Setelah malam naas penjebakan yang dilakukan oleh Adik tirinya, Kinanti dinyatakan hamil. Namun dirinya tak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
Kinanti di usir dari rumah, karena dianggap sebagai aib untuk keluarganya. Susah payah dia berusaha untuk mempertahankan anak tersebut. Hingga akhirnya anak itu lahir, tanpa seorang ayah.
Kinanti melahirkan anak kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak tersebut mampu mengubah hidupnya. Kedua anaknya tumbuh menjadi anak yang genius, melebihi kecerdasan anak usianya.
Mampukah takdir mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang menghamilinya? Akankah kedua anak geniusnya mampu menyatukan kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius : Benih Yang Kau Tinggalkan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Dengannya
"Ayo kita langsung berangkat sekarang saja!" ajak Gio dan Kinanti setuju.
Gio keluar menggandeng kedua buah hatinya dan Kinanti berjalan di sebelah Bunga. Gio merasa bangga memiliki anak, meskipun dengan cara yang salah. Dia tak peduli dengan omongan para karyawannya.
"Orang kaya mah bebas, Diam-diam sudah punya anak dua," bisik Stella kepada teman satu meja dengannya.
"Hush, jangan usil! Nanti Pak Gio dengar, bisa marah besar dia. Lagi pula dia dulu di jebak sama temannya. Setahu gue, Pak Gio enggak pernah main perempuan. Dia laki-laki yang baik," sahut Desi.
"Emangnya lo tahu. Gue mah enggak percaya. Orang kaya model dia mah, pasti hobi pakai jala*ng," ucap Stella lagi. Dia menunjukkan perasaan tak sukanya. Diam-diam dia pernah mencoba mencari perhatian kepada Gio, tetapi Gio tak pernah meresponnya. Dia menganggap Stella hanya karyawannya.
Sebelum mencari rumah, Gio mengajak keluarga kecilnya untuk makan ke restoran bento. Bunga tentu saja senang. Selama hidup dengan sang bunda, bunga tak pernah merasakan makanan restoran.
"Tuan, saya duduknya di sana saja. Biar saya tak menggangu Anda dan keluarga," ujar Erland sambil menunjukkan tempat duduk yang berada paling ujung, dan Gio menganggukkan kepalanya.
Erland sengaja mengambil tempat yang cukup jauh dari bosnya, karena dia tak ingin mengganggu momen kebersamaan dengan keluarganya.
"Kalau melihat Tuan Gio, aku jadi ingin segera menikah. Ingin punya istri dan juga anak. Punya keluarga yang bahagia. Sepertinya, sudah waktunya aku mencari pendamping hidup. Semoga saja Allah segera memberikan aku pasangan hidup. Amin," ucap Erland dalam hati. Sambil menikmati makanannya.
Erland kini berusia 32 tahun. Selama ini dia selalu disibukkan dengan pekerjaannya sebagai asisten Gio. Hampir 9 tahun lamanya dia mengabdi kepada Gio. Erland memiliki wajah yang tampan, dan sikap yang hampir sama dengan bosnya. Banyak karyawan Gio yang mengatakan, kalau Erland dengan Gio adalah saudara kembar. Erland tak kalah kerennya dengan sang bos.
"Cantik banget wanita itu," tanpa sadar Erland memuji seorang wanita yang baru datang dan berjalan mencari tempat duduk. Wanita itu akhirnya memutuskan untuk duduk yang letaknya beda satu meja dengan Erland.
"Kok sendiri dia? Berarti jomblo dia? Dekati enggak ya? Ah, enggak-enggak. Gila lo Lan, baru bertemu langsung mau pedekate aja," Erland bermonolog.
Membuat napsu makan Erland hilang, dia justru asyik memperhatikan wanita itu makan. Memasuki makanannya ke dalam mulut.
Tia belum menyadarinya, kalau sejak tadi laki-laki yang berada di meja lain terus memperhatikan dirinya. Dia memang tipe wanita yang cuek. Dia lebih fokus dengan hidupnya. Ternyata bukan wanita seksi selera Erland. Wanita muslimah yang menutupi rambutnya dengan hijab, dan tubuhnya dengan pakaian syar'i. Wajahnya cantiknya alami, tanpa riasan apapun. Namun, memiliki bibir yang berwarna pink dan berkulit putih.
"Duh, gimana ya? Kalau gue enggak kenalan sama dia, enggak akan ada kesempatan lagi untuk berkenalan dengannya. Kalau dia marah, gimana?" Erland jadi galau sendiri.
