Akibat dari cinta satu malam, membuat Vie harus merelakan masa mudanya. Setelah dikeluarkan dari kampus, ternyata Vie juga diusir oleh ayahnya sendiri karena Vie telah mencoreng nama baik keluarga.
Lima tahun berlalu, kehidupan pahit Vie kini telah terobati dengan hadirnya sosok Arga, bocah kecil tampan yang sedang aktif berbicara meskipun kini tak tahu dimana keberadaan ayahnya.
Namun, siapa yang menyangka jika selama ini Vie bekerja di perusahaan milik keluarga kekasihnya. Hal itu baru Vie ketahui saat kekasihnya mulai mengambil alih perusahaan.
Masih adakah rasa yang tertinggal untuk sepasang kekasih di masa lalu ini? Mari kita ikuti kisahnya 😊
IG : teh_hijaau
FB : Teh Hijau
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidden Baby 20
"Dirga maunya secepatnya, Ma. Tapi-" Dirga menjeda ucapannya.
"Tapi apa?"
Dirga sekilas melirik kearah Vie. "Dirga takut minta restu sama ayahnya Vie, Ma."
"Kamu jangan jadi pengecut, Ga! Berani berbuat berani bertanggung jawab!" sentak papa Wira.
Makan malam telah usai. Vie merasa sangat bahagia diperlukan sangat baik oleh keluarga Dirga. Bahkan mama Anggi memberikan sebuah hadiah rumah untuk Arga. Vie tidak mau menerima pemberian yang dianggap sangat berlebihan, tetapi pak Wira terus mendesak agar Vie mau menerimanya.
Sebenarnya rumah itu sudah mama Anggi siapakah dari 3 tahun yang lalu saat mengetahui kenyataan bahwa ternyata Dirga memiliki benih yang ia semai.
Saat itu rasanya mama Anggi ingin merangkul Vie dan juga Arga namun, karena memikirkan nama baik keluarga dan perusahaan yang sedang naik saat itu, mama Anggi dan pak Wira sepakat untuk membantu Vie dari kejauhan saja. Setidaknya hidup Vie sedikit terbantu.
"Ini gak seberapa Vie, dibandingkan dengan penderita mu selama ini. Mama sangat merasa sangat bersalah kepada kalian, membiarkan kalian hidup diluar sana berdua sementara Dirga yang membuat masalah ini malah bisa hidup tenang di luar sana." Mata mama Anggi sudah memerah, menahan cairan bening yang hendak keluar.
Melihat itu, Vie semakin merasa tidak enak hati kepada mama Anggi. "Sudahlah, Ma. Ini bukan salah Mama. Ini salah Dirga."
"Kamu tuh Ga, anak orang kamu perawani abis itu kamu tinggal. Mama gak mau tau kamu kamu harus segera menikahi Vie!" desak mama Anggi.
"Ma, kan Dirga gak tau kalau bibit Dirga ternyata bibit premium, sekali sembur langsung jadi," timpal Dirga.
Kali ini pipi Vie semakin memerah mendengar penuturan Dirga. Malu rasanya jika mengingat kejadian malam itu.
Malam ini Vie di paksa menginap oleh mama Anggi karena sudah malam, kasih Arga yang sudah tidur lebih awal.
Vie dan Arga tidur di kamar tamu, sedangkan Dirga tetap tidur di kamarnya.
Dirga tidak tenang dengan perasaan yang sendiri. Bagaimanapun caranya, Dirga harus bisa mengambil hati ayahnya Vie, memberikan restunya.
Dirga tidak sabar untuk menanti hati esok, dimana dia akan ke rumah orang tua Vie.
Pintu kamar dibuka pelan agar tak menimbulkan suara. Dirga mengendap-endap masuk ke dalam kamar yang sedang Vie tempati.
"Vie," panggil Dirga pelan, sambil menggoyangkan tubuh Vie.
Sang empu menggeliat, menatap Dirga dengan rasa penuh keterkejutan.
