AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
"Aku mohon bantu aku Tia, kau adalah satu-satunya teman perempuan Wira yang berani bicara pada," Farah menggenggam tangan Tia, memohon pada wanita itu untuk membantunya bertemu dengan Wira.
"Maaf Farah, aku tidak bisa membantu mu. Jangan libatkan aku dalam masalah mu, kita memang saling mengenal. Tapi, aku tidak kau hubungan pertemanan ku dan Wira rusak!"
"Bagaimana kalau suami mu saja? Bayu sangat dekat dengan Wira, aku yakin Wira akan mendengarkan ucapan Bayu."
"Aduh, Farah. Kamu jangan maksa dong! kalau kamu niatnya baik mau kembali bekerja di perusahaan Wira, seharusnya kamu datang sendiri untuk meminta maaf. Bukan seperti ini,"
Farah yang kesal langsung menghempaskan tangan Tia, membuat Tia terkejut.
"Kalian sama saja. Sama-sama tidak mengerti perasaan orang lain. Ciiih......!" Farah emosi.
"Kau ini kenapa hah? aneh, pergi dari cafe ku...!" usir Tia tak kalah emosinya.
Farah mendengus kesal, mengambil tasnya kemudian pergi dari cafe Tia.
"Dasar perempuan aneh!" Tia bergeleng kepala.
Dari cafe Tia, dengan memantapkan hati Farah datang ke kantor Wira. Entah di mana wanita ini menyimpan wajahnya, Farah sudah tidak peduli lagi.
"Aku harus kembali bekerja dengan kantor ini. Aku butuh banyak uang, hanya Wira yang berani membayar pekerjaan ku dengan maha!"
Farah menghela nafas lalu masuk ke dalam area perkantoran. Namun, baru saja Farah mau masuk sudah di halangi dua orang petugas keamanan.
"Maaf, mbak Farah tidak boleh masuk!" ucap salah seorang petugas keamanan yang mengenali Farah.
"Aku datang ke sini atas panggilan dari Wira. Jadi, jangan menghalangi ku!" bohong Farah.
Kedua petugas tersebut saling pandang tidak percaya.
"Jika kalian tidak membiarkan aku masuk, aku akan menelpon Wira. Kalian mau di pecat kah?" Farah menakuti kedua petugas keamanan.
Antara percaya dan tidak percaya, mereka membiarkan Farah masuk. Senyum Farah melebar, wanita ini tidak peduli dengan gunjingan karyawan yang melihat kedatangannya.
"Maaf, siapa ya?"
Sekretaris Wira yang baru menghalangi Farah ketika hendak masuk ke dalam ruangan Wira.
"Kau yang siapa hah?" Farah malah balik bertanya.
"Aku sekretaris pak Wira. Tolong yang sopan kalau mau masuk ke ruangan pak Wira!"
"Sejak kapan Wira memiliki Sekretaris lelaki seperti ini?" Batin Farah, "biarkan aku masuk, aku calon istri Wira." Farah berbohong.
Bingunglah pria yang bernama Dimas itu, perasaan bosnya baru beberapa minggu lalu menikah tapi kenapa sekarang ada perempuan yang mengaku calon istrinya Wira.
Farah yang mendapatkan kesempatan untuk masuk langsung membuka pintu lalu menguncinya. Wira yang fokus pada pekerjaan terkejut dengan kehadiran Farah.
"Mau apa kau datang ke sini hah?" wajah Wira langsung merah padam.
"Wira, kau tidak bisa bersikap seperti ini. Ini sangat tidak adil pada ku!"
"Keluar dari ruangan ku!" usir Wira, "bagaimana kau bisa masuk ke sini hah?" sentak Wira berniat menyeret Farah keluar namun wanita ini langsung menghalangi pintu.
Farah malah memeluk Wira, membuat Wira semakin terkejut dengan sikap Farah.
"Aku bisa memuaskan mu di banding istri mu itu. Wira, aku sangat mencintaimu!" ucap Farah berusaha melepas kancing jas Wira.
Wira yang benar-benar risih langsung mendorong wanita itu dengan sangat kasar, membuat Farah jatuh terjungkal.
"Wira, kenapa kau kasar pada ku. Aku mencintai mu, kenapa kau tidak mengerti juga?"
"Dasar perempuan gila. Keluar dari kantor ku!"
