Fitri terpaksa bersedia ikut tuan Tama sebagai jaminan hutang kedua orang tuanya yang tak mampu mwmbayar 100 juta. Dia rela meski bandit tua itu membawanya ke kota asalkan kedua orang tuanya terbebas dari jeratan hutang, dan bahkan pak Hasan di berikan uang lebih dari nominal hutang yang di pinjam, jika mereka bersedia menyerahkan Fitri kepada sang tuan tanah, si bandit tua yang beristri tiga. apakah Fitri di bawa ke kota untuk di jadikan istri yang ke 4 atau justru ada motif lain yang di inginkan oleh tuan Tama? yuk kepoin...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fitri ke dapur
"ayoo, naik! apa kamu gak capek setelah seharian ini tidak istirahat?" sentak Devan.
Fitri nurut, ia langsung naik ke atas ranjang dan duduk di sebelah Devan. Tapi, Fitri merenggang kan jarak di antara keduanya. Fitri merebahkan tubuhnya sembari miring membelakangi Devan. Bukannya Fitri tak tahu, ia tahu betul siapa dirinya saat ini. Ia adalah seorang istri dari Devan, tugas dan kewajiban sebagai seorang istri sudah Fitri pelajari sebelumnya di pesantren. Tapi, Fitri masih canggung dan takut untuk menerapkan ilmu yang di ajarkan ustadzah nya di pondok. Apalagi, sang suami juga bersikap acuh dan dingin, sehingga membuat Fitri semakin takut untuk melakukan tugasnya sebagai seorang istri.
Keduanya tidur saling membelakangi, tak ada obrolan apapun di antara mereka, hingga akhirnya mereka berdua benar benar terlelap dalam kelelahan. Keesokan harinya, di waktu subuh, Fitri bangun, seperti biasa, ia akan selalu melaksanakan dua rakaatnya. Barulah kemudian, ia turun untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari. Fitri lupa, bahwa saat ini dia adalah seorang nyonya, hingga tanpa sadar, ia melangkah turun ke lantai bawah untuk menuju ke dapur.
Tepat di bawah tangga, tanpa sengaja Fitri berpapasan dengan Tio. Tumben sekali, pria arogan itu sudah bangun di waktu subuh Tio menatap tajam ke arah Fitri, membuat Fitri tertunduk tak berani membalas tatapan itu.
Merasa di acuhkan, Tio menarik kasar tangan Fitri agar ia mau menoleh ke arahnya. "Fitri! gue gak nyangka, ternyata lo itu murahan, lo munafik, lo pura-pura menolak gue, padahal lo sendiri memiliki hubungan terlarang dengan Devan, apalagi sampai hamil. Berapa tarif lo untuk ngangkang di bawah kungkungan Devan? gue juga mau ngerasain tubuh lo yang selalu lo tutupi ini," Tio membelai lembut gamis Fitri dari atas ke bawah.
"jangan kurang ajar kamu Tio. Jaga tanganmu ini. Jaga batasanmu!" bentak Fitri sembari menarik paksa tangannya dari genggaman Tio.
Tio menarik satu sudut bibirnya mengejek." oh, sorry! gue lupa. Kalau lo saat ini adalah nyonya Devan. Sepertinya lo beneran mau mengambil keuntungan di balik status lo saat ini. Tapi, itu tidak berlaku buat gue. Bagi gue, lo tetap Fitri, budak."
Fitri acuh ia hendak melangkah ke dapur namun Tio tak memberikan jalan untuk Fitri. Fitri mendongak dan berkata, "masih kurang pukulan saya yang kemarin itu?"
Tio jadi merinding. Ia masih ingat, kalau Fitri bisa bela diri. Kemudian, Tio menyingkir dan memberikan jalan kepada Fitri agar terus melangkah. Tio merasa geram, ia merasa bahwa dirinya tidak bisa menaklukkan gadis seperti Fitri.
Setelah pergi dari Tio, Fitri melangkah terus ke dapur. Di sana teman temannya sudah sibuk membuatkan makanan untuk persiapan sarapan nanti.
"Fitri? kamu ngapain ke sini, nduk?" bi Lastri menyadari kehadiran Fitri di sana. Semua orang menoleh, Susan, Intan, Imah dan menatap Fitri.
"wah... nyonya baru kita sepertinya sedang mengontrol kinerja para pembantu." Sambar Susan.
Fitri acuh, ia hanya fokus menyahut bi Lastri yang selalu bersikap ramah. "ada yang bisa Fitri bantu, bi?"
