Reno, adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Papanya memiliki jabatan yang tinggi di suatu instansi pemerintah dan mamanya seorang pengacara terkenal, kakanya jebolan sekolah kedinasan yang melahirkan Intel negara. Sementara dia anak tengah yang selalu dibanding-bandingkan dengan kesuksesan sang Kaka, berprofesi sebagai TNI berpangkat Bintara. Tapi Reno adalah anak yang penurut dan paling berbakti pada kedua orangtuanya.
Keinginannya menjadi seorang TNI karena kejadian luar biasa yang mempertemukan dirinya dengan sosok yang sangat dia kagumi, sosok idola yang merubah hidup dan cara pandangnya.
Hingga pada suatu hari takdir mempertemukan Reno dengan Kanaya yang membantu cita-citanya menjadi seorang TNI terwujud.
Kanaya menemani Reno dari nol karena Reno tidak mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya.
Apakah cinta kasih Reno dan Kanaya akan berlanjut ke pelaminan, atau Kanaya hanya dimanfaatkan Reno saja untuk mencapai cita-citanya?
Yuks ikuti kisah Reno di Cinta Bintara Rema
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : Pergi Tanpa Pamit
Happy Reading 🩷 🩷
POV KANAYA
Di sudut dunia yang paling tenang, aku duduk sendiri dalam diam. Aku tersenyum sinis, menyindir diri sendiri atas rahasia yang tak mampu terucap, padamu yang selalu kusebut harap.
Aku membenci ibuku sendiri, atas segala Alfa dan dosa yang ia sengaja atau pun tidak, bertahun-tahun cinta terlarang itu dia nikmati dengan sepenuh hati.
Namun lihatlah, kini kisahku mirip dengan kisahnya. Seakan aku dipaksa melintasi sejarah masa kelam ibuku, meskipun aku selalu berhati-hati dalam setiap langkah. Sejarah kelam yang diwarisi.
Kucoba merenungi langkah-langkah yang salah, menghitung tiap detik langkah yang kian melukai, "Tuhan, sekuat tenaga aku berdiri teguh di tempat yang benar, mengapa Kau menarik ku pada takdir yang sama, tidak bisakah ku hapus pada bagian ini?"
Andaikan waktu memiliki belas kasih, kuingin waktu terhenti di masa itu. Saat kata-kata bisa aku lepaskan dari rahimnya, dan berlari ke dalam pelukannya—Aku tidak akan terjebak pada takdir yang akhirnya kutangisi.
Kini, Aku hanya sanggup menuliskannya dalam diam pada angin malam, pada kesunyian.
Seringkali terpikirkan ingin kabur dari semua masalah yang menghampiri, atau sesuatu yang akan datang lebih mengerikan lagi.
Aku Ingin pergi dan menghilang.
Malam ini terasa panjang, tapi mataku tidak juga bisa terpejam. Terlalu banyak suara di kepala, terlalu banyak masalah yang menghimpit dan berdesakan. Semua ingin dipahami.
Aku ingin tenang, tapi pikiranku bagaikan ombak di samudera yang tidak pernah diam. Gelombang demi gelombang selalu datang menghantam. Menyeret ku dalam labirin resah dan gelisah yang semakin dalam.
Buah dari semua luka, kini bersemayam di rahimku. Aib yang akan selalu kubawa kemana pun aku pergi. Jika aku menceritakan padanya, bukan tidak mungkin ia akan menerimaku kembali, menjadikan dirinya tameng untuk nama baikku. Tapi aku tidak mau mengorbankannya, sejarah kelam tidak boleh terulang padanya.
Aku lelah, aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya istirahat dari setiap masalah.
POV RENO
Di hidupku, sepertinya Tuhan memberikanku dua jalan antara 'rasa' dan takdir.
Rasaku menginginkanmu, Aku—Kamu menjadi kita. Tapi langkah kian berat, kaki seringkali melangkah dengan ragu jika ingin mendekat.