Wira membuka kunci pintu, menarik tangan Farah dengan sangat kasar dan menyeret wanita itu keluar. Semua orang terkejut, baru saja mereka melihat Farah masuk dengan wajah sombong namun sekarang sudah di seret seperti gerobak.
"Wira, lepaskan aku. Aku hanya ingin keadilan saja. Kenapa kau selalu memperlakukan kasar seperti ini hah?"
Farah berusaha melepaskan diri.
"Aku muak pada mu, sudah ku bilang jangan ganggu aku!" ucap Wira tanpa menoleh Farah.
Buk.....
Farah terjatuh kelantai.
"Siapa yang membiarkan perempuan ini masuk hah? apa kalian lupa dengan pesan ku?" Wira marah besar.
"Maaf pak, dia bilang tadi pak Wira sendiri yang menyuruhnya datang!" jawab salah seorang petugas keamanan dengan wajah ketakutan.
"Perempuan ini sangat pandai berbicara, jadi kalian semua jangan mudah percaya!" kata Wira lagi.
"Wira, kenapa kau sehajat ini pada ku?"
Farah menangis.
"Jika bukan karena almarhum istri ku, aku tidak mungkin memperkejakan mu di perusahaan ku. Pekerjaan mu yang baguslah yang membuat aku mempertimbangkan mu dulu!"
"Aku mencintai mu Wira. Aku sudah rela kau menikah dengan Dania, menunggu mu selama empat tahun. Tapi kenapa kau sama sekali tidak menoleh ku?"
"Perempuan aneh. Pergilah, kau hanya mempermalukan diri mu saja!"
"Dania sudah mati, hanya aku yang pantas menggantikan Dania. Wira, sadarlah jika Dania sudah mati. Dia tidak layak hidup dalam hati mu...!"
"Farah.....!!!"
Wajah Wira memerah, hampir saja pria ini melayangkan tanganya ke wajah Farah.
"Sampai kapan pun, Dania akan tetap hidup dalam hati ku meskipun aku sudah memiliki penggantinya. Baik Dania atau pun Mawar, mereka memiliki tempat yang sama di hati ku!" ucap Wira menegaskan.
"Kau jahat Wira,...!" ucap Farah dalam isaknya.
"Usir dia pak. Jangan biarkan dia masuk lagi," titah Wira kemudian langsung pergi.
Wira tidak bersemangat lagi melanjutkan pekerjaannya. Lelaki ini memutuskan untuk pulang ke rumah. Meskipun Dania sudah meninggal, Wira tidak akan membiarkan jika ada orang yang menjelekan nama istrinya itu.
Wira menghembuskan nafas kasar sebelum masuk ke dalam rumah. Melihat Mawar dan mamahnya sedang asyik mengobrol, amarah Wira langsung lenyap begitu saja.
"Loh mas, kok udah pulang?" tanya Mawar heran.
"Iya, baru jam sepuluh kok udah pulang?" timpal Asti.
"Kangen sama istri,...!" jawab Wira dengan entengnya.
"Mas....!" Lirih Mawar malu kepada mamah mertuanya.
"Halah, kamu ini. Dulu aja gak betah di rumah. Sekarang malah sebaliknya!"
"Sekarang kan ada yang menunggu mah, beda sama dulu!" sahut wira lalu menarik tangan istrinya.
"Eh, mau kemana mas?" tanya Mawar.
"Ya ke kamar lah!" jawab Wira.
"Udah ah, Mawar urus suami mu. Mamah mau pergi, setengah jam lagi ada janji sama temen mamah."
"Teman atau pacar?" Wira menggoda mamahnya sendiri.
"Kamu ini, sudah sana!"
"Hayooo......pasti ketemu gebetan!"
"Mas Wira, udah ah. Jangan ganggu mamah lagi." Mawar menarik tangan suaminya.
"Mawar, tolong lakban mulut suami mu itu ya....!" Asti geram sendiri.
Di kamar, Wira langsung melepas jas dan kemejanya lalu membuangnya ketempat sampah.
"Loh mas, kok di buang?" tanya Mawar bingung.
"Sayang, buang aja. Mas geli...!"
"Tapi kenapa mas?"
"Tadi kena najis, buang aja!"
"Najis apa sih?" Mawar tidak mengerti.
"Udah, buang aja. Nanti kita beli baru."
Tidak mau banyak bertanya, Mawar hanya menurut dengan ucapan suaminya. Wira kan aku merasa geli ketika membayangkan Farah yang memeluknya dan ingin melepaskan kancing jasnya tadi.