Alina, seorang gadis lugu yang dijebak kemudian dijual kepada seorang laki-laki yang tidak ia kenali, oleh sahabatnya sendiri.
Hanya karena kesalahan pahaman yang begitu sepele, Imelda, sahabat yang sudah seperti saudaranya itu, menawarkan keperawanan Alina ke sebuah situs online dan akhirnya dibeli oleh seorang laki-laki misterius.
Hingga akhirnya kemalangan bertubi-tubi menghampiri Alina. Ia dinyatakan positif hamil dan seluruh orang mulai mempertanyakan siapa ayah dari bayi yang sedang ia kandung.
Sedangkan Alina sendiri tidak tahu siapa ayah dari bayinya. Karena di malam naas itu ia dalam keadaan tidak sadarkan diri akibat pengaruh obat bius yang diberikan oleh Imelda.
Bagaimana perjuangan seorang Alina mempertahankan kehamilannya ditengah cemoohan seluruh warga. Dan apakah dia berhasil menemukan lelaki misterius yang merupakan ayah kandung dari bayinya?
Yukk ... ikutin ceritanya hanya di My Baby's Daddy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Erlan Ingin Nasi Uduk Lagi
Di kediaman Kakak perempuan Erlan.
"Ayo Silla, temani Om nyari pedagang nasi uduk itu. Kan Silla kenal sama penjualnya," ajak Erlan sambil tersenyum manis menatap Arsilla, keponakan cantiknya.
Arsilla nampak berpikir, ia sebenarnya enggan ikut bersama Om tampannya itu. Arsilla ingin menonton kartun kesayangannya saat ini. Namun, setelah melihat wajah memelas Om tampannya itu, akhirnya Arsilla pun mengangguk walaupun terlihat jelas bahwa gadis kecil itu terpaksa melakukannya.
"Baik, Om Erlan."
Erlan tersenyum puas, ia meraih tangan mungil gadis itu kemudian menuntunnya ke halaman depan rumah. Di mana mobil milik Erlan sudah menunggu kedatangan mereka.
"Erlan, ingat ya! Di pasar tradisional yang letaknya tidak jauh dari kantor Ayahnya Silla. Sepertinya gadis itu menjajakan nasi uduknya di sana," teriak Rara, Kakak perempuan Erlan, dari dalam rumah.
"Okeh," sahut Erlan.
Erlan membuka pintu mobilnya untuk si cantik Arsilla dan ia pun segera menyusulnya. Rara hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mobil yang dikemudikan oleh Erlan dan Arsilla melesat pergi, meninggalkan kediamannya.
"Erlan, Erlan ... kaya orang yang lagi ngidam aja. Kepengen nasi uduk sampai segitunya. Padahal 'kan nasi uduk yang kemarin itu, dia juga yang makan. Lah aku cuma kebagian wanginya doang," gumam Rara seraya berjalan menuju dapur.
"Kenapa, Nyonya?" tanya Pelayan.
"Itu si Erlan, Bi. Kayak orang ngidam aja, pengen makan nasi uduk yang sama kayak kemarin sampai terbawa mimpi katanya," sahut Rara sambil tersenyum kecil.
"Bisa jadi, Nyonya. Siapa tahu saat ini istri Tuan Erlan sedang mengandung, ya 'kan?" sahut Pelayan.
Rara terdiam setelah mendengar jawaban dari Pelayannya itu. Ia tahu dengan jelas bagaimana hubungan Erlan dan Olivia saat ini. Dan Rara tidak yakin bahwa Olivia sedang mengandung anak dari adik laki-lakinya.
Secara Erlan pernah bercerita kepadanya tentang permasalahan Erlan bersama Olivia dan lelaki itu mengaku tidak pernah menyentuh Olivia barang sekalipun.
"Rasanya tidak mungkin, Bi. Tapi ... entahlah."
Rara pun tidak ingin ambil pusing dan ia pun kembali meneruskan pekerjaannya.
Sementara itu.
Erlan dan Arsilla tiba di depan sebuah pasar tradisional seperti yang dikatakan oleh Rara kepadanya. Sebuah pasar tradisional yang letaknya tak jauh dari perkantoran Kakak iparnya, suami Rara.
