Alaska Krisan dan Dionna Patrania terlibat dalam sebuah konspirasi bernama perjodohan.
Demi bisa hidup tenang tanpa campur tangan Mamanya, Alaska akhirnya menuruti keinginan mamanya untuk menikahi Dionna . Spesis wanita yang berbanding terbalik dengan kriteria wanita idaman Alaska.
Bagi Dionna, Alaska itu tidak bisa ditebak, sekarang dia malaikat sedetik kemudian berubah lagi jadi iblis.
Kalau kesetanan dia bisa mengeluarkan seribu ekspresi, kecepatan omelannyapun melebihi tiga ratus lima puluh kata permenit dengan muka datar sedatar tembok semen tiga roda.
Ini bukan cerita tentang orang ketiga.
Ini tentang kisah cinta Alaska dan Dionna yang
"manis, asem , asin = Alaska orangnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBucin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan Menguping
"Apa yang dia lakukan ? " Dionna jadi tak sabaran menunggu Alaska masuk didalam mobil, iapun menekan klakson hingga membuat pria itu berjengit kaget diluar karena terkejut.
"Kamu kenapa lama sekali ?" Protes Dionna karena sekarang katong kemihnya sudah terasa penuh sekali sampai ia harus merapatkan kedua kakinya agar ia tidak buang air dimobil Alaska.
Karena memergoki Alaska dengan seorang wanita membuat Dionna lupa kalau saat itu dia harusnya ketoilet bukannya menguping pembicaraan mereka dan akhirnya terciduk.
"Kenapa memang ? Ini mobilku, kalau tidak mau menunggu silahkan naik taksi." Dionna mencibir, seharusnya dia kabur sejak awal. Bersama Alaska akan selalu membuatnya salah dan disalahkan.
"Mulutmu it---" Dionna mengarahkan telunjuknya kewajah Alaska namun gerak tangannya sudah ditangkap Alaska hingga ucapannya terhenti.
"Kenapa dengan mulutku huh ?" Suara Alaska terdengar agak serak
"Mulutmu ini , pedasnya melebihi cabai ! "
"Pedas? Memangnya kamu pernah merasakan ada mulut yang rasanya pedas seperti cabai ?"
"T--tidak." Sergah Dionna cepat
"Terus kenapa kamu bilang mulutku pedasnya melebihi cabai ? Memangnya kamu pernah rasain ?"
Dionna menggeleng cepat. Bagaimana mungkin Dionna pernah mencicipi bibir setan itu. Sentuhan fisik mereka begitu terbatas, adapun pernah sekali bibir mereka bertemu itupun saat ciuman singkat dihari pernikahan mereka yang menyebabkan Dionna pingsan dan malu seumur hidup .
"Oh-- jangan-jangan kamu mau coba lagi , biar tahu rasanya dan tidak asal bicara lagi ?" tantang Alaska yang langsung dibalas gelengan oleh Dionna.
Lama-lama Dionna bisa kehilangan akal berdekatan dengan Alaska apalagi tatapan yang diberikan Alaska membuat jantungnya tidak bisa diajak berkomunikasi lagi.
Dionna memundurkan punggungnya hingga menabrak kaca jendela mobil. Sialnya, Alaska semakin mendekatinya. Jarak mereka tidak pernah sedekat ini, otak Dionna seharusnya menyalakan alarm tanda bahaya, tetapi otot-otot tubuhnya tidak mau bekerja sama.
"Alaska menjauh dariku" Dionna kehilangan kata-kata dan segera mendorong tubuh Alaska agar menjauhinya namun lelaki itu tidak bergerak dan malah menyudutkan Dionna.
"Kenapa?" Alaska tersenyum miring lalu melanjutkan ucapannya "Kenapa kamu tiba-tiba ada dicafe itu ? Kamu sedang mengupingkan ?"
"T-tidak, untuk apa aku menguping?" Dionna segera berkilah , ia harus membela harga dirinya.
"Jika tidak menguping kenapa kamu datang kecafe dan duduk dibelakang kursiku ? " Dionna kira Alaska tidak menyadari hal itu, ternyata Alaska hanya sedang mencari waktu yang tepat untuk menyudutkannya.
"Itu... Itu karena..."
"Karena apa ? coba jelaskan ?" Tuntut Alaska.
Dionna menggigit bibirnya, ia tidak tahu harus menjawab apa. Otaknya juga tidak mau membantunya berpikir hingga akhirnya Dionna tidak punya pilihan selain mengakui semuanya dihadapan Alaska.
"I-iya, aku mengaku salah. Aku memang berniat menguping pembicaraanmu karena kamu hanya berdua dengan seorang wanita disini. Istri mana coba yang tidak berfikir aneh-aneh melihat suaminya ada dicafe bersama wanita cantik." Akhirnya Alaska menjauhkan tubuhnya hingga Dionna bisa menghela napasnya lega.
"Dia cuma mantan kekasihku, dan pertemuan ini murni sebatas urusan pekerjaan." Ucap Alaska tiba-tiba memberi penjelasan. Dionna mengernyit kebingungan, jauh dari perkiraannya ternyata wanita cantik itu pernah menjalin hubungan dengan suaminya.