"Dirga," lirih Vie.
"Aku gak bisa tidur, ngobrol bentar yuk. Kamu gak kangen sama aku?" Dirga mengedipkan kedua matanya.
Bohong, jika Vie tidak merindukan lelaki itu, lelaki yang telah mengunci rapat hatinya disaat suka dan dukanya.
"Udah malam, Ga. Besok aja ya, aku ngantuk," tolak Vie.
"Bentar aja lah, Vie."
Bukan Dirga kalau tidak bisa membujuk Vie. Dengan pelan Vie mengikuti langkah Dirga yang membawanya ke taman belakang rumah.
Duduk dibawah pancaran rembulan terang, Dirga menggenggam erat tangan Vie.
"Vie, makasih udah mau mempertahankan Arga dan melahirkan dia. Aku tau kamu pasti sangat menderita saat itu. Aku bodoh Vie, tak memikirkan akibat dari perbuatan kita malam itu. Aku pikir karena sekali maka tidak akan bereaksi, Vie."
Vie menatap Dirga penuh rasa haru. Mempertahankan kehamilannya saat itu adalah pilihannya, meskipun ia harus bertahan sendiri. Semua itu Vie lakukan dengan ikhlas karena ia percaya akan cinta Dirga untuk dirinya.
Lama-lama air mata Vie meleleh membuat Dirga terkejut, pasalnya ia tidak berbuat apa-apa, kenapa Vie malah menangis?
"Vie kamu kenapa nangis?"
Vie menyedot kembali ingus. "Kamu jahat," ucapnya.
"Aku sama Arga udah lama nunggu kamu pulang, tapi saat kamu pulang, kamu malah nuduh aku yang enggak-enggak. Kamu keterlaluan, Ga." Vie terisak dalam sandaran bahu Dirga.
Dirga mengusap pucuk kepala lalu berulang kali meminta maaf atas kebodohan yang telah ia lakukan. Tetapi setelah ini, Dirga berjanji tak akan pernah lagi membuat Vie bersedih ataupun menanggung penderitaan seorang diri.
*
*
*
Hari ini Vie sangat bahagia, karena kedua orang tua Dirga sangat mendukung hubungannya dengan Dirga, terlebih saat ini sudah ada Arga yang sah menjadi salah satu pewaris keluarga Wiraguna.
Dan hari ini Vie dipaksa untuk libur, tidak masuk kantor oleh Dirga, karena hari ini Vie sudah harus pindah ke rumah yang telah diberikan oleh mama Anggi untuk Arga.
"Bunda kenapa kita pindah lumah?" tanya Arga polos.
"Kan Oma yang nyuruh Arga pindah. Kalau kita gak pindah nanti rumahnya di kasihkan orang, kan sayang Ga. Rumah bagus masa di kasihkan orang," jawab Vie santai.
Arga mengangguk pelan pertanda setuju.
Ia membantu bundanya masukkan mainan kedalam kardus agar lebih mudah untuk diangkut.
Vie mengehal nafas lelahnya saat semua perkakas rumah sudah beres ia siapkan. Hanya tinggal menunggu Dirga menjemput
"Ga, nanti kalau ayah kamu mau nginap di rumah kita yang baru jangan boleh ya." Vie mengajari anaknya.
"Emang kenapa, Bunda? Kan Alga pengen bobok sama ayah lagi," protes Arga.
"Udah, nurut aja napa sih? Kita kasih pelajaran dulu buat ayah," timpal Vie
"Oke. Alga setuju."
Tepat pukul 12 Dirga sudah tiba di rumah kontrakan Vie yang sebentar lagi akan kosong. Mata Dirga terbelalak saat melihat berbagai tumpukan barang di dalam rumah tersebut.
"Ya ampun, Vie? Kamu serius mau bawa semua perkasa ini?" Dirga meyakinkan.
"Iya dong, Ga. Males beli baru lagi. Ini tuh hasil jerih payah aku sendiri tau," jelas Vie.