Kamu akan menetap atau takdir yang merenggut mu menjauh dariku.
Aku rasa kamu tahu, aku hanya ingin mencintaimu dengan penuh dan tulus. Menyelami hatimu sedalam mungkin dan mencintaimu tanpa batas. Aku berusaha memperjuangkan debar yang selalu kau titipkan lewat tatapan mata indah mu, Naya.
Aku yakin kamu tahu, hanya kamu yang ingin ku ajak menjelajahi cakrawala, saling berpegangan tangan dan berikrar cinta lewat tatapan mata.
Aku yakin kamu tahu, Aku mencintaimu saat hari itu, aku masih mencintaimu hari ini dan akan terus mencintaimu esok nanti, hingga aku tidak pernah melupakan cara mencintaimu setiap hari.
Jalan yang tertutup oleh dinding-dinding kepongahan sudah aku gempur, aku lewati dengan segala cara, bahkan aku seringkali membuat jalanku sendiri. —Tapi aku tidak bisa melawan takdir, Aku hanya manusia yang memiliki limitasi.
Kamu seringkali bertanya, "Kenapa kamu mencintaiku?" Jawabku, Karena hanya kamu yang aku cintai dengan segala cara, meskipun penolakan mu seringkali membuatku rapuh. Hanya kamu satu-satunya yang aku cintai meskipun seringkali memeluk luka.
Aku mencintaimu dengan sejuta sungguh!
Karena kamu adalah satu-satunya rumah tempat tujuanku kembali.
*
*
Motor yang mereka tumpangi sudah sampai di halaman rumah. Kanaya masih tertidur di punggung Reno dengan tangan yang masih melingkari pinggangnya.
"Naya sudah sampai." tegurnya lembut
Tidak ada jawaban dari gadis itu.
Reno memutar tubuhnya sedikit, menepuk pipi Kanaya pelan, "Nay, udah sampai."
Mata Naya mengerjap perlahan, melonggarkan pelukannya dan beringsut turun dari boncengan Reno. Pandangan Reno tidak luput dari Kanaya, dia terus memperhatikan gadis itu berjalan dengan terhuyung sambil memegangi perutnya.
Kedua alis Reno menaut, melihat tingkah hati-hati Kanaya, seakan sesuatu yang ada di dalam perut rampingnya harus dia jaga dengan sangat hati-hati.
Firasat buruk seketika melintas di benak Reno, pemuda itu lalu menggendong Kanaya dengan hati-hati, membawanya menaiki anak tangga hingga meletakkan tubuh Kanaya di atas tempat tidur bagaikan barang berharga. Melepaskan sepatunya dan menyelimuti tubuh dingin Kanaya dengan selimut yang tebal.
"Ren, aku bisa sendiri." tolaknya dengan suara lemah, tapi dihiraukan Reno.
"Kenapa harus pulang besok, tunggu aku libur dua hari lagi, akan aku antar kamu pulang ke Jakarta."
"Aku akan merepotkanmu, Ren." jawabnya tidak enak hati.
"Engga, Naya. Kamu tinggal di sini dua hari lagi ya. Biar aku tidur di mess." bujuk Reno
"He'em"
"Aku harus kembali ke skuadron, hari ini jadwal jaga sampai besok siang." ucap Reno lalu Kanaya mengangguk.
"Tidurlah." ucap Reno lembut
Kanaya menatap wajah teduh Reno yang hanya berjarak beberapa meter saja dari nya. "Ren, kenapa kamu baik padaku setelah aku seringkali mengabaikan mu?" ucap Naya pelan nyaris seperti bisikan, namun Reno mendengar ucapan Naya
"Karena kamu adalah rumahku, yang akan selalu aku siapkan lahan untuk tempatmu menetap." Reno menatap Naya sebentar lalu beranjak pergi meninggalkan kamar.
