Monica Harvey memiliki berat badan hampir 100 kg karena kebiasaan makannya yang tidak teratur, dia tak peduli meski dia sering di bandingkan dengan sang kakak Alexa yang mempunyai body yang sekssiii dan berwajah cantik.
"Mo, jika kau gendut tidak akan ada yang mau menikah denganmu"
"Maka aku tidak akan menikah.." namun seolah dunia mengejeknya belum genap 24 jam dia bicara, Monica harus menerima pernikahan yang tidak di inginkannya.
Marvin Alfaro terpaksa menikah dengan gadis gendut pilihan kakeknya sebelum sang kakek meninggal dunia , lalu memilih mengabaikannya setelah menikah, dengan dirinya yang tinggal di kota berbeda, namun betapa terkejutnya tiga tahun kemudian dia melihat sebuah dokumen perceraian dari istrinya yang hampir dia lupa keberadaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Ke Perkebunan
Monica mematikan mesin mobilnya lalu diam sebentar untuk menghela nafasnya beberapa kali,..
Monica memejamkan matanya lalu keluar dari dalam mobil dan menemukan sebagian rumahnya sudah gelap.
Berjalan tenang ke dalam rumah berusaha menutupi kegelisahan hatinya yang sejak tadi meliputinya, Monica tidak boleh lemah jika untuk sekarang saja dia merasa bersalah pada Marvin bagaimana dia menjalani hidupnya nanti saat memutuskan berpisah dari Marvin.
Monica menghentikan langkahnya saat melihat Marvin duduk di sofa.
"Kau sudah pulang?" Marvin berdiri dan tersenyum.
"Kau menungguku?"
"Ya,.."
Monica meringis dan semakin tak enak hati saat melihat Marvin tidak marah sama sekali, mengingat tadi Marvin berusaha bicara dengan menahan amarahnya di depan teman- temannya dan dia memilih pergi meninggalkan Marvin.
"Tentang tadi.. aku hanya membutuhkan waktu untuk menjelaskan pada temanku.."
"Tidak masalah.. semua kesalahanku, jika aku tidak mengabaikanmu selama ini mungkin mereka akan tahu tentang kita.." Marvin mengelus rambut Monica sambil tersenyum "Tidurlah kau pasti lelah.." Marvin pergi ke arah kamarnya meninggalkan Monica yang tertegun melihat punggung Marvin berjalan menjauh.
Ada apa dengan Marvin..
Marvin masuk ke dalam kamar dan membuka pintu balkon, merasakan angin malam berhembus ke tubuhnya berusaha mendinginkan hatinya.
Marvin marah? tentu saja, namun dia juga tak bisa berbuat lebih karena akan menyakiti Monica, biar saja dia mengalah untuk sekarang, namun jika nanti mereka kembali Monica harus selalu dalam pengawasannya, tidak akan dia biarkan Monica bertemu pria lain
.
.
.
Pagi sekali Monica mengetuk pintu kamar Marvin, Monica menelan ludahnya saat Marvin membuka pintu.
"Kau sudah siap?"
"Eh..?"
"Bukankah kau ingin keperkebunan?"
"Kau tahu?"
"Tentu, ayo aku akan mengantarmu.." Monica tertegun dan melihat Marvin menggenggam tangannya sementara sebelah tangannya lagi mengambil koper Monica yang berisi beberapa pakaian.
Tiba di depan mobil Marvin, Monica tersadar dan berkata "Aku akan kesana sendiri.."
"Kenapa?"
Monica menggeleng "Aku bisa pergi sendiri.."
"Kau ingin menghindar?"
"Apa?"
"Bukankah kita sudah sepakat memberi waktu tiga bulan untukku, jika kamu terus menghindar bukankah itu tidak adil untukku, dan waktuku akan banyak yang terbuang percuma.."
Monica menipiskan bibirnya, lalu memilih masuk ke mobil Marvin, Marvin benar dia juga ingin menghindar karena takut akan goyah, hanya saja apakah terlalu kentara..
Sepenjang perjalanan Monica terus diam, sedangkan Marvin mencoba mengajaknya bicara..
"Berapa hari kau di sana?"
"Entahlah, seharusnya lebih lama atau niatku memang akan tinggal di sana setelah bercerai.."
Marvin mengangguk "Jadi kamu tidak sungguh-sungguh memberiku kesempatan?" Monica mengeryit.
