MBOK JAMU SEKSI

MBOK JAMU SEKSI

Penjual Jamu

"Jamunya Mas," Suara merdu mendayu berjalan lenggak lenggok menawarkan Jamu yang Ia gendong setiap pagi.

"Halo Sayang, biasa ya! Buat Mas. Jamu Kuat!"

"Eits, Marni, Abang juga dong! Udah ga sabar nih! Jamunya satu ya!"

"Marni Sayang, jadi Istri Aa aja ya Neng! Ga usah jualan jamu lagi!"

Marni hanya membalas dengan senyuman setiap ratuan dan gombalan para pelanggannya yang setiap hari tak pernah absen menunggu kedatangan dirinya.

"Ini, jamunya Mas, Abang, Aa, diminum cepet! Selagi hangat!" Tak lupa senyuman manis Marni yang menggoda membuat setiap pelanggannya yang mayoritas kaum berjakun dibuat meriang atas bawah.

Marni menerima gelas-gelas kosong menuangkan air jahe hangat sebagai penetral pahitnya jamu yang diminum oleh pelanggannya.

"Jahenya Neng Marni banget!" Sambil mengembalikan gelas kosong pada Marni.

"Kenapa Aku toh Aa?"

"Manis!" Tawa genit Asep salah satu member Jamu Marni yang tak pernah absen menunggu jamu Marni.

"Sa Ae Lu pinggir koreng! Modus Lu! Modal Kardus!" Bang Urip yang juga pelanggan setia Marni mengeplak kepala Asep tanpa dosa.

"Jangan dengerin Mereka Dek, pokoknya sama Mas Joko aja, dijamin hidup tentram." Joko memasang senyum mesum malah membuatnya diamuk kedua rekan sesama kuli bangunan, Asep dan Urip.

"Pale Lu Tentram! Noh Anak sama Mantan Bini urusin! Duda bapuk Lu!" Tawa Urip kembali meledek Joko.

Sudah menjadi pemandangan yang biasa bagi Marni melihat pelanggannya saling ribut dan berdebat saat menikmati jamu buatannya.

"Ayang Marni mau kemana? Buru-buru amat. Abang kan masih kangen ini!" Urip membantu Marni mengikat bakul Jamu.

Tentu saja Urip dan Joko tak mau kalah bahu membahu menolong Marni yang sudah siap akan kembali keliling.

"Dah Aa, Abang, Mas, dilanjut lagi kerjanya. Besok tak mampir lagi. Jangan lupa beli lagi. Sekarang Marni mau keliling lagi. Nanti keburu siang. Permisi." Marni memberikan kiss bye buat ketiga pria yang kini sudah meneteskan liurnya melihat bongkahan bumper belakang milik Marni yang bergeal-geol.

"Astaga Naga! Tuh bumper pulen amat ya! Bikin pikiran Gua ngeres aje!" Bang Urip sampai ternganga seolah Marni masih ada dipelupuk matanya.

"Duh Gusti, tak kelonin bawaannya kalo lihat si Marni!" Joko mengusap dadanya namun entah apa yang dibayangkan hingga juniornya ikut upacara.

"Rip! Ko! Lah Marninya udah ga ada! Kalian kenapa atuh masih mandangin jalan. Mana Lu Ko, itu Otong diamanin! Baperan amat! Gitu aja bangun!"

Urip melirik kearah celana Joko yang memang sudah menonjol, "Buseng dah Ko! Lu Engas banget jadi laki! Ngeri dah!"

"Loh! Ya Aku kok ditinggalin! Gawat ini! Telat bisa dipecat sama mandor!"

Joko berlari menyusul kedua rekan sesama kuli kembali ke proyek tempat Mereka mengais rezeki.

Sementara Marni melanjutkan keliling Kampung menjajakan Jamunya. Meski tak sedikit kaum hawa berlabel Ibu-Ibu memicingkan mata. Menatap waspada karena takut Suami-Suami Mereka malah melirik Marni, Si Penjual Jamu yang seksi dan bahenol.

"Jamu, Jamu! Jamune Mas, Mbakyu! Jamu kuat! Jamu rapet! Jamu Galian Singset! Pokoke segala Jamu ada di Marni!"

Marni mengusap keringat yang mengucur di dahinya.

"Marni! Jamu!"

"Siap Bue cantik!"

Seorang wanita memanggil Marni. Tentu saja senyuman Marni merekah. Cuan datang senyumpun mengembang.

"Mar ada Jamu apa?" Si Wanita melirik pada bakul jamu Marni yang berisi banyak botol-botol dengan beragam warna.

