Penikahan yang seharusnya berjalan bahagia dan penuh dengan keharmonisan untuk sepasang suami istri yang baru saja menjalankan pernikahan, tapi berbeda dengan Evan dan dewi. Pernikahan yang baru saja seumur jagung terancam kandas karena adanya kesalah pahaman antara mereka, akankah pernikahan mereka bertahan atau apakah akan berakhir bahagia. Jika penasaran baca kelanjutannya di novel ini ya, jangan lupa tinggalkan komen dan like nya… salam hangat…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian Evan.
Decakan demi decakan terdengar di dalam apartemen Evan, desahan dari mulut dewi membuat suasana di dalam apartemen Evan semakin terasa panas.
Tayangan drama di layar televisi besar di depan mereka tak dapat menggalihkan atensi sepasang kekasih yang baru saja resmi jadian, mereka saling bertukar saliva dan saling memadu kenikmatan rasanya berciuman.
Terdengar suara handphone bergetar yang membuat atensi mereka teralihkan, dewi yang dengan terpaksa melepaskan ciumannya melihat siapa yang telah menghubunginya. Melihat nama pemanggil di layar handphonenya dengan segera dewi mengangkatnya, terdengar suara dini yang menyapa dewi terlebih dahulu.
“Halo sayang, ini sudah hampir sore. Kenapa kamu belum sampai di rumah, di mana kamu sekarang…?”
Tanya dini yang tidak memberikan kesempatan untuk dewi menjawab, melihat wajah dewi yang terlihat pucat Evan mendekat dan menggambil alih handphone milik dewi.
“Halo tante ini Evan, dewi sekarang ada bersamaku. Tanya tidak usah kawatir, dia baik baik saja kog.”
“Syukurlah kalau begitu, sekarang di mana dewi van…?”
“Dia masih ada di kamar mandi tant, mungkin kami pulang agak malam. Soalnya tadi dewi aku ajak jalan jalan dulu, maaf kalau Evan lupa memberitahu tante.”
“Oh… tidak apa apa van, tante percaya sama kamu. Ya sudah kalau begitu, oh iya… tante sama om akan pergi selama beberapa hari, jadi tante titip dewi ke kamu ya. Mungkin kami pulang lusa, kamu tidak keberatan kan van jika tante titip suruh jaga in dewi.”
”iya tant, aku akan jagain dewi. Tante hati hati di jalan ya… apa tante ingin bicara sama dewi, kebetulan dia sudah ada di sini.”
Dewi mengeryit melihat Evan yang tiba tiba menyerahkan handphone miliknya, dengan segera dewi menerima handphonenya dari tangan Evan.
“Halo ma..”
“Sayang… mama sama papa akan pergi ke luar kota untuk beberapa hari, ada masalah di perusahaan cabang. Kamu sama kak Evan dulu ya untuk beberapa hari, mungkin lusa mama dan papa baru bisa pulang.”
“Iya ma tidak apa apa.”
“Nanti sepulang dari sana kita jalan jalan, bagaimana…”
“Iya ma…”
“Ya sudah sebentar lagi mama akan berangkat, jadi mama pamitan di sini nggak apa apa kan. Katanya kamu lagi jalan jalan sama kak Evan, jadi mama tidak ingin ganggu waktu bersenang senang kalian. Mama berangkat dulu sama papa ya, love you.”
“Mama sama papa hati hati di jalan ya, kabari kalau sudah sampai di sana. Love you to…”
Mendengar sambungannya sudah terputus, dewi segera meletakkan handphone nya ke atas meja. Melihat wajah dewi yang terlihat sedih, Evan mencoba menghibur kekasih bocilnya tersebut.
“Bagaimana kalau kita jalan jalan ke puncak, kebetulan besuk hari minggu jadi kita puas puas in jalan jalan gimana… dan malam ini kita tidur di sini aja, kita nggak usah pulang.”
Dewi menatap Evan dia melihat wajah Evan yang terlihat serius dnegan ucapannya.
“Kamarnya cuma satu kak, apa kita harus tidur satu kamar.”
Ucap dewi melihat ke arah kamar Evan yang ada di depannya.
“Hmm… why not, aku juga tidak akan berbuat macam macam dengan kamu. Bagaimana apa kamu mau sayang…”
“Ish… kakak, sok sok kan panggil sayang, biasanya juga panggil nama doang.”
“Itu dulu, sekarang aku akan panggil kamu seperti itu. Kecuali di depan om dan tante.”
