Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Davia kemudian bangkit dan menatap Tania dengan tajam. "Kamu nggak usah ikut campur urusan aku, Tania!"
"Gila kamu!" ucap Tania sangat tidak suka dengan Davia.
Lalu Davia beralih menatap ke arah Anjani. "Kamu jangan senang dulu Anjani, Mama pastikan kamu akan menyesal!"
"Saya tunggu!" sahut Anjani.
"Dasar anak sialan!" maki Davia lalu pergi.
Tania yang melihat itu hampir menutup mulutku. "Itu Mama kamu begitu?"
"Sudah biasa," ucap Anjani dengan muka datar.
"Kamu bilang sudah biasa, itu artinya dia sering melakukan kekerasan sama kamu, kan?"
"Lupain aja, Ma. Kok Mama kesini? Tumben?" tanya Anjani mengalihkan topik.
"Mama kesepian di rumah," sahut Tania, "makanya kesini."
"Owh, ya sudah ayo masuk. Kebetulan toko saya nggak buka hari ini," ucap Anjani sambil masuk ke dalam.
"Kenapa nggak buka?" tanya Tania.
Lalu Anjani duduk di sofa dan diikuti oleh Tania.
"Mau istirahat aja dulu, Ma," sahut Anjani.
"Iya sih, kamu harus istirahat."
"Saya juga berterima kasih sama karena sudah mau menjadi saksi," ungkap Anjani dengan jujur.
"Ini sudah kewajiban Mama, oh ya kamu sudah makan belum?" tanya Tania.
"Rencananya sih, tadi habis nyiram tanaman mau masak tapi malah ada kejadian yang kurang enak."
"Kebetulan tadi pagi Mama udah masak, kamu makan yah."
"Mama masak apa?"
"Cuma oseng cumi-cumi aja, tapi ini kesukaan suami Mama."
"Owh, kesukaan Papa Romi."
"Iya dong."
"Saya ambil piring dulu, Ma."
"Boleh."
Anjani mengambil piring di dapur dan tak lupa juga gelas, lalu kembali ke depan.
"Enak nih, tampilannya aja menggoda." Anjani memuji masakan Tania.
Tania malah tertawa mendengar pujian Anjani. "Bisa aja kamu ini."
Anjani hanya tersenyum lalu memakannya, ini sangat lezat dan nikmat.
"Umm ... enak banget," ucap Anjani.
"Ya sudah, ayo makan lagi ini ada ayam gorengnya." Tania membuka bekal yang ada lauknya.
Anjani sangat menikmati makanan yang diberikan Tania.
"Jadi begini yah dapat makanan dari orang tua, meskipun hanya mertua." Anjani membatin.
Setelah Alexa lahir, Anjani tidak pernah lagi memakan masakan buatan Davia.
Ternyata Gavin memutuskan untuk membawa Alexa pulang ke rumahnya, saat ini mereka sudah sampai di bandara Soekarno-Hatta.
"Sayang, kamu yakin mau bawa aku ke rumah?" tanya Alexa khawatir.
"Aku yakin sayang," sahut Gavin, "mama sama papa pasti bisa nerima kamu."
"Tapi mama kamu kayaknya nggak suka sama aku."
"Kenapa kamu ngomong gitu?"
"Ya, aku feeling aja."
"Sudahlah, kan ada aku." Gavin berusaha menenangkan Alexa.
Gavin sudah memesan taksi untuk mereka pulang ke rumah, Gavin juga sengaja tidak memberitahu orang rumah karena ia ingin memberikan kejutan.
"Mama sama papa pasti seneng aku dah bisa nemuin Alexa," batin Gavin.
Gavin membatalkan rencananya untuk meninggalkan Alexa di Bali kalau nanti melahirkan.
Sampai di rumah, beberapa pelayan terkejut.
"Den Gavin," ucap Bibi.
"Mama mana?" tanya Gavin.
"Bu Tania pergi keluar, Den," sahutnya.
"Owh, tolong siapin kamar buat Alexa, Bi."
"Baik, Den."
Alexa mengikuti Bibi itu. "Ini kamar saya, Bi."
"Iya, Non."
"Tunggu ya, Bi, saya mau periksa dulu."
Bibi itu merasa tidak nyaman dengan Alexa, kekhawatirannya terjadi juga.
"Bi," panggil Alexa.
"Ada apa, Non?" tanya Bibi.
"Ini kamar apa kandang ayam sih," sahut Alexa.
"Maaf Non, ini kamar bagus kok."
"Bersihin lagi!" perintah Alexa.
"Iya, Non," ucap Bibi itu pasrah.
Lalu Alexa memanggil Gavin untuk memberitahu jika kamarnya tidak layak.
"Sayang, kenapa?" tanya Gavin.
"Kamu gila yah," sahut Alexa.
"Hah, kamu ngomong apa tadi?" tanya Gavin.
