NovelToon NovelToon
Admiral Of Bismarck: The Second War Rises In Another World

Admiral Of Bismarck: The Second War Rises In Another World

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Summon / Barat
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Akihisa Arishima

Bismarck telah tenggelam. Pertempuran di Laut Atlantik berakhir dengan kehancuran. Kapal perang kebanggaan Kriegsmarine itu karam, membawa seluruh kru dan sang laksamana ke dasar lautan. Di tengah kegelapan, suara misterius menggema. "Bangunlah… Tebuslah dosamu yang telah merenggut ribuan nyawa. Ini adalah hukumanmu." Ketika kesadarannya kembali, sang laksamana terbangun di tempat asing. Pintu kamar terbuka, dan seorang gadis kecil berdiri terpaku. Barang yang dibawanya terjatuh, lalu ia berlari dan memeluknya erat. "Ana! Ibu kira kau tidak akan bangun lagi!" Saat melihat bayangan di cermin, napasnya tertahan. Yang ia lihat bukan lagi seorang pria gagah yang pernah memimpin armada, melainkan seorang gadis kecil. Saat itulah ia menyadari bahwa dirinya telah bereinkarnasi. Namun kali ini, bukan sebagai seorang laksamana, melainkan sebagai seorang anak kecil di dunia yang sepenuhnya asing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Akihisa Arishima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali Pulang

Perjalanan menuju Drachenburg memakan waktu dua hari yang melelahkan. Meski jaraknya tak terlalu jauh, kelelahan terasa semakin berat setelah menghadapi tragedi yang baru saja menimpa mereka. Serangan goblin yang menghancurkan desa membuat mereka berada di ambang keputusasaan karena gagal melindungi tempat yang selama ini mereka jaga. Jika bukan karena Bismarck, mungkin tak ada seorang pun yang akan selamat.

Saat kereta mereka berhenti di depan gerbang kediaman utama Heinrich di Drachenburg, cahaya oranye keemasan senja menyelimuti halaman depan. Ketika pintu gerbang terbuka, Liliana, istri kedua Heinrich, muncul bersama putra mereka, August. Begitu melihat Seraphina dan Anastasia dalam keadaan selamat, ekspresi lega langsung terpancar di wajahnya.

Tanpa berpikir panjang, Liliana berlari menghampiri mereka. Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh saat ia memeluk Seraphina erat, seolah takut kehilangan lagi.

"Syukurlah… Kalian selamat…" suaranya bergetar, mencerminkan kecemasan yang selama ini menghantuinya.

Seraphina membalas pelukan itu dengan lembut, merasakan betapa Liliana benar-benar mengkhawatirkan mereka. "Maaf telah membuatmu cemas, Liliana," bisiknya, suaranya penuh kelegaan dan kehangatan. "Kami… mengalami banyak hal di sana. Tapi kami selamat."

Di sisi lain, August yang sejak tadi memandangi Anastasia dengan mata membelalak, akhirnya berlari mendekat. Bocah itu tak mampu lagi menahan air matanya yang mulai mengalir di pipinya.

"Kakak…!" suaranya pecah di antara isakan. "Aku pikir… aku pikir aku tidak akan pernah melihatmu lagi…"

Tanpa ragu, Anastasia membuka kedua lengannya, bersiap menyambut August. Begitu bocah itu berlari ke arahnya, ia segera menariknya ke dalam pelukan hangat. Tangannya terangkat mengusap lembut kepala August, membiarkan adik tirinya melampiaskan tangis di dadanya. Senyum tipis terukir di wajahnya.

"Aku di sini, August," bisiknya lirih, namun penuh rasa sayang. "Aku tidak pergi ke mana-mana."

Tangis August semakin deras, tapi di balik isakannya ada rasa lega yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Di pelukan kakaknya, ia merasa aman—seolah dunia yang sempat terasa hancur kini kembali utuh.

Di tengah momen yang mengharukan itu, Hans melangkah kearah para kesatria dengan sikap tegas namun tetap menghormati suasana. Menyadari betapa lelah dan tegangnya semua orang, ia memutuskan mengambil inisiatif untuk mengatur segalanya.

"Semua ksatria, simpan senjata kalian di gudang senjata," perintah Hans dengan suara rendah namun jelas, memecah keheningan yang penuh emosi. Ia tahu, meski mereka selamat, tugas mereka belum benar-benar selesai.

Katarina, yang masih memegang pistol di tangannya, melirik sekilas ke arah Anastasia sebelum mengangguk pelan. Tanpa sepatah kata pun, ia berbalik dan melangkah menuju gudang, diikuti oleh Bismarck yang tetap menunjukkan ketenangannya.

