Ikuti setiap bab nya dan jangan lupa tinggalkan dukungannya ♥️
****
Anindira dan Anindita adalah saudari kembar yang terpisah sejak lahir. Keduanya memiliki nasib yang berbeda, Anindira sudah menikah tetapi dirinya selalu di sakiti oleh sang suami dan tidak mendapatkan kebahagiaannya. Sementara Anindita, dirinya hanya bisa menghamburkan uang dan angkuh.
Suatu hari, tanpa sengaja Anindita menggantikan peran Anindira. Dirinya masuk ke dalam kehidupan suami Anindira, dan tidak menyangka betapa hebat saudari kembarnya itu bisa hidup di tengah-tengah manusia Toxic.
Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?
SO STAY STUNE!
NO BOOM LIKE, BACA TERATUR DAN SEMOGA SUKA 😍🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26 TWINS A
Ayuna membuka setiap pintu kamar, ruangan terakhir dirinya masuk ke dalam kamar milik Daffa dan Anindira. Gadis itu terus berjalan.
"Kamarnya biasa saja, masih lebih bagus kamarku." Ayuna duduk di ranjang. "Ck, kasurnya juga sangat keras. Cih, buruk sekali!" ejeknya mengangkat sudut bibir.
Dari kejauhan mata Ayuna menangkap sebuah bingkai, dia mendekatinya dan mengambil benda itu. Mata Ayuna mendelik, mulutnya terbuka, tubuhnya gemetaran, dan persendiannya terasa melemah. Ayuna jatuh, dia terduduk di ranjang. Dadanya tiba-tiba terasa sesak, dan dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
"I—ini," Ayuna mengusap foto yang tertera dibingkai, lalu dia memegang wajahnya sendiri.
Bagaimana tidak, foto itu milik Anindira bersama dengan kedua orangtua mereka. Air mata menetes di pipi Ayuna, dia membutuhkan jawaban untuk semua ini. Saat dirinya ingin pergi, Daffa dan Zuma masuk ke dalam kamar itu.
"Anin!'' bentak Daffa menatap Ayuna dengan tajam.
'Anin? Apa wanita di foto ini bernama Anin? Aku baru memahaminya, mereka mengira aku ini Anin, karena wajah kami sangatlah mirip.' batin Ayuna. Benar adanya, jika tidak diperhatikan dengan seksama, pasti banyak yang mengira Ayuna itu adalah Anindira, begitupun sebaliknya.
Daffa mengangkat tangannya ke udara, dia hendak memukul Ayuna tetapi berhasil ditepis oleh gadis itu.
"Jangan berani menyentuhku! Aku bukan Anin mu yang dulu, kau paham?" Ayuna mencengkram tangan Daffa dengan kencang, sampai pria itu sedikit merasa kesakitan.
Ayuna pergi dari sana, dia bahkan sengaja menyenggol pundak Zuma membuat wanita paruh baya itu terhuyung ke samping.
"Dasar wanita tidak waras!" bentak Zuma setelah Ayuna menjauh.
'Apa benar dia itu Anindira? Dia baru saja beberapa jam pergi, tapi sifatnya berubah drastis.' batin Daffa heran.
"Daf, ada apa?" tanya Zuma mendekati putranya.
"Aku merasa ada yang tidak beres dengan Anindira, Ma. Aku heran, kenapa sifatnya bisa berubah tiga ratus enam puluh derajat seperti itu?" Daffa memikirkan sesuatu. 'Sepertinya aku harus pura-pura baik dan bicara manis, agar dia luluh dan menurut padaku lagi.' lanjutnya dalam hati.
****
Setelah hampir enam jam pingsan, akhirnya Anindira sudah sadarkan diri. Perlahan matanya terbuka, semua terlihat buram. Dia memejamkan mata sesaat lalu membukanya kembali. Pemandangan pertama yang Anindira lihat adalah, dua orang pria berbeda usia, saat ini tengah menatapnya dengan lekat.
Anindira menelan ludah dengan susah payah, dia merasa ketakutan.
"K—kalian siapa?" tanya Dira, suaranya lemah, hampir tidak terdengar.
"Kau sudah siuman, Nak? Syukurlah, Papa sangat khawatir." Yudha memeluk Anindira. "Kenapa ini bisa terjadi? Papa mendapatkan telepon kalau kau pergi dari rumah karena bertengkar dengan Tantemu, Nilam. Lalu, Papa mencoba mencarimu, di rumah temanmu, tapi kau tidak ada. Dan pihak rumah sakit menelpon Papa, mereka bilang kau mengalami kecelakaan dan masuk rumah sakit." jelas Yudha panjang lebar, dia sangat merasa khawatir.
Pikiran Anindira menerawang jauh ke belakang, dia kembali mengingat tentang perilaku kasar Daffa dan Zuma. Dirinya meneteskan air mata, membuat Yudha semakin takut.
"Kenapa kau menangis, Sayang? Papa disini, Papa akan selalu ada di sampingmu." Yudha menghapus air mata Anindira, dia memeluk wanita itu.
'Ayuna terlihat berbeda, tidak biasanya gadis itu menangis. Bahkan hampir tidak pernah. Apa dia sedang merencanakan sesuatu untuk kembali membuat Huru hara?' batin Raiden sambil terus menatap Anindira.
"Aiden, urus administrasi! Kita harus segera membawa Yuna pulang kerumah. Papa yakin dia tidak nyaman berada di tempat ini.'' Yudha mengelus kepala Anindira.
'Mereka ini siapa? Aku ada dimana? Aku tidak mengenal mereka, dan mereka ingin membawaku pergi? Tidak! Bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan? Jika aku tetap berada disini, siapa yang akan mengurus biaya rumah sakitku? Tapi, jika aku pergi, aku takut kalau mereka ini orang jahat.' batin Anindira bingung.
BERSAMBUNG
mudah2 an mereka saling menerima 1 sama lainnya