Evan yang gemas dengan dewi mencium singkat bibir dewi yang terlihat membungakan karena ulahnya, dewi yang terkejut dengan perlakuan Evan dengan kesal memukul dada Evan.
“Kakak…”
“Habis manis, jadi ingin melakukannya sekali lagi. Boleh…?”
Melihat respon dewi yang menganguk pelan membuat Evan kembali mencium dewi, dengan lembut dan pelan Evan kembali melumat bibir bengkak dewi. Dewi yang juga menginginkannya membalas lumatan Evan dengan lembut, dia mengikuti apa yang Evan lakukan.
Decakan dan lenguhan kembali terdengar di ruangan apartemen Evan, televisi yang menyala menjadi saksi akan keromantisampn mereka. Evan yang tidak hanya mulut dan lidahnya yang aktiv, tangan punya juga aktif menyentuh dan mengelus paha mulus milik dewi.
Merasakan elusan tangan Evan, dewi melenguh dengan tidak sadar. Evan yang merasa seperti terhipnotis mendengar suara erotis dari dewi merasa terpancing kejantannannya, dengan kurang ajarnya tangan Evan beralih memegang squisy milik dewi dan meremasnya dengan sedikit kencang.
“Eungh… kak sakit.”
Lirih dewi yang seketika menghentikan gerakan tangan Evan, kesadaran Evan kembali pulih seutuhnya dia juga melepaskan ciumannya.
“Maaf sayang… aku sudha menyakitimu, maaf ya…”
Kecupan mesra Evan bubuhkan di kening dewi, merasakan perhatian Evan yang tak bisa membuat dewi merasa di atas awan. Perasaan terpendam yang selama ini mereka rasakan, hari ini terjawab sudah.
Sepasang kekasih yang beda usia itu kini tengah menghabiskan waktu mereka berdua di dalam apartemen mewah milik Evan, saat menikmati film di depan mereka terdengar bunyi nyaring dari perut dewi.
( kruuuk… kruuuk… kruuuk..)
Evan menoleh menatap dewi yang menundukkan kepala karena malu, dengan senyum lebar Evan tertawa dan sekaligus meminta maaf ke dewi karena tidak memperhatikannya.
“Kamu lapar…”
Senyuman di bibir Evan membuat dewi teringat akan ciuman panas mereka yang baru saja tadi mereka lakukan, Evan segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah meja pantri. Hari ini dia akan memasakkan menu spesial untuk kekasih bocilnya, melihat Evan yang memasangkan apron di tubuhnya dewi berinisiatif membantunya.
“Apa yang akan kamu masak kak, biar aku bantu.”
“Hmm… boleh sini sayang, aku dengar kamu pandai memasak.”
Panggilan Evan terdengar sangat asing dan aneh di telinga dewi, Evan yang sebelumnya memanggilnya dengan sebutan nama kini beralih dengan panggilan sayang.
“Kak… aku merasa aneh dengan panggilan itu, entah kenapa seperti sangat asing di telingaku.”
Dewi mendekati Evan dan berdiri di sampingnya, tinggi dewi yang hanya sebatas di pundak Evan menjadikan Evan sedikit menunduk jika ingin berbicara dengan kekasih bocilnya itu.
“Kamu harus terbiasa jika kita berdua seperti ini, aku akan memanggilmu seperti itu. Apa perlu aku panggil kamu seperti sebutan kamu saat masih kecil.”
Mengingat panggilan yang paling dia benci saat Evan memanggilnya, membuat dewi langsung menggelengkan kepalanya. Dia memeluk tubuh tegap Evan dari samping dengan sangat erat, merasakan pelukan dewi Evan yang tadinya akan menggambil bahan bahan yang akan di masak ke dalam kulkas mengurungkan niatnya.
“Sayang apa masih belum cukup, apa aku harus melakukannya lagi seperti tadi.”
Dengan cepat dewi melepaskan pelukannya, dia melirik melihat Evan yang tersenyum jumawa.
“Ish… kakak, udah deh sana masak. Biar aku yang lihatin kamu aja, jadi nggak mood bantu kalau kakak pikirannya itu itu aja.”
Dengan langkah cepat dewi berjalan dan duduk di kursi yang ada di depan Evan, mereka hanya bersekat meja. Dewi bisa melihat Evan yang dengan cekatan memotong sayuran dan menyiapkan segalanya sendiri, sampai dewi terbengong melihat yang dengan cekatan melakukannya sendiri.