Vina, seorang Ibu yang rela dan sabar menahan sakitnya perlakuan KDRT dari suami terhadap dirinya selama sepuluh tahun terakhir.
Ketika, Adit anak pertamanya berkata bercerailah bunda. Saat itulah dia tersadar akan sakitnya dan sia-sia semua perngorbanannya.
Akankah semua berjalan lancar?
Yuk, ikuti kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 25
"Begini dong Mas, tegas sama Ibu. Kalau uang segini kan enak kita bagun rumah." ucap Nadin saat melihat sejumlah uang yang ada di tangan Anwar, dan sebagian lagi ada pada rekening Anwar.
"Iya, semua ini berkat ide kamu. Makasih sayang." ucap Anwar. Setelah melihat semua uangnya.
Akhirnya Anwar setuju dengan ucapan Nadin. Jika Sarah memang harus bekerja. Karena sudah cukup selama ini Sarah hidup dengan uang hasil pembayaran sewa dari ruko dan kontrakan.
"Tapi Ibu, minta hasil sewa toko anak kita dibagi dua dengannya." kata Anwar.
"Ya gak boleh dong Mas. Ini hak anak kita. Kan Ibu yang ngasih. Bukan kita yang minta, lagian baru cuma toko. Mama sama Papa udah lebih malah ngasih sama aku, dari acara 7 bulanan sampai kemarin akikah anak kita. Papa loh semua yang nanggung." papar Nadin.
"Lagian Ibu kan masih punya kontrakan dan pensiun Bapak. Bisalah untuk menutupi kebutuhan Ibu. Apalagi jika nanti Sarah udah kerja. Otomatis pengeluaran Ibu lebih sedikit." lanjut Nadin.
"Aku ngomong gini karena sayang sama Ibu Mas, mau sampai kapan ibu ngurus kebutuhan Sarah." tambah Sarah saat melihat Anwar hanya diam.
Akhirnya Anwar pun membenarkan ucapan Nadin. Dia bertekad tidak akan memberi uang yang dimintai Ibunya.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Bunda, bagaimana jika nanti aku gak melanjutkan kuliah?" tanya Saka.
Vina dan Iqbal, terkejut dengan pertanyaan dari Saka. Sekarang mereka lagi makan malam diluar. Kebetulan sekarang malam minggu. Jadi Iqbal libur.
"Kenapa?" tanya Vina lembut. Dia tidak ingin anaknya terintimidasi.
"Aku ingin kerja saja Bun, soalnya aku gak berminat untuk kuliah." jawab Saka.
"Kan bisa bekerja." perkataan Vina berhenti. Karena Iqbal menggenggam tangannya. Dan Iqbal pun menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana jika kamu mengurus kafe Bapak? Tapi, jika nanti kamu tidak bisa menunjukkan hasil yang baik. Atau omsetnya berkurang. Berarti kamu harus mengikuti perkataan Bunda mu untuk kuliah." tawar Iqbal.
Sejak Iqbal, sah menjadi suami Vina. Iqbal menyuruh Adit dan Saka untuk memanggilnya dengan sebutan Bapak.
"Baiklah, aku setuju. Makasih Bapak." ucap Saka sambil merangkul pundak Iqbal.
Vina yang melihat kedekatan antara suami dan anaknya pun terharu. Andai Anwar bisa begitu, pasti anak-anak akan sangat bahagia.
🍁🍁🍁🍁🍁
Setelah kepergian suaminya, Rasti berniat ingin berkunjung ke rumah Vina. Tetapi dia harus menunggu hari senin. Hari, Iqbal bekerja. Dia ingin menekan Vina. Dan memberitahu jika Iqbal mandul.
Ditempat lain, Bu Fatma ingin agar Sarah jangan bekerja, dia ingin agar Sarah selalu ada bersamanya. Karena Bu Sarah akhir-akhir ini sering mengeluh kepala pusing. Makanya dia ingin Sarah menjaganya. Dan untuk kebutuhan Sarah, Bu Fatma siap menanggung semuanya. Makanya dia meminta, setengah harga dari pembayaran sewa ruko yang sudah dikasih untuk cucu perempuannya.