"jangan, nduk. Jangan lakukan apapun di sini. Non cukup di kamar jagain tuan muda. Jangan buat kita dalam masalah, dengan cara kamu kerja di sini." kata Bi Lastri.
Fitri hanya diam, dia hanya menatap teman temannya sibuk bekerja di dapur. Sudah menjadi sifat Fitri, dia merasa tak nyaman jika diam seperti ini.
Susan memandang ke arah Fitri yang masih berdiri di pembatas pintu dapur, sindiran kembali ia ucapkan. "Tan, bisa juga ya trik mendekati anak majikan buat menaikkan stastus jongos menjadi majikan."
Intan hanya mengangguk, Sedangkan Imah langsung merespon. "kalau begitu boleh lah kita mendekati tuan juragan. Dia kan sedang mencari wanita untuk di jadikan istri ke 4 nya? Kan lumayan bisa mengangkat derajat kita menjadi seorang nyonya di rumah ini."
"ya boleh juga sih, tapi aku tak selera sama yang akik akik. Kalau tuan Tio gimana? dia kan masih muda, ganteng lagi." celetuk Susan.
"tuan Tio kan bukan anggota keluarga ini. Dia kan adiknya nyonya Tasya, kalau kita menjadi istri tuan Tio, otomatis kita harus keluar dari rumah ini. Tak bisa jadi nyonya dong kita." tambah Intan.
"gak apa apa, tapi tuan Tio kan ganteng." susan mengukir senyum saat menyebutkan Tio ganteng.
"Sudah, sudah! jangan ngobrol terus. Lanjutkan pekerjaan, nanti habis itu kalian langsung menyapu, sebelum para majikan turun, rumah harus sudah bersih." Bi Lastri menengahi obrolan mereka.
"kalau begitu, Fitri balik dulu, ya bi!" pamit Fitri, karena kehadirannya tak di sambut baik oleh yang lain.
Sementara di dalam kamarnya, Tasya memandangi juragan Wira yang tengah tidur terlelap. Hari ini masih terlalu pagi buat juragan untuk bangun. Tasya tampak kebingungan, ada raut kekhawatiran di wajahnya. "jika dulu, aku sama sekali tak menginginkan kehamilan, tapi sumpah, sekarang aku kepengen cepat hamil. Aku tak mau kalah dari si lumpuh itu. Kenapa dia bisa membuat Fitri hamil?" gumamnya.
Tasya turun dari ranjang, ia mondar mandir memikirkan sesuatu. "tunggu, Devan menghamili Fitri? ah itu tidak mungkin. Kok aku gak kepikiran sesuatu tentang mereka. Fitri tidak mungkin hamil. Aku sudah meracik obat yang bisa mematikan syaraf pada tubuh Devan, aku pikir mana bisa dia menghamili seorang gadis, dan bahkan semangat untuk hidup saja Devan tak memiliki? apa iya dia bernafsu pada Fitri? bukankah selama ini Devan sulit di dekati? bahkan dia sangat benci jika ada seseorang yang mengurusnya."
"Ada apa ini? kenapa Devan bisa berubah? apa iya sudah tak lagi meminum obat dariku selama ini?" gumam Tasya.
Tasya merasa heran, sudah lama ia tak mengontrol kinerja obat racikan nya, ia terlalu sibuk dengan kegiatannya menghabiskan uang juragan Wira, nge-mall, nyalon dan happy happy bersama teman-teman nya. "sial, kok aku sampai kecolongan gitu, sih." pekiknya.
"tidak.. tidak...! ini memungkinkan ada dua hal. Devan memang di kendalikan oleh Arumi sehingga dia memiliki keberanian untuk melawan juragan Wira. Dan soal kehamilan Fitri, itu pasti hanya rekayasa, dan Arumi lah yang membuat skenario itu. Dan kemungkinan kedua adalah, Devan benar benar sudah sembuh dan Fitri benar-benar hamil. Aku harus menyelidiki kasus ini. Aku tak akan biarkan pewaris lahir di sini. Hanya aku yang akan melahirkan pewaris itu, atau tidak akan pernah ada pewaris sama sekali jika aku tidak bisa melahirkan anak sebagai pewaris." senyum licik terukir di bibir Tasya, sebuah rencana sepertinya sudah di siapkan untuk menyambut masa depan.
dan dari seribu itu biasanya dan hasilnya ada yg mempan
ga mau bayangin lah Thor
mantan playboy ga mantan teh celup kan Thor
is ok nek ga dosa 😁😁😁😁