjak kejadian itu, aku seperti tidak memiliki tujuan lagi," jawab Oneal, "Aku kehilangan Rida, dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan."
Tiba-tiba, seluruh siswa yang memasuki sekolah berteriak. "Wah! Lihat dia Mila kan? Orang terkuat di sekolah kita!"
"Iya, dia cantik sekali."
Mila berjalan memasuki sekolah bersama Ayano. Seluruh siswa menyapa Mila. "Selamat pagi semua," jawab Mila, "Ayo kita belajar dan berlatih sihir lebih giat lagi!"
Mila menjawab dengan melakukan pose yang lucu. Seluruh siswa menjawabnya dengan perasaan senang. "Baik!"
Mugi melihat kejadian itu dan berkata dalam hati, "M menjijikan!"
Mila melihat ke arah Mugi dan mendekatinya. "Wah, ternyata kau tidak tertarik dengan ku ya," kata Mila, "Aku kira semua orang akan terpesona olehku."
Mugi menjawab dengan ekspresi polos, "Tidak!"
Mila memasang ekspresi cemberut dan bergumam, "Hmm."
Mila melihat ke arah mata Mugi dan sedikit terkejut. Dia memegang dagunya sendiri dan memperhatikan Mugi. "Menarik," katanya, "Aku merasakan sesuatu yang berbeda darimu."
Mila tersenyum dan berkata kepada Mugi, "Ternyata kau masih anak sekolah ya, menarik. Baiklah, sampai jumpa lagi."
Mugi dan Oneal sedikit bingung dengan perkataan Mila. Namun, Mila berkata dalam hati, "Wah, ternyata dia lah Keter itu ya, menarik!"
Mila pun tersenyum sinis kembali. Mugi memegang dagunya sambil tersenyum dan berkata dalam hati, "Ternyata, dia lah wanita misterius itu, menarik sekali."
Oneal melihat Mugi tersenyum dengan ekspresi polos dan berkata, "Kamu ini kenapa?"
Mugi menutup mulut Oneal dengan telapak tangannya dan berkata, "Uupps, ini akan jadi menarik Oneal."