Bu Sarah, berpikir untuk siapa lagi uangnya dihabiskan, kalau bukan untuk anak-anaknya. Tetapi, karena Anwar, belakangan ini sering menghubunginya hanya untuk mengingatkan Sarah agar cari kerja, Bu Fatma bertekad bahwa semua kontrakan akan diserahkan pada Sarah kelak. Dan dia juga ingin memberi Adit dan Saka masing-masing satu kontrakan.
Padahal Bu Fatma, sudah memberitahu pada Anwar, jika Sarah dia larang bekerja. Biarkan Sarah di rumah untuk menemaninya yang belakangan ini sering pusing. Tetapi Anwar malah mengatakan, jika Bu Fatma pasti pusing gara-gara memikirkan Sarah.
🍁🍁🍁🍁🍁
Vina mengantarkan suaminya untuk bekerja, hati ini dia memutuskan untuk pindah ke rumah Iqbal. Tetapi sekarang Vina lagi membereskan pakaiannya. Sedangkan Saka sudah berangkat sekolah. Kemarin baju Saka sudah disiapkan.
Akhirnya dengan perdebatan yang panjang, laundry ditutup Lisa dan Hera disuruh untuk bekerja di rumah sakit sebagai tukang bersih-bersih. Mereka bekerja di rumah sakit yang sama dengan Iqbal.
Dulu Vina juga bekerja disana, tetapi banyak perawat yang melupakannya. Kecuali yang benar-benar akrab dengannya. Apalagi banyak para perawat dan dokter-dokter baru. Yang tidak mengenalinya sama sekali.
Saat Vina bekerja disana, mungkin dr. Iqbal sedang KOAS disana. Apalagi Vina yang bertugas bersih-bersih diruang kebidanan, membuat mereka tidak pernah bertemu sekalipun.
Saat Vina masih di kamar, dia mendengarkan suara mobil. Dan tak lama kemudian suara ketukan di pintu rumahnya.
"Hai, terkejut!" ucap Anwar.
"Mau apa lagi sih Mas, aku lagi banyak kerjaan. Maaf ya." ucap Vina malas. Dia hendak menutupi pintu tetapi deli tahan sama Anwar.
"Aku ingin mengabarkan, jika aku dan Nadin akan membangunkan rumah lantai dua yang mewah. Kamu jangan iri ya!" seru Anwar.
"Lagian aku kesini juga ingin memberikan uang untuk anak-anak kita. Tolong berikan untuk mereka. Sampaikan sama Adit dan Saka jika aku tetap memberikan nafkah untuk mereka." lanjut Anwar, menyerahkan amplop coklat.
Sebenarnya Anwar merindukan Vina, makanya dia datang ke rumah Vina. Memberikan uang adalah alasan yang tepat untuk bisa bicara dengan Vina.
Vina menerima amplop tersebut. Bagaimanapun Anwar adalah Ayah dari anak-anaknya. Dan dia menerima uang yang diberikan Anwar. Karena itu merupakan hak anak-anaknya.
"Terimakasih. Nanti akan aku sampaikan." ucap Vina.
"Apakah kamu bahagia?" tanya Anwar.
"Menurut Mas, apakah aku bahagia?" tanya Vina balik.
Anwar bisa melihat rona bahagia di wajah Vina. Berbeda saat bersamanya dulu.
"Kenapa anak-anak tidak pernah ke rumah untuk menjenguk adiknya. Bagaimanapun Rania adalah adik mereka. Apakah kamu melarangnya?" tanya Anwar.
"Aku tidak pernah melarang mereka, lagian kamu tau jika Adit sedang kuliah. Dan dia tidak tinggal disini. Sedangkan Saka, dia sudah pernah ke sana. Rumahmu yang pernah kita tempati kosong." ucap Vina.
"Kenapa Saka tidak menghubungiku? Kan dia bisa nelpon aku." ucap Anwar.
"Bukankah kamu telah memblokir nomor kami semua?" tanya Vina.
Anwar baru ingat, dulu Nadin memang memblokir nomor Vina, Adit dan Saka. Dengan alasan agar mereka tidak pernah merepotkan Anwar. Dan sekarang dia baru mengingatnya.