Yun dan Sean adalah sepasang kekasih dengan kepribadian yang berbeda, Yun yang penyayang dan lembut mampu menaklukan sifat keras dalam diri Sean. Sean yang merupakan ketua genk motor tersohor sangat mencintai Yun, pria itu juga posesif pada Yun. Yun juga memiliki perasaan yang sama, walau sering dibuat jengkel oleh sifat kekanakan pria itu. Mereka bahagia memiliki satu sama lain, tapi...
Semuanya berubah kala Yun harus pergi, kondisi keuangan keluarganya merosot tajam. Yun tak ingin pergi, ia ingin bersama Sean. Tapi Sean berubah, pria itu membuatnya memutuskan untuk pergi dari sisinya. Ia mencoba memulai kehidupan baru dengan kepribadian baru, ia pun bertemu pria berkepribadian tak tersentuh. Sama dengan Sean, pria itu adalah anggota genk motor di kota itu. Saat pria itu tak sengaja mendekatinya, semua orang jadi menjodoh-jodohkan mereka, Yun pun memutuskan untuk dekat dengan pria sekali lagi.
Apa yang akan terjadi selanjutnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Who is She?
"Dia siapa?" Tanya seorang gadis cantik pada Dega, saat melihat Yun tengah berada di kamar basecamp mereka. "Gw gak pernah kenal dia, begitupun loe. Ya, kan?"
Yun menatap gadis berpakaian kurang bahan itu, penuh penilaian. "Saya juga gak kenal kamu, maaf." Ujarnya, membuat Wendy, gadis itu, menatapnya tak percaya.
"Loe gak kenal gw? Loe hidup di zaman apa, sih?" ujar Wendy, kaget.
"Dia Yun, kalo loe mau tau." Ujar Dega, acuh.
"Yun? Yun siapa?" Tanya Wendy, seingatnya Dega tak pernah memiliki kenalan bernama Yun. Pertemanan mereka sejak SMA membuatnya dekat dengan Dega, jadi dia pasti mengenal siapapun yang pernah dekat dengan pria satu itu. Dega itu pria sempurna, itu pemikiran Wendy, tapi sayangnya pria itu tak menyadari semua potensi yang ia miliki.
"Yuanita Salshabila, jurusan Psikologi." Ujar Yun sambil menyodorkan tangannya, berusaha beramah tamah pada gadis yang masih menatapnya tajam itu.
"Eoh? Kayaknya gw kenal loe deh, loe yang sering nolak cowok itu kan?" Ujar Wendy, membuat Yun menghela nafas. "Gw kira loe cantik banget, segini doang toh." Ujarnya, merendahkan. "Loe punya apa sih sampe nolak cowok-cowok itu? Ya, meskipun mereka emang rendahan sih." Ujarnya, membuat Yun menatap jengah Wendy.
"Saya gak pinta pendapat kamu, lagian ditolak atau diterima, itu urusan saya, saya yang menjalani kok." Ujar Yun sambil berjalan pergi, ia mengambil tasnya. "Kak, saya pulang aja, biar saya sarapan nanti." Ujar Yun, membuat Dega yang tengah menyiapkan sarapan itu menoleh.
"Ya! Kau tak bisa masuk kuliah dengan pakaian yang sama begitu dong, nanti ada yang curiga." Ujar Dega, membuat Wendy menatap keduanya tajam.
"Saya gak papa."
"Mandi dulu sana, ganti baju yang bener, Wendy udah bawain baju yang 'tertutup' buat kamu." Ujar Dega, Wendy menatap Dega kaget.
"Ya! Jadi loe pinjem baju gw buat dipake dia?" Tanya Wendy, tak terima.
"Iya, dia kan gak bawa baju ganti." Ujar Dega, tanpa dosa. "Lagian baju-baju itu kan jarang loe pake, biar ada yang make."
"Tapi gw pikir..."
"Saya gak papa kok, Kak. Saya bisa pulang, jadwalnya siang kok." Ujar Yun, merasa tak enak. "Saya pulang ya, terimakasih atas tumpangannya." Ujarnya sambil bergegas pergi, membuat Wendy menatap Dega yang seperti menyesal melihatnya pergi.
"Loe ada hubungan apa sama tuh cewek?" Tanya Wendy, penasaran.
"Nggak ada, cuman kenalan doang kok." Ujar Dega, ia membawa sarapannya ke meja ruang tamu.
"Loe yakin? Gw rasa..."
"Makan nih, gara-gara loe kan, gw jadi masak kebanyakan." Ujar Dega sambil menyumpalkan pancake kedalam mulut Wendy, membuat gadis itu tersedak.
"Dega, loe mau mati hari ini?" teriak Wendy, kesal. Kan jadi sayang dandanan dia hari ini, terpaksa deh dia merapikan dandanannya lagi.
Dega hanya tertawa melihat Wendy menggerutu karna bibirnya belepotan, membuat gadis itu mendelik kearahnya. "Mau lagi?"
"Si*l*n loe!!"
***
"Yun, loe gak papa?" Tanya Luni, khawatir. "Loe gak diapa-apain sama mereka, kan?"
"Maksudnya?"
"Eh, bego!! Loe ngapain sih pake acara jatuh-jatuhan?" Teriak Rima sambil memukul kepala Yun, membuat Yun bingung. "Tapi loe gak papa, kan?"
"Kenapa, sih? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Yun, bingung sekaligus khawatir.
"Hmm, Kak Kent masuk rumah sakit semalam." Ujar Luni, perlahan.