Di Kantor, pikiran Reno tidak bisa tenang akan firasat yang sempat berkelebat tadi. Jika yang dia jaga di perutnya adalah janin, sudah sejauh itukah perasaan cinta Kanaya dengan Fajar, atau Kanaya hanyalah korban dari rayuan mulut manis Fajar.
Perasaannya jadi tidak karuan, menunggu datangnya pagi dan menyelesaikan tugas jaga hari itu, rasanya seperti menunggu keputusan kenaikan gaji tentara, yang tidak kunjung ada keputusan.
"Ren, mau gantian tidur? Mumpung aku lagi nunggu princesku telepon." ucap Budi
"Belum ngantuk bang." jawabnya.
"Wajahmu suntuk banget, ada masalah?" tanya Budi
"Terlihat banget ya bang?" Reno tersenyum masam
"Cewe tadi siapa?" tanya Budi
"Mmm ...anak tiri Papa, bang." Reno menunduk.
"Aku melihat ada yang tidak biasa dari cara kalian saling memandang." sindir Budi.
Reno menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, kemudian tersenyum tipis. Dia enggan menceritakan apa yang dia rasakan saat ini.
Melihat gelagat juniornya tidak niat bercerita, Budi merasa perlu membuka percakapannya lebih dulu. Tabir kebenaran harus dia ungkap.
"Aku kenal siapa Fajar lebih dalam daripada orang lain, bahkan ibunya sendiri. Jauhi gadis itu dari Fajar, Ren." nasehat Budi
"Maksud Abang?" dahi Reno mengernyit
"Aku tahu siapa Fajar sejak kami masih di Akademi, dan aku tahu gadis itu tunangan Fajar yang baru. Pesanku, lebih baik gadis itu tidak melanjutkan pertunangannya." Budi menatap Reno dengan serius.
Wajah Reno seketika membeku, kekhawatirannya semakin sulit dia tekan, seakan kebenaran berteriak meminta tolong untuk ditemukan. Dari semua kekhawatiran, nasib Kanaya di pertaruhkan.
Malam berganti pagi, meski Reno belum bisa pulang ke rumah, dia memesankan beberapa makanan ke rumahnya untuk sarapan dan cemilan Kanaya. Dengan sabar Reno menunggu Kanaya membalas semua pesannya. Hingga notip pesan dari pengantar makanan masuk ke ponselnya.
"Pak, saya sudah bel rumahnya tapi tidak ada yang keluar. Apa makanannya saya letak di teras saja? Cepat balas pak." isi pesannya
Reno jadi panik, apa Kanaya nekat pulang pagi itu, lalu berbagai praduga datang mempengaruhi konsentrasinya. Dengan tidak sabar Reno menunggu jadwal pergantian jaga hari itu, hingga terdengar beberapa kali bibirnya mengumpat rekan ganti jaganya.
"Kalau kamu ada urusan yang lebih penting dari nyawamu sendiei, silahkan tinggalkan ruang jaga. Asal konsekuensinya siap kamu tanggung." tegas Budi
Reno terdiam, ini bukan soal prioritas, tapi dia seorang prajurit yang sudah disumpah janji oleh negara, dia akhirnya memilih menunggu sekian jam lagi untuk mengurus Kanaya, meskipun saat itu perasaannya was-was dan pikirannya berkecamuk.
Jam 06.30 di rumah Reno ..
Ting tong !
Suara bel mengagetkan Kanaya yang sedang membuat sarapan untuknya dan ayam teriyaki untuk makan Reno nanti siang.
"Siapa ... " Naya menyapa dari audio interkom di dekat pintu masuk.
Tidak ada jawaban dari arah luar, Kanaya membuka monitor CCTV yang akan menampilkan wajah seseorang di depan pintu. Dahinya mengernyit, dia bertanya kenapa gadis itu datang pagi ini. Dengan wajah datar, Kanaya membukakan pintu.
"Loh! Ada kamu di sini?!" Sinta kaget saat yang membukakan pintu adalah Kanaya
"Ada apa Sin? Kenapa pagi-pagi sudah main ke rumah ini. Kamu tahu kan di sini hanya ada Reno yang sesekali tinggal." jawab Kanaya ketus dan penuh selidik.