Sesampainya di gudang, Katarina menaruh pistolnya dengan hati-hati di rak kayu, sementara Bismarck berdiri diam, menatap senjata di tangannya seolah ada kenangan yang sulit ia lupakan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Katarina perlahan, suaranya nyaris berbisik.

Bismarck menoleh pelan, ekspresinya tetap datar seperti biasa. Namun, di balik matanya yang tajam, ada kilatan emosi yang sulit diartikan—sesuatu yang berbeda dari sosoknya yang selama ini terlihat dingin dan tanpa rasa.

"Aku hanya menjalankan tugasku," ucap Bismarck dengan suara yang lebih pelan dari biasanya. "Selama Laksamana masih di sini… aku akan tetap berada di sisinya."

Katarina, yang berdiri di sampingnya, menghela napas pelan sebelum menoleh ke arahnya. "Kupikir… kapal perang seharusnya tidak memiliki emosi seperti manusia," katanya, suaranya terdengar lembut namun penuh rasa ingin tahu.

"Tapi kau… kau berbeda. Kau bisa merasakan sesuatu, bukan?" Katarina menyipitkan matanya, mencoba membaca reaksi Bismarck. "Melihat mereka seperti itu… apa kau merasa sesuatu?"

Bismarck tidak segera menjawab. Matanya tetap terpaku pada pemandangan di depan—keluarga yang saling berpelukan, memelihara rasa hangat yang baginya terasa begitu asing. Hatinya terasa berat, sesuatu yang bahkan ia sendiri sulit mengerti. Ada getaran halus di dadanya, seolah melihat pemandangan itu membangkitkan perasaan yang pernah hilang… atau mungkin, yang tidak pernah ia sadari sebelumnya.

"Aku…" Bismarck membuka mulutnya, tapi suaranya menggantung di udara. Ia mengepalkan tangan di samping tubuhnya, mencoba menahan sesuatu yang mulai mengganggunya di dalam hati. "Aku tidak tahu…" lanjutnya pelan. "Tapi… melihat mereka seperti itu—" Ia terhenti, menelan kata-katanya sendiri.

Katarina mengamati perubahan halus di wajah Bismarck. Untuk pertama kalinya, ia tidak lagi melihat sekadar kapal perang yang dingin dan efisien. Yang ia lihat adalah sosok yang mulai merasakan sesuatu—sesuatu yang sangat manusiawi.

"Kau lebih manusiawi daripada yang kau kira," gumam Katarina, tersenyum kecil. "Dan itu… bukan hal yang buruk, Bismarck."

Setelah beberapa waktu, mereka kembali ke ruang tengah, di mana Seraphina, Anastasia, Liliana, dan August sudah duduk mengitari perapian. Aroma kayu yang terbakar memenuhi ruangan, memberikan rasa hangat setelah perjalanan panjang.

"Jadi… Apa yang sebenarnya terjadi di sana?" tanya Liliana penasaran, sambil menatap serius ke arah Seraphina.

Seraphina menarik napas panjang, lalu mulai menceritakan tragedi yang mereka alami—serangan mendadak gerombolan goblin, kehancuran desa, dan bagaimana mereka hampir kehilangan segalanya. Namun, di saat-saat tergelap, Bismarck muncul menyelamatkan mereka.

"Tanpa Bismarck, mungkin kita tidak akan berada di sini sekarang," ucap Seraphina sambil melirik sosok gadis berambut pirang itu. "Kami sangat berutang budi padanya."

Liliana menghela napas lega. "Aku tidak tahu bagaimana cara kami membalas semua ini… Terima kasih, Bismarck."

"Tidak perlu berterima kasih," jawab Bismarck tenang. "Aku hanya melakukan tugasku."

Malam itu mereka menikmati makan malam hangat bersama, mengisi energi yang terkuras. Setelah itu, Anastasia dan August pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di kamar mandi, Anastasia mulai membuka bajunya tanpa ragu sedikit pun. Baginya, melepas pakaian hanyalah hal biasa—kebiasaan lama dari kehidupan sebelumnya yang masih melekat. Ia lupa kalau kini tubuhnya bukan lagi tubuh seorang pria.

August, yang berdiri tak jauh di depannya, mendadak membelalakkan mata saat melihat kakaknya membuka baju dengan santai. Pipinya langsung memanas, dan ia buru-buru membalikkan badan, mencoba menyembunyikan rasa malunya.

"K-Kak Anastasia… setidaknya beri aku peringatan dulu…" gumamnya gugup, kedua tangan menutupi wajahnya yang memerah.

Anastasia menoleh, mengangkat alisnya heran. "Hah? Ada apa? Kenapa kau merasa malu? Bukannya dulu kita sering mandi bersama?" tanyanya santai sambil melepas kancing terakhir dan meletakkan bajunya di samping.