"Di mana penjual nasi uduk itu, Silla? Apa kamu melihatnya?" tanya Erlan kepada keponakan cantiknya itu seraya memperhatikan suasana pasar yang sedang ramai dengan manusia tersebut.
Arsilla ikut memperhatikan sekeliling tempat itu sambil mengingat-ngingat wajah cantik Alina. "Sepertinya tidak ada, Om. Tapi, kemarin Silla bertemu dengan Kakak cantik itu si sana."
Silla menunjuk tempat pertemuannya bersama Alina kemarin. Erlan memperhatikan tempat yang di tujukan oleh Silla dengan seksama berharap gadis penjual nasi uduk itu ada di sana. Namun, ternyata gadis itu masih tidak nampak batang hidungnya.
Sementara Erlan masih setia menunggu kedatangan Alina, Alina sendiri masih asik berkeliling menjajakan dagangannya. Hari ini hasil penjualan nasi uduk Alina masih lancar sama seperti kemarin.
Dan setelah lelah berkeliling, Alina memutuskan untuk beristirahat sejenak guna melepaskan penat yang kini mendera tubuh mungilnya. Lagipula nasi uduk buatannya pun sudah habis. Kini gadis mungil itu duduk bernaung di sebuah kursi yang berada di bawah pohon mangga milik salah satu warga di kampung itu.
Alina bersandar di sandaran kursi tersebut seraya menyandarkan kepalanya. Kini kepala gadis itu menghadap ke atas di mana kedua netranya tertuju pada buah mangga muda yang menggantung di atas kepalanya.
Alina tersenyum seraya mengelus perutnya yang mulai terlihat membulat. Air liur Alina seketika keluar ketika menatap buah-buah ranum yang tergantung di atas kepalanya.
"Ah, dede pasti mau itu, 'kan? Baiklah, nanti kita beli ya, tapi yang sudah siap santap saja. Soalnya kalau beli yang ini, Mama harus bikin sambelnya lagi," gumam Alina.
Setelah rasa penatnya mulai berkurang, Alina pun memutuskan untuk melanjutkan langkahnya. Ia ingin menuju pasar tradisional, di mana ia sering membeli bahan-bahan membuat nasi uduk.
Di perjalanan, Alina berpapasan dengan penjual rujak buah yang memang sering mangkal di tempat itu. Ia membeli satu bungkus buat ia nikmati setibanya di rumah nanti.
Setelah membayar rujak buah tersebut, Alina segera memasukkan bungkusan rujak buah tersebut ke dalam keranjang dan ia pun kembali melanjutkan langkahnya.
Sementara Alina masih melangkahkan kakinya menuju pasar, Erlan dan Arsilla masih berada di pasar tradisional tersebut. Erlan mengajak Arsilla mengelilingi pasar walaupun ia harus mengeluarkan uang lebih untuk keponakan cantiknya itu.
Bagaimana tidak, ternyata di pasar tradisional itu tidak hanya menjual bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari, tetapi juga berjejer para pedagang mainan anak. Mau tidak mau, Erlan pun mengocek sakunya lebih dalam lagi untuk menuruti rengekan Arsilla yang menginginkan berbagai macam mainan.
"Om, kita pulang yuk! Arsilla sudah lelah, kaki Arsilla sudah bengkak, coba lihat ini, uhhh ...."
Gadis mungil itu mengelus kaki mungilnya sambil berpura-pura meringis kesakitan. Melihat hal itu Erlan pun tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, Gadis Manis! Sebaiknya kita pulang saja," sahut Erlan sambil mengacak puncak kepala Arsilla dengan lembut.
Erlan menuntun Arsilla memasuki mobil dan ia pun bersiap melajukan mobil tersebut kembali ke kediaman Kakak perempuannya. Walaupun sebenarnya Erlan merasa sedikit kecewa karena hari ini keinginannya mencicipi nasi uduk buatan gadis misterius yang sudah menyelamatkan keponakannya itu tidak kesampaian.
"Ayo, kita pulang!" seru Erlan yang sudah siap di depan setir mobil.
Namun, belum sempat Erlan melajukan mobilnya, tiba-tiba Arsilla berseru sambil menunjuk seseorang yang sedang berjalan, menenteng keranjang plastik berwarna merah.
"Om, itu dia Kakak cantiknya!" seru Arsilla, tersenyum puas sembari menunjuk ke arah Alina.