"Bukankah aku sudah memberi kesempatan, ya.. meskipun terpaksa.."
Marvin menghela nafasnya "Ya, dan kamu selalu menghindar..bahkan mungkin jika aku berhasil kamu tetap ingin bercerai.."
Monica menggedikkan bahu.
"Aku ingin tahu perasaanmu selama ini padaku?"
"Kenapa kau menungguku selama ini, kau mencintaiku?" Monica diam dan memalingkan wajah.
"Jika kau tidak mencintaiku, kenapa menunggu selama itu dan berharap aku datang, bukan kah itu tandanya kamu mencintaiku?"
"Jika ingin bercerai kenapa tidak sejak awal, bukankah alasannya sama.. kamu mencintaiku?"
"Kenapa terus bicara, fokuslah menyetir..!" Monica memalingkan wajahnya yang memerah.
"Kamu menghindar lagi?"
"Aku.. aku tidak menghindar.."
Marvin tertawa "Lalu kenapa kamu tidak menjawabnya, kamu mengharapkan aku datang karena mencintaiku?"
Monica menatap Marvin dengan tajam "Jika Iya apa yang akan kau lakukan? kau akan berbangga diri karena nyatanya aku bahkan berdiet demi dirimu, dan akan bertepuk tangan bahwa si gendut Monica terlihat bodoh bahkan tidak makan seharian demi agar kau melihatku, aku bolak- balik ke rumah sakit karena asam lambungku naik bahkan nyaris merenggut nyawaku!" Marvin menegang.
"Tapi kau lupa tuan Marvin, bahwa cinta juga akan berada di titik jenuh, dan menyerah.. dan sekarang lah saatnya disinilah batasnya di saat bahkan suamiku sendiri lupa memiliki istri, dan juga tak pernah sekalipun dalam tiga tahun bertanya bagaimana keadaanku.. dan yang lebih parah lagi melupakan wajahku.."
"Maaf.." hanya itu yang dapat Marvin katakan..
"Jika kau merasa bersalah jangan menahanku lagi, tanda tangani surat cerai kita.."
Marvin menggeleng.. "Untuk itu aku tidak bisa, selama tiga bulan belum berakhir dan kamu melihatku, aku tidak akan melepaskanmu"
...
Marvin memarkirkan mobilnya di depan pondok kebun anggur, lalu keluar dan membawa koper Monica dan membawanya masuk.
Marvin melihat- lihat isi pondok ada satu dapur, ruang tamu dan satu kamar mandi di dekat dapur..
"Hanya ada satu kamar?"
"Hmm, tapi cukup luas untuk ku sendiri"
"Kamu nyaman tinggal disini?" Marvin duduk di tepi ranjang.
"Lebih nyaman dari pada di rumah yang besar tapi tidak berpenghuni, ada banyak pelayan, tapi mereka memiliki kesibukan sendiri saat bekerja dan itu berarti aku hanya sendiri.."
Marvin tersenyum "Baiklah jika begitu aku akan menemanimu disini.."
Monica mengeryit "Kau bercanda.."
"Kenapa tidak, bukankah suami harus ada di mana istrinya berada" Monica mendengus lalu membuka koper tak peduli Marvin yang masih berada di sana.
Marvin tersenyum lalu membaringkan diri di ranjang Monica "Kenapa kau tidur..?"
"Aku lelah menyetir, jadi akan istirahat.."
"Pergi istirahat di vilamu.." Monica menarik tangan Marvin agar bangun, namun Marvin bergeming.
"Aku tidak mau bergerak.."
"Vila mu hanya beberapa meter dari sini, dan hanya terpisah pagar.."
"Vila ku sedang di renovasi.."
"Apa?"
"Jadi kau akan tinggal disini?"
"Tentu saja memangnya dimana lagi.."
"Apa?!"karena tertegun, Monica tak menyadari Marvin menariknya hingga jatuh di pelukannya, Monica mencoba bangun namun Marvin memeluknya erat.
"Istirahat dulu baru setelah itu kau mengomeliku!"
Marvin memejamkan matanya dan memeluk Monica erat, hingga Monica merasa sesak "Kau ingin membunuhku?"
Marvin terkekeh lalu mengendurkan pelukannya "Aku harus merapikan pakaian ku."
"Diamlah, jika tidak aku akan menciummu"
.
.
.
Like..
Komen..
Vote..