Dirga tak mempermasalahkan apa yang hendak dibawa oleh Vie. Toh Vie yang akan menempati rumah itu.
Sebelum pergi, terlebih dahulu Vie berpamitan kepada tetangga sebelahnya dan juga pemilik kontrakan. Bu Heni selaku pemilik kontrakan merasa sangat tak rela jika Vie harus pindah, sebab setelah berpindah Vie, pasti Bu Heni tak akan mendapatkan kompensasi tambahan dari pak Wira.
"Kamu hati-hati ya ,Vie. Kalau gak betah di rumah barumu, kamu bisa kok kembali lagi kesini," ucap bu Heni.
"Iya, Bu. Makasih ya udah mau nampung Vie selama ini."
Vie dan Bu Heni berpelukan erat, sebelum Vie benar-benar beranjak pergi.
"Bu, aku pamit, ya."
*
*
*
Vie telah sampai di depan rumah besar berpagar tinggi membuat Vie tak percaya bahwa ini rumah yang diberikan oleh mama Anggi untuk Arga.
"Ini lumah balu kita, Bun?" tanya Arga takjub.
"Iya. Arga suka?" Bukan Vie yang menjawab, tetapi Dirga.
"Suka banget, Yah. Lumah Alga sekalang besal."
Vie dan Arga menjelajahi rumah baru mereka, sedangkan Dirga masih menunggu mobil yang mengangkut barang-barang milik Vie yang dibawanya. Dirga tau bagaimana perjuangan Vie saat itu, dan menghargai semua keputusan. yang berlebihan Vie. Bahkan aku bisa memberikan lebih dari ini. Tapi untuk saat ini kamu terima dulu pemberian dari mama. Nanti kalau aku sudah berhasil, aku akan belikan rumah yang lebih besar untuk keluarga besar kita."
Vie mengernyit. Bagaimana keluarga besar, sementara mereka sama-sama anak tunggal.
"Keluarga kecil kita, Ga." Vie membenarkan ucapan Dirga.
"Keluarga besar dong, Vie. Kan aku maunya anak kita banyak biar rame," kekeh Dirga.
Dengan segera, Vie langsung melayangkan pukulan kecil ke lengan Dirga. Untuk melahirkan satu saja rasanya sudah hampir mati apalagi banyak? Dirga tidak merasakan bagaimana sakitnya saat melahirkan makanya dia bisa berbicara seperti itu.
Malam pun tiba. Apa yang dikatakan Vie kepada Arga ternyata benar terjadi. Dirga ingin menginap dengan alasan ingin tidur bersama dengan Arga. Dalam hati Arga bahagia jika, ia bisa tidur bersama dengan ayah yang dirindukan tapi, dia juga teringat pesan bundanya untuk memberikan pelajaran kepada ayahnya..
Ayah maafkan Alga. Alga telpaksa melakukan ini kalena Alga sayang sama bunda. Alga gak mau buat bunda belsedih.
Arga menatap Dirga yang sedang memohon kepada Vie agar bisa menginap di rumah barunya.
"Ga, bilang dong kalau kamu juga ingin bobok sama ayah," bisik Dirga.
Arga hanya menggeleng kepalanya, membuat Dirga tak bisa berkutik lagi. Dengan berat hati Dirga pulang dengan perasaan kecewa.
Awas kamu Ga! Dasar anak gak mau bantuin ayahnya sendiri. Dasar Arga gak peka sama ayahnya. Dirga berteriak dalam hati.
🌼 Bersambung 🌼
Jangan lupa Like, kembang dan kopinya juga di tunggu wkwkwk.
Oh iya, bagi yang belum tau caranya untuk memberikan vote, bunga dan kopi, ini Othor kasih tau caranya.
Nah, kalau kalian ingin memberikan bunga atau kopi kalian bisa tekan BERI tapi pastikan poin kalian mencukupi ya 😊
tapi jika ingin memberikan Vote kalian bisa tekan VOTE. Gampang kan?
Vote akan muncul setiap hari Senin doang.