"Seharusnya aku yang tanya dan heran, ngapain kamu datang ke sini lagi, kamu belum puas memenjarakan calon papa mertuaku? Kamu itu gadis pembuat masalah, jauh-jauh deh dari keluarga ini. Kalau bukan pamanku yang membantu Papa, mungkin sampai hari ini, karier Papa dan Reno akan kalian permainkan juga!" maki Sinta berapi-api.
Kanaya tercengang. Dia baru tahu semua fakta itu. Seketika kakinya terasa lemas dengan tubuh yang nyaris tumbang. Jika tidak berpegangan pada dinding, mungkin Kanaya sudah jatuh terbentur daun pintu.
"Asal kamu tahu ya Kanaya! Aku dan Reno sudah biasa makan siang bersama saat dia pulang jaga, saat ini Reno minta dibuatkan sop iga kesukaannya. Awas minggir!!" dusta Sinta, lalu masuk dengan sengaja menyenggol bahu Kanaya.
Sinta langsung melangkah ke dapur lalu menyapa Bu Ijah dengan ramah, ART Reno yang datang setiap pagi ditugaskan untuk bersih-bersih.
Bagaimana Sinta bisa tahu di rumah itu ada Kanaya? Ya, karena bu Ijah yang laporan padanya mengenai kedatangan Kanaya. Dengan hati panas diliputi perasaan cemburu, Sinta yang seharusnya mengikuti magang di rumah sakit bersalin, dia memilih datang ke rumah Reno pagi itu untuk mengusir Kanaya.
Usahanya berhasil! Dengan wajah sedih, Kanaya keluar rumah Reno pagi itu, tanpa pamit dan pesan untuk Reno.
Secuil harapan yang berusaha dia bangun semalaman, kini pupus sudah. Naya tidak ingin merusak kebahagiaan orang lain. Apalagi kata-kata Sinta tadi menjelaskan bagaimana Papa Sandi diperlakukan tidak adil oleh Eyangnya. Kini, dia sangat malu jika harus meminta bantuan dan perlindungan pada keluarga Reno.
Tepat Jam 10.00, motor Reno sudah terparkir di halaman rumah. Dari teras rumahnya dia mencium aroma masakan yang sangat ia kenali, ayam teriyaki buatan Naya. Bibirnya mengulas senyuman, kekhawatirannya yang setinggi gunung gede sejak semalam seakan runtuh seketika.
"Kamu pasti sibuk masak ayam teriyaki buat aku ya, Nay! Pantesan chat aku gak ada yang dibalas." seru Reno sambil tersenyum lebar.
"Hai Ren! Akhirnya kamu pulang. Aku buatin masakan nih buat kamu, pulang jaga kamu pasti lapar, kan!" jawab Sinta dengan semangat
Reno membeku, melihat sosok yang baru saja dia sentuh bahunya adalah Sinta. Kenapa penampilan mereka dari belakang sama? Pikir Reno.
"Naya mana?!" tanyanya sedikit panik
"Naya? Emang ada Naya di sini?" Sinta celingak celinguk
"Bu Ijah? Emangnya ada Naya di rumah ini?" tanya Sinta meyakinkan Reno.
"S-saya datang, tidak ada non Kanaya di rumah ini, mas Reno, mba Sinta." jawab Bu Ijah sambil menunduk.
Reno merogoh ponsel di saku baju PDL nya, dia mencoba menghubungi Kanaya lewat pesan singkat dan menelpon dari aplikasi berwarna hijau. Baru dia sadari nomernya sejak jam 08.00 lalu sudah di blokir Kanaya. Pantas saja chat yang Reno kirim hanya posisi centang satu.
"Kamu kenapa lagi sih, Nay!" geram Reno.
...☘️☘️☘️☘️☘️...
B e r s a m b u n g ...