Ternyata suaminya masih normal, buktinya Alaska punya seorang mantan kekasih.
"Aku mengatakan ini agar kamu tidak salah paham dan berfikir negatif. Aku tahu batasan, dan juga tidak mendadak amnesia bahwa aku sudah menikah."
Setelah mengatakan itu tak ada percakapan yang terjadi. Dionna hanya diam sembari terus memikirkan ucapan Alaska dari beberapa tanya yang lebih ia pilih dipendam dari pada menanyakannya pada Alaska. Dionna masih enggan bertanya lebih pada suaminya sendiri.
••••
"Mau sampai kapan kamu melamun disitu ?" Suara Alaska menyentak Dionna kembali dari alam bawah sadarnya.
Dionna hendak beranjak dari mobil Alaska menenteng beberapa barang belanjaannya , tetapi ia kemudian ingat dengan sepasang kekasih tadi.
"Al" panggil Dionna membuat Alaska yang baru keluar mobil menatapnya.
"Bantu bawain ini ." pinta Dionna dengan nada sedikit manja. Alaska mendengkus.
"Memangnya tangan kamu kenapa ?"
Walaupun begitu, pertanyaan Alaska hanyalah retoris belaka. Pria itu tetap mengambil barang belanjaan Dionna dan membawanya masuk kerumah. Dionna takjub. Ia tidak menyangka kalau Alaska benar-benar membawa barang belanjaannya.
"Tumben kamu baik sekali." puji Dionna setelah Alaska meletakkan barang belanjaannya keatas meja dapur.
"Giliran kamu yang masak." Dionna menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Alaska memang tidak bisa diajak kompromi.
Alaska memang sudah menjadi suaminya selama tiga bulan, tapi mereka masih canggung. Tak pernah dekat, kalaupun dekat selalu saja endingnya baku hantam. Alaska terkadang pendiam. Tanya sekedarnya, sebutuhnya dan secukupnya tapi terkadang jika setan dalam dirinya keluar, bisa saja pria bermulut pedas itu mengoceh tujuh hari tujuh malam. Tingkat kesensitifannya pun meningkat, bahkan bernapas pun Dionna selalu salah dimata Alaska. Wajah Alaska memang tampan, tapi sedatar tembok yang dibuat dari semen tiga roda.
Untuk memulai misinya, Dionna sudah menyiapkan rencana yang perlahan-lahan akan memikat hati Alaska. Dionna akan memasak menu makan malam yang baru dia pelajari dikelas memasak siang tadi.
Kira-kira memberikan waktu satu jam untuk istrinya memasak didapur Alaska pikir waktunya lebih dari cukup, hingga tepat sejam iapun turun menuju dapur . Baru saja menuruni tangga aroma yang tercium sudah aneh. Semenjak Dionna rutin kursus memasak, wanita itu selalu saja memberi Alaska makanan eksperimennya. Yang terkadang sebelum memakannya, Alaska selalu merapal doa
berharap setelah makan takkan ada kejadian sakit perut atau bahkan kejadian terburuk ia keracunan.
"Apa ini ?" Tanya Alaska , Dionna sudah menghidangkan masakannya diatas meja namun kepulan asap diwajan penggorengan masih terlihat jelas jejaknya.
"Itu ayam bakar kecap."
Alaska tidak menunjukkan reaksi apapun atas hidangan diatas meja, sama sekali tidak menggugah selera apalagi baunya, seperti bau abu sisa pembakaran. Pria itu jadi ragu untuk memakannya.
"Apa yang kau tunggu , ayo dimakan sebelum dingin." Dionna lebih dulu mencicipi masakannya, reaksi memujanya membuat dahi Alaska mengernyit. Sulit menebak apa Dionna hanya akting atau masakannya benar-benar seenak itu.
Alaska akui, tampilan dari masakan Dionna memang aneh-aneh, tapi ada beberapa masakan yang dibuat Dionna rasanya tidak seburuk tampilannya. Lumayan.
Seperti saat ini, ketika lidahnya bersatu dengan ayam bumbu buatan Dionna. Alaska sempat terdiam , indra pengecapnya sedang sibuk merumuskan rasa dari masakan Dionna lalu setelah itu mulutnya kembali mengunyah sampai ia merasa kekenyangan. Meskipun tampilannya mengerikan tapi rasa dari masakan Dionna tidak seburuk tampilannya.
Jika diingat kembali belakangan ini Dionna memang mengalami beberapa peningkatan tidak seperti awal mereka menikah. Alaska harus sering merilekskan kulitnya yang kaku karena terus menahan emosi pada Dionna. Baru beberapa minggu mereka hidup bersama , rasanya sisa umur Alaska berkurang setiap hari, memikirkan bagaimana ia akan hidup bersama wanita itu sampai tua, bisa-bisa kepalanya botak sebelum waktunya.
Hingga saat inipun ketakutan terbesar Alaska masih sama yaitu tertarik pada Dionna, ia masih cukup sulit untuk menerima kenyataan bahwa Dionna bocah ingusan yang dulunya suka mengekorinya kemana-mana sudah menjadi istrinya.