"Yo macem-macem Mbakyu yang cantik. Mbakyunya mau jamu opo toh? Ada Jamu Galian Putri, Jamu Galian Singset, Jamu Sari Rapet, atau ini rahasia tapi wes tak kasih bocoran buat si Mbaknya, Ramuan Madura Asli, bikin rapet, keset dan greget!" Kalimat terakhir Marni bisikan meski terdengar juga.

"Serius itu Mar. Khasiatnya Oke ga!" Penasaran dong si Wanita dibuat oleh Marni.

"Ck, dijamin, manuk'e si Mas kalo masuk bisa kelojotan kalo Mbakyunya habis minum ini." Setelah membisikan kata-kata fantastis Marni mengedipkan mata pada si pelanggan.

"Boleh deh. Coba satu!"

"Siap! Tak racikin dulu. Mbaknya sabar ya."

Marni dengan piawai meracikan Jamu pelanggan sang Pelanggan.

"Langsung diminum selagi anget. Wes tunggu 1 jam kalo mau tempur. Kalau mau malem juga masih ada khasiatnya."

Tanpa ragu sang pelanggan meneguk Jamu racikan Marni dengan perasaan dag dig dug.

"Eee! Pahit Mar!" Ekspresi mencebik setelah menuntaskan segelas Jamu Pamungkas yang diberikan Marni.

"Ini, minum dulu. Biar pahitnya ilang." Marni menuangkan air jahe kegelas dan langsung ditenggak hingga tandas oleh sang pelanggan.

"Tambah lagi Mbakyu?"

"Cukup Mar. Bisa kembung Saya."

"Pokoknya. Nanti malam si Mas bakal nambah-nambah. Percaya deh sama Marni."

"Bener ya!"

"Dijamin!"

"Berapa Mar?"

"Khusus yang tadi karena Ramuan Khusus jadi sepuluh ribu saja Mbakyu."

"Dua kali lipet ya Mar dari Jamu biasa."

"Ya kan itu khasiatnya super Mbakyu. Rapopo toh, mahal sedikit tapi dijamin sesuk pasti bakal nyariin Marni."

"Loh kok malah nyariin Kamu?"

"Maksud Marni nyariin buat beli Jamu lagi toh!"

"Kirain! Awas aja kalo Lu berani ngembat laki Gw!"

"Wah, Mbakyu jangan kuatir, Marni begini-begini ga nafsu sama laki orang! Tapi kalo Lakinya yang nyosor ya jangan salahin Marni toh!"

"Dah sana Mar, keliling lagi!"

"Lah ini juga mau keliling. Makasi Mbakyu, semoga langganan terus yo!"

Marni tak ambil pusing dengan semua ucapan apapun yang diucapkan para pelanggannya. Bagi Marni selama Jamu jualannya laris manis, pulang botol kosong bawa duit banyak sudah bikin Marni bahagia.

Walaupun tak sedikit cemoohan dan stigma negatif yang disudutkan kepadanya. Tapi Marni tetap cuek saja. Karena baginya yang penting jamunya laris dan cuan. Di otak Marni hanya ada Cuan, Cuan dan Cuan.

"Alhamdulillah. Laris manis tanjung kimpul. Jamune laris, duite kumpul! Ah senengnya Aku. Wes pulang sekalian belanja bahan bikin Jamu."

Marni yang duduk dibawah pohon sambil membuang air bilasan gelas yang sudah bersih. Botol-botol kosong yang ada dalam bakul gendongan kembali ringan tak seberat saat baru keluar karena penuh terisi Jamu. Berganti dompet kain batik milik Marni yang kini penuh hasil berjualan Jamunya dari pagi hingga tengah hari.

"Alhamdulillah. Setiap hari begini. Tapi kok yo Marni ga kaya-kaya ya. Lah mau beli motor second aja belum keturutan."

"Wes lah. Sing penting buat bayar kontrakan ada, makan yang lumayanlah walau ikan asin lagi-ikan asin lagi. Cuma ini kenapa Tabung Gas Melon pake acara langka. Marni bingung gimana kalo susah beli Gas nanti godog Jamunya mesti cari Kayu bakar."

"Lagi Pemerintah yo Ada aja, tabung Gas Melon pake acara distop. Yo Marni mana mampu beli yang tabung gede. Apalagi yang warna pink. Muahal! Nanti kalo Jamunya naik ya langganan Marni kabur! Mestinya Bapak Presiden ngundang Marni biar denger keluhan penjual Jamu kayak Marni."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!