NovelToon NovelToon
MBOK JAMU SEKSI

MBOK JAMU SEKSI

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Tiara Pradana Putri

"Jamunya Mas," Suara merdu mendayu berjalan lenggak lenggok menawarkan Jamu yang Ia gendong setiap pagi. "Halo Sayang, biasa ya! Buat Mas. Jamu Kuat!" "Eits, Mr, Abang juga dong! Udah ga sabar nih! Jamunya satu ya!" "Marni Sayang, jadi Istri Aa aja ya Neng! Ga usah jualan jamu lagi!" Marni hanya membalas dengan senyuman setiap ratuan dan gombalan para pelanggannya yang setiap hari tak pernah absen menunggu kedatangan dirinya. "Ini, jamunya Mas, Abang, Aa, diminum cepet! Selagi hangat!" Tak lupa senyuman manis Marni yang menggoda membuat setiap pelanggannya yang mayoritas kaum berjakun dibuat meriang atas bawah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Penguasa

Rasa penasaran Marni semakin menjadi, "Lu mau kemana Marni! Udah diem disini! Orang lagi pade panas ntar Lu kena sasaran!"

"Saya penasaran Pak!" Tak bisa diam saja, Marni memilih melihat lebih dekat mendengarkan apa yang sedang menjadi sengketa antara kedua orang berpengaruh yang selama ini dikenal menjadi penguasa pasar.

"Jadi Lu juga ga tahu siapa yang bikin Lu celaka begitu?"

"Gua pikir kerjaan Lu bikin rem mobil Gua blong biar Gua celaka?"

"Walaupun Gua ada niat begitu, tapi Gua ga mau pake cara kotor begitu! Lagian Siapa juga yang mau nyelakain orang terus Gua sendiri juga hampir mati."

Babeh Ali dan Juragan Basir sama-sama bingung, bagaimana Mereka berdua menjadi korban oleh entah siapa yang berniat jahat kepada keduanya.

"Nah terus Lu kesini ngapain?"

"Ada yang minta Gua dateng! Gua pikir Lu mau nantangin Gua!"

"Ngak penting amat Gua nantangin Lu!"

Marni masih setia menyaksikan dua pria paruh baya yang masih adu urat tampak diselimuti emosi.

"Liat! Siapa tuh! Buset dah! Mobilnya menyereng amat! Gua kok kagak pernah liat ya mobil modelan begitu dimari! Buju buset! Mana bening amat tu mobil! Baru dibyka kali ya dari plastiknya!"

Semua mata tertuju pada iringan mobil-mobil mewah berwarna hitam mulus. Tak ada cacat ataupun goresan sedikitpun dan entah siapa yang datang hingga semua yang ada di situ dibuat terpana dan penasaran siapa gerangan yang datang.

Iringan mobil mewah serba hitam tertutup seakan misterius dan apik menyembunyikan siapa yang akan turun dari dalamnya.

Pintu sliding mobil terbuka. Bisa terasa hawa dingin dari dalam mobil dan aroma wangi yang begitu memanjakan indera penciuman.

"Buset! Wangi amat ya mobilnya pas kebuka! Kalah ini laundry kiloan mah!"

Ada saja celetukan yang membuat gagal fokus ditengah situasi yang mulai menegang.

Terlihat pria-pria berbadan tinggi, besar, gagah, berkacamata hitam dan jangan lupakan Mereka semua tampan dan rupawan.

"Buset dah! Ini poto model ngapa ada dimari ya? Emang udah pindah apa ya? Kagak di Mall-Mall lagi itu!"

Semua yang melihat dibuat semakin bingung, mau apa kedatangan orang-orang asing ini di lingkungan Mereka khususnya pasar.

Sebagai orang yang dituakan Babeh Ali dan Juragan Basir tentu saja tak mau menelan rasa penasaran Mereka.

"Lu pada mau ngapain dimari?" Babeh Ali angkat suara.

"Mana Boss Lu!" kini Juragan Basir juga tak mau kalah pamor.

Tampak salah seorang berwajah blasteran maju menghadapi kedua penguasa pasar.

"Buset itu mukanya kinclong amat! Mana tuh idung kayak prosotan TK. Mancung amat ampe bangir! Masha Allah ganteng banget ya!"

Mendengar celetukan salah seorang yang ada disana membuat Juragan Basir seketika menoleh dan memberikan tatapan tajam membuat si sumber suara langsung diam.

"Bapak yang bernama Ali dan Basir?" Si Pria Misterius namun tampan membuka kacamatanya dan melihat secara bergantian kepada Babeh Ali dan Juragan Basir.

"Kenape Lu nanyain Gua?"

"Terus Lu mau apa?"

Baik Babeh Ali maupun Juragan Basir sudah gerah. Siapa sih orang-orang dengan tatapan dingin tanpa ekspresi meskipun semuanya tanpan rupawan dan satu hal Wangi!"

