Istri Keduaku Yang Nakal

Alterio berdiri memperhatikan Julia yang sedang berpamitan dengan rekan kerjanya, matanya menyipit dengan tatapan tajam nya. Al terlihat tidak suka saat Julia berpamitan dengan gaya barat yang harus saling menempelkan kedua pipinya di pipi orang lain.

Julia tersenyum mendekati Al setelah selesai berpamitan. “Al kamu ada di sini? Kamu menjemputku?” Tanya Julia dengan wajah berseri karena senang melihat suaminya datang menjemput istrinya. Julia hendak mencium pipi Al, namun pria itu menghindar begitu saja membuat Julia kaget.

“Al? Kenapa? Kamu sedang ada masalah?” Tanya Julia karena biasanya dia lah yang lebih antusias ketika mereka berdua bertemu.

“Aku tidak suka melihat mu terlalu dekat dengan para pria itu,” ujar Al dia berjalan keluar lestoran itu di iringi Julia dari samping nya.

“Al mereka itu rekan kerjaku, kenapa kamu mempermasalahkan itu. Aku hanya memperlakukan mereka dengan gaya barat kenapa kamu marah, itu hal yang biasa saja.” Ucap Julia.

“Tapi kau sedang tinggal di Indonesia Julia! Kau harus nya membedakan budaya barat dan budaya kita. Kau terlalu dekat dengan mereka, harus nya beri merrka batasan!” Pekik Al yang terang-terangan merasa cemburu.

“Batasan? Harus nya kamu yang memberiku kebebasan! Selama ini kamu selalu membatasi ku dalam masalah pekerjaan atau pun pertemanan. Selama 4 tahun aku menikah dengan mu, aku tidak punya teman karena 24 jam kau selalu berada di sekitar ku! Kamu melarangku bekerja dan melakukan hal yang ku inginkan Al! Dan kau sekarang meminta aku kembali membatasi hidupku?” Pekik Julia dengan kesal. Mereka bertengkar di luar Lestoran sehingga suara keras mereka tidak terlalu kentara karena suara jalanan juga tidak kalah berisik nya.

Al terdiam mendengar ucapan Julia, dia kira selama ini Julia tidak pernah mempermasalahkan hal itu.

“Tolong Al, biarkan aku hidup bebas menjalani apa yang ku mau dan mencapai tuhuanku. Bersenang-senang lah dengan Lilac selagi aku sibuk, aku sudah berbaik hati memberikan kamu pengganti diriku Al.” Ujar Julia lagi membuat Al semakin tersengang mendengar ucapan jahat istrinya.

“Kamu sadar apa yang kamu ucapkan Julia? Jadi itu alasan kamu tidak marah padaku padahal aku sudah meniduri wanita lain? Dan bahkan kamu juga tidak bertanya kenapa aku meniduri nya? Apa kamu seegois itu Julia!” Pekik Al tidak percaya pada eanita yang selama ini selalu menurut padanya.

“Egois? Kau yang egois Alterio! Kau selalu mengurung ku di dalam sangkar seolah aku sebuah permata yang jika jatuh akan percah. Kamu terlalu mengekang hidupku! Aku mohon tunggu aku sampai aku mendapatkan karir yang ku ingin kan Al. Jadi jangan menggangguku dulu Al.” Ucap Julia akhir nya. Dia pergi meninggalkan Al yang masih tertegun mendengar ucapan istrinya itu.

Sekertaris Lee bergegas menbuka kan pintu mobil untuk Tuan nya. “Tuan ayo kita pergi, ada hal yang lebih penting.” Ucap Sekertaris Lee. Al pun masuk kedalam mobil dengan dada yang panas menahan emosinya.

Sekertaris Lee menjalankan kendaraan nya, dia bingung bagaimana caranya menyampaikan kabar itu pada Tuan nya yang sedang di balut emosi.

Al yang sadar jika Sekertaris Lee sejak tadi meliriknya dari kaca sepion tengah dia pun berusaha menurunkan amarahnya.

“Katakan lah paman, ada apa?” Tanya Al karena tau jika paman Lee sedang menunggunya bertanya.

“Tuan, Nona Lilac tidak ada di kamar nya.” Ucap Lee akhirnya dia merasa lega karena sudah menyampaikan kabar itu.

Al menghela nafasnya lalu menyenderka. Tubuhnya dengan lemas di sandaran kursi mobil itu.

“Oh astaga. Apa lagi ulah yang dia lakukan?” Pekiknya merasa benar-benar frustasi. Istri pertamanya meminta kebebasan dan istri keduanya yang selalu kabur-kaburan membuat Al sakit kepala dibuatnya kedua orang itu.

“Tuan, bagaimana jika ternyata Nona Lilac pulang lebih dulu. Karena kami sudah mencari nya di seluruh lantai hitel itu dan tidak menemukan nya.” Ucap Lee dia sudah mebgarahkan beberapa orang untuk mencari Lilac.

“Hah! Aku bahkan belum sempat marah karena Julia, tapi dia sudah membuatku sibuk dan kesal lagi karena ulang nya.” Gumam Al sambil memijat pelipisnya.

Sekertaris Lee hanya mengulum senyum.

“Kita pergi ke pantai dekat hotel.” Ucap Al akhirnya dia memerintah sekertaris Lee untuk pergi ke pantai terdekat.

“Tuan lalu bagaimana dengan Nona Lilac, anda tidak akan mencarinya?” Tanya Lee, dia tidak menyangka jika Al tidak peduli pada istri keduanya itu. Dan malah ingin pergi ke pantai.

“Paman, Lilac ada di sana. Jadi kita harus pergi kesana dan memarahinya karena tidak meminta ijin terlebih dulu padaku.” Pekiknya kesal karena Paman nya utu malah menambah pusing.

“Bagaimana anda tau Tuan? Bukanya dia tidak memberi tahu mu?” Tanya Lee membuat Al semakin frustsi.

“Tadi selama perjalanan menuju sini, dia mencari-cari pantai terdekat di hotel tempat kita nginap di ponselnya. Kemungkinan dia sedang ada di sana, kalau pulang tidak mungkin karena dia tidak mempunyai uang cash.” Ucap Al, “aku tau dia ga punya uang cash karena tadi dia minta uang padaku saat dia membeli makanan, paman jangan salah paham karena aaku juga sudah memberi dia nafkah.” Ucap Al merasa risih dengan tatapan paman nya yang percis sekali dengan tatapan Dad Rion saat mencurigai seseorang.

.

.

To be continued…