Gio beserta keluarganya sudah selesai makan. Dia langsung menghampiri sang asisten yang sedang menatap wanita di depannya dengan tatapan tak biasa. Gio langsung duduk di hadapan asistennya, menghalangi Erland yang sedang menatap wajah wanita pujaan.
"Kau ini kenapa Er? Siapa yang kau tatap? Mengapa serius sekali?" tanya Gio membuat Tia menatap ke arah Erland. Netra mereka saling bertemu. Membuat Erland melongo, tak mempedulikan ucapan bosnya itu.
"Hei, kamu ini kenapa? Apa kau tak dengar ucapan saya?" tanya Gio lagi penuh penekanan. Tia melirik lagi sesekali. Dia masih belum menyadari, kalau yang sejak tadi Erland tatap adalah dirinya.
"Ayo, kita pulang sekarang! Kita harus segera mencari rumah," ajak Gio. Dia akhirnya memilih tak peduli, karena sang asisten tak menjawab pertanyaan darinya.
Tia pun sudah selesai makan, dia hendak pergi. Dia beranjak bangkit dari tempat duduknya, membuat Erland semakin gelisah. Tanpa sadar dia ikut bangkit dengan tatapan yang masih mengarah ke arah Tia. Gio yang memperhatikan sikap aneh asistennya, akhirnya dia tahu jawabannya.
"Cepat kau kejar dia! Jangan sampai kau mengalami nasib seperti saya, yang harus menunggu dirinya bertahun-tahun," ujar Gio.
"Terima kasih Tuan. Sebentar ya, saya ingin menghampiri dirinya dulu," izin Erland dan Gio menganggukkan kepalanya. Tentu saja dia mendukung tindakan asistennya. Sudah banyak jasa yang Erland berikan kepada Gio.
Erland langsung mengejar Tia yang sudah lebih dulu keluar dari restoran itu. Tia berjalan ke parkiran motornya. Saat ini Tia masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Letak kampusnya tak jauh dari restoran tempat dia makan. Rencananya dia akan kembali ke kampusnya lagi.
"Cewek! Woy! Tunggu! Duh, gue harus manggil dia apa ya?" Erland bermonolog. Hingga akhirnya Erland memilih berlari sekuat mungkin untuk mengejar Tia yang sudah melajukan motornya. Untungnya takdir masih berpihak kepadanya. Tia harus mengantri di parkiran keluar.
"Boleh aku bicara sebentar sama kamu?" tanya Erland yang terlihat ngos-ngosan. Membuat Tia merasa bingung.
"Bukankah laki-laki itu, laki-laki yang tadi di restoran?" Tia bermonolog.
"Ada perlu apa? Bicara saja! Aku harus segera ke kampus, ada jam kuliah," sahut Tia tegas.
Hingga akhirnya Erland memberanikan diri untuk meminta nomor telepon Tia. Erland langsung mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, dan siap menunggu Tia menyebutkan nomor teleponnya. Namun, diluar dugaan. Tak semudah itu Tia memberikan nomor teleponnya kepada orang yang tak di kenal.
"Maaf, aku tak terbiasa memberikan nomor telepon kepada orang yang aku kenal," jelas Tia. Dapat Tia lihat, keringat bercucuran membasahi wajah Erland. Wajah Erland terlihat tegang.
"Please aku mohon, sejak tadi aku melihat kamu. Aku sudah terpana melihat kamu," ungkap Erland. Ini hal gila yang pertama kali Erland lakukan di dalam hidupnya. Dia tak peduli, kalau saat ini dia menjadi pusat perhatian pengendara sepeda motor lainnya. Erland juga tak peduli, harus membuat bosnya menunggu dirinya mengungkapkan perasaannya kepada Tia.
"Jangan gila! Kita ini baru ketemu tadi. Ya sudah, aku tak peduli. Aku malas berkenalan dengan orang iseng seperti kamu. Kau kira aku percaya. Kau hanya membuang waktuku saja. Sudah, jangan ganggu aku! Aku bukan wanita yang mudah tertipu dengan playboy cap kadal seperti kamu. Lebih baik kau cari wanita lain. Assalamualaikum," ucap Tia.
Entah harus bagaimana caranya lagi untuk Erland meyakinkan wanita di hadapannya. Tia bukanlah wanita yang mudah percaya begitu saja. Sepertinya, harapan Erland harus musnah sudah. Erland hanya bisa memandang Tia yang pergi meninggalkan dirinya. Baru pertama kali jatuh cinta, Erland harus merasakan patah hati.