🌶Boleh Skip Part Boncabe🌶
Niat hati bekerja menjadi guru bimbel untuk menambah pendapatannya, justru Rini berada di situasi rumit yang membuatnya terjebak pada duda dingin yang juga dosen di kampusnya.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
"ingat, pernikahan ini hanya demi Adam. jangan harap ada cinta atau pun hubungan suami istri yang sebenarnya." Kalimat menusuk dari suami yang baru dinikahinya seketika membuatnya kecewa.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Meski tak dianggap bahkan kehadirannya seolah antara ada dan tiada dimata suaminya. Rini terus menjalankan tugasnya sebagai istri, kecuali hubungan ranjang.
Namun di suatu malam,
"Mas... tolong hentikan. Kamu sadar aku siapa?"
Pria itu terus menjamah seluruh tubuh Rini, bahkan semua pakain Rini telah disobek dan dibuang entah kemana.
"Aku tahu kamu istriku sekarang. Lakukan saja kewajibanmu untuk melayaniku" tak ada suara dengan kelembutan.
"Mash..." Rini merasakan sakit saat bagian intinya ditrobos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly_Nand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Hadiah Ulang Tahun
🌶Part Boncabe🌶
Langit sore perlahan berwarna jingga keemasan, seolah matahari ingin pamit dengan cara paling indah yang ia bisa. Angin laut bertiup lembut, membawa aroma garam yang samar, menelusup masuk ke balkon vila tempat tiga sosok itu menikmati senja.
Rini duduk berdampingan dengan Dean di sofa, bersandar pelan di pundaknya, sementara tangan mereka saling bertaut erat. Di kejauhan, suara tawa kecil Adam terdengar riang saat ia berlari mengejar bayangannya sendiri di lantai kayu balkon. Sesekali bocah kecil itu menoleh, memastikan kedua orangtuanya masih memerhatikannya dari jauh, dan begitu melihat senyum ibunya, ia kembali bermain dengan semangat seperti tak ada yang bisa melukai harinya.
Suasana senja terasa seperti pelukan hangat yang menenangkan. Tidak ada kata-kata yang perlu diucapkan, keheningan mereka justru terasa penuh makna. Rini melirik ke samping, menatap wajah Dean yang diterpa cahaya lembut matahari sore. Ada damai di sana, ada cinta yang tumbuh perlahan tapi pasti.
Di antara hembusan angin dan suara debur ombak yang jauh di bawah sana, hari itu bukan hanya penutup dari siang yang panjang. Tapi juga awal dari kehangatan yang baru, tentang pengertian, pengakuan, dan cinta yang tak lagi ragu.
"Mas, Maaf" Lirih Rini bersuara.
"Maaf untuk apa, sayang?"
"Maaf, karena ulang tahunmu hari ini tanpa perayaan. Seharusnya kita merayakannya bersama."
Dean menatap Rini dalam, ia mengusap wajah ayu istrinya dan dilabuhkannya kecupan hangat di puncak kepalanya.
"Sayang, kamu tahu? Hari ini adalah hari ulang tahun yang paling berkesan dalam hidupku. Ada kamu dan Adam, ditambah calon bayi kita, ini sudah lebih dari cukup. Bagiku, ulang tahun tidak dilihat dari pestanya. Tapi dengan siapa kamu saat ini. Terimakasih sudah mau memaafkanku. Kamu dan anak-anak kita lebih dari segalanya."
"Tapi aku belum beri Mas Dean kado apapun."
"Aku tidak butuh barang apapun lagi. Yang aku butuhkan adalah kalian yang selalu bersamaku."
Rini memeluk suaminya erat. "Terimakasih telah membuka hatimu. Terimakasih sudah mau untuk berubah lebih baik. Aku tidak akan meninggalkan Mas Dean. Dalam keadaan apapun, aku akan selalu ada untuk Mas Dean."
"Aku sungguh beruntung, sayang."
"Papa... Kenapa peluk Mama terus." Adam lari ke arah mereka. "Kalau pelukan, Adam juga mau ikut."
"Ha..." Dean tertawa melihat putranya yang protes. "Jadi Adam mau ikut peluk?, Baiklah sini Papa peluk."
Dean memeluk dua orang terkasihnya.
"Terimakasih, Papa. Adam bisa punya Mama dan Papa seperti teman-teman Adam"
Mereka berpelukan saling memberi cinta dan kasih sayang.
Malam tiba, Dean menidurkan Adam dengan membacakan dongeng. Dilihatnya sang putra telah lelap, Dean mematikan lampu utama dan menggantinya dengan lampu tidur. Dipasangnya selimut untuk menjaga kehangatan sang putra.
Setelah melihat sang putra tidur nyaman, Dean melangkahkan kaki menuju ke kamarnya.
Ceklek
Suasana gelap, Dean tidak bisa melihat apapun di depannya. Dirabanya dinding untuk mencari saklar sambil memanggil istrinya.
"Sayang? Kamu sudah tidur? Kenapa lampunya dimatikan?"