"Kamu gila yah suruh aku tidur di kamar kotor begini," sahut Alexa lagi memperjelas omongannya.
"Emang kotor, Bi?" tanya Gavin menatap Bibi yang sedang bebersih.
"Mungkin," sahut Bibi.
"Kenapa Bibi ngomong gitu?" tanya Alexa berbalik dan malah mendekat.
"Nggak ada, Non," sahut Bibi itu takut.
"Kamu mau dipecat ya, Bi!" ancam Alexa.
"Enggak Non," ucap Bibi.
"Makanya yang bener kalo jawab!" bentak Alexa.
"Maaf, Non ..." ucap Bibi dengan lirih.
"Cihh!" decih Alexa.
"Sayang, sudah ..." Gavin membujuk Alexa.
"Aku kesel sayang," ucap Alexa.
"Iya-iya, kamu istirahat di kamar kamu yah." Gavin menarik Alexa dan pergi ke kamarnya.
Sedangkan Bibi itu langsung menghempaskan selimutnya. "Dasar kurang ajar, awas aja nanti kamu!"
Bibi itu langsung menelpon Tania. "Hallo, Bu Tania."
"Ada apa, Bi?" tanya Tania.
"Saya nggak nyaman di rumah ini, Bu," sahutnya.
"Loh, nggak nyaman kenapa?"
"Den Gavin pulang."
"Hah, Gavin sudah pulang ke rumah."
Anjani mendengar ucapan mertuanya itu, ia hanya diam.
"Iya, Bu, tapi nggak sendiri."
"Hah, maksudnya?"
"Kalau ibu mau tahu langsung pulang aja, Bu."
"Oke, saya akan pulang."
"Tapi nanti jangan kasih tahu ke Den Gavin, kalau saya kasih tahu ibu."
"Iya, kamu tenang aja."
"Sudah dulu ya, Bu, mau lanjut kerja."
"Oke."
Panggilan pun berakhir, Tania langsung pamit dari rumah Anjani.
"Maaf, Anjani, Mama pulang dulu yah."
"Iya, Ma, hati-hati." Anjani mencium tangan Tania, lalu Tania mencium pucuk kepala mantan mantunya itu.
Sedangkan Roy sudah jingkrak-jingkrak seperti ulat nangka.
"Astaga, Roy!" kesal Nina.
"Eh, Mama." Roy terlihat salah tingkah setelah tidak sengaja menghamburkan spray yang sudah rapi.
"Kamu kenapa sih?" tanya Nina.
"Roy lagi bahagia, Ma," sahutnya.
"Bahagia kenapa sih, coba kasih tahu Mama."
"Lukisannya Anjani laku, Ma. Tahu nggak berapa harganya?"
"Ya mana Mama tahu," ucap Nina.
"Harga lukisan Anjani yang Roy beli itu laku 3 milyar, Ma," sahut Roy.
"Apa!" teriak Nina tidak percaya.
"Yang beli lukisan itu siapa, Roy?"
"Pelukis terkenal di dunia, beliau tertarik dengan lukisan Anjani, Ma."
"Lalu?" tanya Nina.
"Roy mau ngajak Anjani pergi kesana untuk menghadiri undangan beliau," sahutnya lagi dengan semangat.
"Hanya pergi berdua," ucap Nina.
"Iya," sahut Roy mengangguk.
Nina langsung menarik telinga anaknya. "Enak banget, nggak boleh!"
"Aduh, Ma, sakit!" kesal Roy.
"Mama nggak setuju kamu cuma berdua perginya," ucap Nina melarang.
"Loh, kenapa Ma?" tanya Roy.
"Kalian itu belum nikah," sahut Nina, "lagian Anjani kan baru cerai. Mending jangan dibawa dulu, kasihan dia."
"Tapi Ma ..." Roy memelas
"Roy!" dengan tegas Nina menolak.
"Iya-iya," ucap Roy pasrah.
Tania buru-buru keluar dari mobil setelah sampai, sedangkan Alexa sibuk marah-marah dengan Bibi.
"Bibi ini gimana sih!" kesal Alexa melempar makanan yang dimasak, "saya itu mau ikan bakar, kenapa rasanya kayak arang!"
"Maaf Non, tapi ...."
"Tapi apa?" tanya Alexa, "niat kerja ngga sih!"
"Niat kok, Non," sahut Bibi menunduk.
Alexa menggebrak meja kembali. "Pokoknya Bibi itu nggak becus kerja! Kamu saya pecat."
"Siapa yang suruh kamu memecat ART saya!" ucap Tania yang sudah melihat semuanya.
"Tante Tania," gumam Alexa.
Bibi itu tersenyum tipis, ia senang sekali majikan aslinya sudah datang.
BERSAMBUNG
semoga datang karma pada mereka..
Anjani aja gak pernah gangguin hidup mu...kamu aja yang tiap hari usil...
orang ketus mank harus dibalas ketus 👍👍👍