"Ini," Si Pria Misterius memberikan kartu nama kepada Babeh Ali dan Juragan Basir.

Keduanya menerima dan membaca apa yang tertera di dalam kartu nama.

"Tuan Kami ingin bertemu dengan Bapak Berdua sekarang."

"Emang siapa Tuan Lu seenaknya nyuruh-nyuruh Gua!" Juragan Basir dengan arogan tak terima siapa yang berani memerintah dirinya.

"Dimana Tuan Lu! Gua mau ketemu!"

Juragan Basir menoleh kepada Babeh Ali. Tak menyangka dengan tanggapan sang rival.

"Silahkan naik ke mobil. Kami akan antar langsung bertemu Tuan Muda."

"Enak aja! Bilang dulu siapa Tuan Lu!" Juragan Basir lupa tadi dia belum setuju untuk ikut kini malah kembali menantang.

Perlahan Si Pria Misterius semakin berjalan mendekati Juragan Basir.

"Jangan banyak bicara! Lebih baik ikut saja sebelum menyesal!" kata-kata penuh penekanan dan sukses membuat Juragan Basir menciut.

Babeh Ali sempat melihat keberadaan Marni sebelum Ia dan Juragan Basir masuk ke dalam mobil si Pria Misterius.

Setelah keduanya dibawa, tentu saja warga pasar lain ikut kisruh.

"Eh kasih tahu Si Udin! Mertuanye dibawa sama orang serba item-item."

"Lah terus siapa yang kasih tahu Umi Halimah, lakinye dibawa orang item-item."

"Lu aja dah! Males Gua kerumah Juragan Basir, Bininye yang nomor dua bawel kayak petasan banting!"

Marni masih terpaku. Entah mengapa pikiran Marni menjadi rumit melihat kejadian barusan.

"Mar, Lu ngapain baru balik! Lu gak takut emang? Itu Babeh Ali sama Juragan Basir gak lagi diculik terus dibikin ilang kan ye?"

"Lu kira sekarang jaman ape yang bisa nyomot orang terus dibikin ilang? Udah bukan jamannya toh?"

"Ya kali, namanye itu bedua penguasa pasar, ada yang lebih kuasa lagi kali."

"Lah Lu mau kemana Mar?"

"Balik Pak."

"Salam dah buat Bude Sri."

"Iya."

Sebelum pulang Marni melanjutkan belanja untuk dagangannya dan menyampaikan pesan Bude Sri soal pesanan ikan basah.

Sepanjang jalan, Marni kembali mengingat dan terpikir kejadian tersebut.

"Kira-kira siapa ya yang jadi penguasa sebenarnya? Kok bisa Babeh Ali dan Juragan Basir dibawa Mereka?"

"Ya Allah Gusti. Diatas langit ternyata masih ada langit." Marni memutuskan naik becak agar memudahkan membawa segala belanjaannya.

"Nduk, sini Bude bantu." Bude Sri melihat kedatangan Marni dengan becak dan belanjaan yang banyak turut membantu membawanya.

"Gapapa Mbok. Biar Marni saja. Ini berat."

"Rapopo Ndok. Ini sih gak berat. Loh yo Kamu kok lama. Ada apa di pasar?"

Marni ragu, apakah ia harus menceritakan kepada Bude Sri mengenai kejadian yang baru saja ia saksikan.

"Loh ditanya malah bengong? Capek yo? Yowes. Makan dulu Ndok? Wis mangan Ora?"

Gelengan Marni membuat Bude Sri tersenyum, "Kamu kebiasaan Ndok, sering lewati makan. Jangan dibiasakan. Nanti sakit lambung. Ayo mangan dulu."

"Iya Mbok. Marni mau shalat dulu saja takut keburu habis waktunya."

"Yowes. Sana."

Marni masuk ke dalam kamar. "Aku cerita gak ya soal tadi ke Bude?"

Dilema. Marni entah mengaoa enggan menceritakan perihal tadi ke Bude Sri.

Marni mengkhawatirkan Bude Sri semakin kepikiran dan jadi sakit.

"Nduk, iki rempahnya Bude sekalian jemur ya, biar kering." Terdengar suara Bude Sri dari kuar kamar.

"Iya Bude."

Marni segera kekuar kamar, menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Segera Marni menunaikan kewajibannya sebelum waktunya habis.

"Ayo makan Nduk. Bude tadi sudah makan pas habis masak."

Sudah menjadi kebiasaan setiap hari Bude Sri selaku memasak untuk makan Mereka.

Padahal Marni sudah mengatakan bahwa Biar Marni saja yang memasak Bude Sri sudah lelah jualan sayur.

Tapi Bude Sri mengatakan bahwa Ia senang, karena akhirnya bisa merasakan memasak kembali untuk keluarganya.

Tentu saja mendengar jawaban itu membuat Marni tak tega membantah, karena Marni tahu selama ini Bude Sri hidup sebatang kara.

"Oh iya Ndok, di pasar ada kabar apa?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!