August menelan ludah, tetap membelakangi kakaknya. "I-Itu dulu… Sekarang beda…! Kakak… kan…" suaranya melemah, merasa canggung melanjutkan kalimatnya.

Anastasia baru menyadari keanehan sikap adiknya. Ia menatap dirinya sendiri sekilas, baru teringat kalau kini tubuhnya adalah tubuh seorang gadis remaja. Namun, karena jiwanya masih seorang pria dewasa di dalam, ia tidak terlalu memedulikannya.

Dengan tawa kecil, ia berkata, "Pfttt~ Kau ini terlalu pemalu, August. Aku tidak masalah, kok."

"Tapi aku masalah…" balas August pelan, hampir seperti bisikan. Punggungnya tetap menghadap Anastasia, tak berani menoleh sedikit pun.

Anastasia menghela napas, lalu berjalan menuju bak air hangat. "Kalau kau nggak nyaman, aku nggak akan memaksamu. Tapi, serius deh, kau jadi lebih kaku daripada waktu kita kecil," ujarnya sambil duduk di pinggir bak, mencelupkan kakinya ke dalam air.

August berusaha mengatur napasnya, tetapi wajahnya tetap terasa panas. Ia tahu, bagi Anastasia ini mungkin bukan masalah besar. Namun, bagi dirinya yang sedang beranjak remaja, melihat kakaknya—seorang gadis cantik—begitu santai di depannya jelas membuatnya merasa canggung.

"Ayo cepat masuk," ajak Anastasia sambil menepuk sisi bak. "Airnya hangat. Nggak usah malu-malu, aku tetap kakakmu kok."

Dengan ragu-ragu, August akhirnya berbalik, masih menunduk dan mencoba menghindari kontak mata. Ia mendekat perlahan, merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, sementara Anastasia tetap bersikap santai seperti biasa.

Namun, perhatian August tertuju pada bekas luka di tubuh kakaknya. Goresan panjang di punggung, luka di lengan, dan tato misterius di punggungnya yang membuat August terdiam kagum.

"Kak… Ini semua… karena pertempuran itu?" tanyanya pelan, suaranya sarat kekaguman dan rasa khawatir.

Anastasia tersenyum tipis. "Ya… Kau benar, Tapi aku baik-baik saja.."

Setelah selesai mandi, mereka pergi ke kamar. Seperti biasa, Anastasia tidur di kamar yang sama dengan August. Di sisi lain rumah, Katarina dan Bismarck beristirahat di kamar tamu yang telah disediakan.

Keesokan paginya, suasana kediaman Drachenburg menjadi lebih ramai dari biasanya. Rombongan pengungsi dari Fischerdorf akhirnya tiba, dipimpin langsung oleh Heinrich dan beberapa kesatria pengawal. Begitu ia melihat Seraphina dan Anastasia dalam keadaan sehat, tanpa sepatah kata pun ia langsung memeluk mereka erat, bahunya bergetar menahan emosi.

"Aku pikir… aku kehilangan kalian…" bisiknya, suaranya nyaris pecah.

Seraphina membalas pelukannya dengan lembut. "Kami selamat, berkat Bismarck dan Katarina."

Heinrich memandang kedua gadis itu dengan tatapan penuh rasa terima kasih. "Aku berhutang nyawa pada kalian. Jika ada yang bisa kulakukan untuk membalasnya, katakan saja."

Bismarck hanya mengangguk sopan. "Aku hanya melakukan tugasku, Yang Mulia."

Di tengah keramaian, Katarina tiba-tiba membeku di tempat. Matanya membelalak saat melihat sosok pria muda di antara para pengungsi. "Lutz…? Itu kamu?" bisiknya tak percaya.

Pria kecil itu kemudian berlari menghampiri Katarina. "Kak Katarina!" katanya, air mata mengalir di wajahnya.

Setelah semua kekacauan mereda, Heinrich memutuskan untuk mempekerjakan Bismarck dan Katarina sebagai maid di kediamannya. Keputusan ini diambil setelah melihat kedekatan Anastasia dan August dengan kedua gadis tersebut. Selain sebagai bentuk balas budi atas bantuan mereka, Heinrich menyadari bahwa Bismarck dan Katarina memiliki keterampilan luar biasa yang dapat diandalkan untuk melindungi Anastasia dan August dari ancaman yang mungkin muncul di masa depan.

"Mulai sekarang, kalian adalah bagian dari keluarga ini," ucap Heinrich tegas. "Lindungi putriku dan rumah ini seperti rumah kalian sendiri."

"Dengan senang hati, Yang Mulia," jawab Bismarck sambil menundukkan kepala.

Hari itu menjadi awal baru bagi mereka semua. Di tengah ketenangan yang semu, ancaman dari makhluk asing masih membayangi. Namun, bersama-sama, mereka siap menghadapi apa pun yang akan datang di masa depan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!