My Geeky Doctor

Disha mengikis jarak, semakin mendekati Rafaela dengan tatapannya yang terlihat semakin dingin. Dan tanpa sadar Rafaela malah mundur, menelan ludahnya dengan susah payah merasa takut.

Entah darimana Disha mendapatkan semua keberanian itu, hingga berani mengintimidasinya seperti ini.

"Kamu tidak peduli? baiklah, kalau begitu aku akan menunjukkan semua rekaman CCTV dari setiap sudut rumah sakit pada dokter Anna, biar beliau lihat dengan jelas saat kamu sengaja memapah tuan Rayden terlalu lama agar bisa berpelukan dengan dirimu. Cih! benar-benar seperti wanita murahan," ucap Disha, meledak sudah amarah yang ada di dalam hatinya.

Rafaela mencari masalah di waktu yang tidak tepat, disaat pikiran Disha sudah terlalu runyam dengan semua masalah yang dia hadapi, dan Rafaela seolah bersedia menjadi tempat pelampiasannya.

Mendengar ancaman itu, sesaat tubuh Rafaela gemetar. Dan di antara rasa takutnya yang semakin menguasai diri, Rafaela kembali teringat saat Disha dengan liciknya bersandiwara jatuh ketika di hadapan Samuel waktu itu.

2 kali mendapati perubahan sikap Disha, dari cupu jadi licik membuat Rafaela akhirnya mengambil sebuah kesimpulan. Bahwa gadis buruk rupa ini memiliki dua kepribadian.

Dia tak boleh kalah, harus lebih berani untuk membuat wanita cupu kembali takut padanya.

Tanpa aba-aba, Rafalea mencengkram kuat dagu Disha, namun dengan cepat pula Disha memutar tangan itu hingga tubuh Rafaela pun ikut berputar pula.

Lalu gaduh kesakitan saat merasakan tangan kanannya yang seperti terkilir.

"Awh!! lepaskan aku! dasar bodoh!"

Disha benar-benar melepaskan cekalannya, melepas seraya mendorong tubuh Rafaela hingga terhuyung nyaris jatuh.

Diperlakukan sangat kasar seperti ini membuat kedua mata Rafaela jadi berembun. Ingin marah namun terhalang dadanya yang sesak menahan tangis.

"Sekali saja, jangan sampai membuat aku mengatakannya sampai 2 kali. Terserah jika kamu ingin mendekati tuan Rayden, tapi jangan pernah bahayakan dia," ancam Disha sekali lagi, tatapannya begitu menusuk hingga membuat Rafaela membeku, tak kuasa untuk memberikan perlawanan.

Dan setelah mengatakan semua maksudnya, Disha segera pergi lebih dulu dari sana.

Setelah Disha menghilang, barulah Rafaela berani mengumpat kasar ...

"Kurang ajar, dasar psikopat, wanita gila," gerutunya tak habis-habis. Masih tak menyangka jika wanita itu memiliki 2 kepribadian. Cupu dan licik sekaligus.

"Lihatlah, saat kamu jadi cupu aku akan menghajarmu habis-habisan," geram Rafaela. Dia menyentuh pergelangan tangan kanannya yang kini mulai terasa membaik, tidak nyeri seperti tadi.

Kembali ke ruangannya. Disha membuka ponsel dan melihat beberapa pesan masuk dari Kris.

Lisa sudah aku kirim ke rumah kedua orang tua mu.

Kita tunggu sampai besok malam, lihat apa yang akan dia dapatkan.

Setelah membaca pesan itu, Disha segera menghapusnya. Sudah biasa seperti ini, dia tidak pernah meninggalkan sedikitpun hal penting di dalam ponselnya. Bahkan hanya sebuah foto pun tak ada di dalam ponsel itu.

Jam 7 malam setelah semua pekerjaannya usai, Disha pun memutuskan untuk pulang. Malam ini yang bertugas memeriksa Rayden adalah Dara.

Berjalan kaki Disha keluar dari rumah sakit itu, terus melangkahkan kakinya menuju jalan raya. Lalu mengambil sisi kiri dan pergi ke halte bus yang tak terlalu jauh dari sana, hanya berjalan sekitar 30 langkah.

Dhisa duduk di salah satu kursi yang kosong. Tak berapa lama kemudian Bus datang.

Menempuh perjalanan sekitar 20 menit dan akhirnya dia tiba di tempat pemberhentian. Kembali berjalan memasuki gang dan menuju rumah ke 5 dari sana, rumah itu adalah rumah yang Disha tempati selama ini.

Sendirian.