Ceklek, lampu utama berhasil dinyalakan. Betapa terkejutnya Dean mendapati sang istri berbaring miring menghadapnya dengan pose yang menggoda. Semakin menggoda dengan memakai pakaian yang tidak bisa dianggap pakaian.
"Sayang, kamu menggodaku?" Dean masih mematung didekat saklar lampu.
"Apa ini bisa dibilang menggoda?" Rini bangun dan melangkah dengan gaya lemah gemulai. "Aku hanya ingin memberi hadiah ulang tahun untuk suamiku."
Didekatinya sang suami dan di sentuhnya wajah, leher hingga ke dadanya.
"Sayang, kamu tahu kan kalau aku tidak bisa tahan dengan godaanmu?" Dean ingin mengerang karena merasakan sentuhan seduktif tangan istrinya yang sudah masuk kedalam kaosnya.
"Apa yang harus aku lakukan, sayang?" Rini masih menggoda dengan tangannya yang kini masuk untuk menjelajahi isi celana suaminya.
"Ouh... Sayang. Aku sudah menahannya dari siang. Kenapa sekarang kamu membuatnya bangun?" Dean mengeram karena merasa remasan tangan Rini di senjatanya.
"Aku tahu, karena yang sebelumnya kita tak sampai ke permainan inti. Maka, biarkan aku jadikan malam ini sebagai kado ulang tahun, sekaligus apresiasi karena suamiku yang hebat menahan diri."
"Sh... Apa ini tidak apa-apa untuk anak kita, sayang?" Dean masih menahan dirinya karena tak ingin bila menyakiti janin di perut sang istri. Itu juga yang menjadi alasan Dean hanya minta dilayani dengan tangan dan blowjob saat mereka mandi sore hari.
"Aku sudah konsultasi dengan dokter, Mas. Tidak apa-apa, asalkan hati-hati dan keluarkan di luar."
"Baiklah sayang, aku tidak akan menahannya lagi karena kamu yang sudah memulai."
Dean bergegas melepas semua pakaian yang membalut tubuhnya hingga tak bersisa. Setelahnya, diraihnya tubuh sang istri. Jarak yang dekat memudahkan Dean untuk mulai dengan mencium bibir sang istri hingga berlanjut pada lumatan dan cumbuan di sekujur tubuh.
"Ouh... Mas..." Rini terus merintih kala sang suami menjelajahi setiap bagian tubuhnya. Bahkan, pakaian yang semula dipakai Rini sudah terkoyak dan dibuang entah kemana. Dean benar-benar sudah dikuasai oleh gairahnya.
Dean mengusap lembut perut sang istri seolah ingin meminta izin pada sang jabang bayi untuk menjenguknya.
"Sayang, boleh aku mulai memasukkan milikku? Katakan bila aku terlalu kasar. Aku tidak mau melukaimu dan anak kita."Rini tersenyum dan mengangguk mendengar bagaimana Dean meminta izin padanya. Ia merasa dihargai dan dicintai.
Penyatuan yang tak hanya berasaskan atas nafsu semata. Ini yang Rini mau, penyatuan yang didalamnya ada cinta dan kasih sayang.
"Lakukan, Mas. Aku milikmu."
Malam terus bergulir, namun keduanya masih terbaring dalam diam yang hangat. Nafas mereka mulai tenang, menyatu dalam irama yang serupa. Di balik selimut putih yang melingkupi tubuh mereka, Dean membelai rambut Rini dengan lembut, seperti tak ingin waktu mencuri momen itu terlalu cepat.
Rini menyandarkan kepala di dadanya, mendengar degup jantung yang terasa seperti lagu pengantar tidur paling damai. Tubuhnya terasa ringan, tapi hatinya penuh rasa syukur, penuh cinta yang tak lagi ragu.
"Terima kasih, Mas..." bisik Rini pelan, nyaris seperti gumaman.
Dean mengecup keningnya, lama dan dalam. "Untuk apa, sayang?"
Rini tersenyum tipis. "Untuk cintamu… dan untuk usaha Mas keluar dari trauma masa lalu."
Dean diam sejenak, lalu menarik napas panjang. "Tetaplah bersamaku."
Ia menatap langit-langit kamar, kemudian kembali menunduk menatap wajah istrinya yang mulai mengantuk di pelukannya.
"Aku mungkin pernah patah, tapi bersamamu... aku ingin tumbuh lagi. Pelan-pelan, asal denganmu."
Rini tersenyum dengan mata terpejam, menautkan jemarinya ke tangan Dean yang masih menggenggamnya erat.
Di luar jendela, angin malam berembus perlahan, menggeser tirai dengan lembut. Kamar itu diselimuti kehangatan yang tak hanya berasal dari selimut, tapi dari dua hati yang akhirnya saling percaya sepenuhnya.
bukan partner ranjang ?
ok ok kalau ketemu face to face ga sengaja kamu berani to the point langsung ngmng ke dia jangan lagi lagi berbuat seperti itu
good job ra
jangan Kya rea di Pendem sendiri nangis sendiri Weh ,jangan myek2 jadi wanita be strong
lanjut /Good/
kelihatannya bagus