"Apa? Kenapa loe gak bilang?" Tanya Yun, panik.
"Makanya itu loe cerita dulu ke kita, apa yang terjadi malam itu? Gimana bisa loe sama Kent ngeliat balapan?" Ujar Rima, kesal.
"Loe sendiri bilang gw jatuh, tau dari mana?" Ujar Yun, membuat Rima terdiam.
"Gw sama Kak Jemmy liat kalian kesana, kita ikutin kalian. Pas loe jatuh, gw udah siap mau laporin ke polisi, tapi Jemmy nahan gw. Eh, taunya Kent yang lapor, kita juga yang berhentiin preman-preman itu mukulin Kent dengan sirine polisi yang ada di Kak Jemmy."
"Hah? Kenapa loe diem aja?" Teriak Luni, kesal.
"Ya, mana gw tau bakal kayak gitu kejadiannya. Loe juga sih, Yun, jadi cewek tuh harusnya bisa nolak." Ujar Rima, kesal.
"Gw kan gak tau, rencana blind date ini juga kalian yang siapin." Ujar Yun, tak mau kalah.
Rima dan Luni terdiam, merasa benar dengan perkataan Yun.
"Kita harus nengokin Kak Kent, gw ngerasa bersalah." Ujar Yun, pelan.
"Kent kritis, belum bangun." Ujar Luni, membuat Yun lebih kaget lagi.
"Dan loe baru ngasih tau gw sekarang?!"
***
"Kepala terluka, bahunya patah, yang lain sih gak terlalu parah." Ujar Yohan, pelan.
"Gak parah gimana?" Ujar Yun, sebal.
"Kent gak mau kamu khawatir, dia baik-baik aja katanya." Ujar Yohan, tersenyum.
"Dia udah bangun?" Tanya Luni, khawatir.
"Iya, tapi dia masih butuh istirahat." Ujar Jemmy, membuat Yohan menatap Yun. "Ini bukan salah kamu kok, Yun."
"Aku harus bicara sama mereka, mereka gak bisa seenaknya kayak gini." Ujar Yun, membuat Yohan menatapnya.
"Kau mau bicara pada siapa?" Tanya Yohan, tapi Yun malah diam. "Pada mereka?"
"Aku harus pergi..."
"Yun, itu bahaya." Ujar Yohan sambil menarik tangan Yun, Luni dan Rima ikut berdiri. "Kamu gak tau siapa mereka, kamu juga gak bisa sembarangan nuduh mereka. Dan kalau misalnya kamu celaka, apa yang harus kujelaskan pada Kent? Kamu tau kan, Kent lakuin ini buat jagain kamu!!"
"Aku bakal baik-baik aja, mereka baik sama aku. Aku hanya ingin cari tau, karna aku yakin, bukan mereka yang mukulin Kent."
"Kamu gak bisa percaya gitu aja sama mereka, Yun. Kamu gak tau kehidupan mereka kayak gimana, mereka itu preman. Kamu gak boleh deket-deket mereka, nanti kamu bisa jadi korban."
"Aku gak bisa diem aja liat Kent kayak gini, aku harus bertindak. Seenggaknya setelah tau mereka siapa, aku bakal tenang."
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Jemmy, mulai tertarik.
"Aku..."
"Resikonya besar, Yun. Kent yang cowok aja sampe gitu, jangan ngelibatin diri lebih dari ini." Ujar Rima, membuat Yun terdiam.
"Dibantuin mereka bukan berarti kamu dekat sama mereka, bisa aja kamu mau dijerumusin sama mereka." Ujar Luni, khawatir.
Yun menghela nafas, hatinya tak tenang. Sebenarnya ia sendiri takut menghadapi para pria itu, pengalaman dekat dengan seseorang seperti mereka sama sekali tak membantu. Tapi Yun juga tak bisa diam aja, Kent begitu karnanya. Ia harus cari tau siapa mereka, tapi selanjutnya apa yang harus ia lakukan? Membalas mereka? Dengan membawa DS? Apa ia bisa? Apa ia sudah gila? Luni benar, ditolong mereka belum tentu bisa membuatnya masuk kedalam lingkungan mereka.
"Aku tetap akan menemui mereka, maaf, tapi Kent disana karna aku. Aku gak bisa diam aja liat dia kayak gitu, aku harus temui DS!!"
"DS? Kamu gila, Yun, mereka semua preman." Ujar Rima, kesal.
"Aku pernah ngadepin orang kayak mereka, bahkan lebih seram dari mereka, aku harus tetap menemui mereka."
"Kalau begitu, aku ikut." Ujar Jemmy, membuat kedua sahabat Yun menatapnya. "Han, jaga Kent, gw bakal berusaha lindungin Yun."
"Resikonya besar, Jem!! Loe liat Kent, gw gak mau temen gw masuk rumah sakit juga."
"Loe lebay amat, gw kan bisa jaga diri."
"Bela diri gak cukup buat loe, kalo loe dikeroyok nanti." Ujar Yohan, jengah dengan sikap sok kuat yang ditunjukkan Jemmy.
"Itu urusan nanti, tenang aja." Ujar Jemmy, membuat Yun menatapnya. "Kenapa? Loe ragu?"
"Kakak yakin mau ikut?"
"Gw jagain loe kan, sama kayak Kent, gw bisa jaga diri kok, loe yang harus khawatirin diri loe sendiri." Ujar Jemmy, membuat Yun mengangguk pelan.
spirit thor