Dua pasangan sedang duduk di ruang tamu, dihadapan mereka terdapat handphone dan foto yang menjadi saksi dari linunya hati seorang istri.
"Kamu tega mas, kita udah hampir 15 tahun bersama dari sekolah sampai sekarang, apa aku sama sekali tidak ada artinya untuk kamu mas?." Kata Rani sambil terus menangis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siwriterrajin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
Pagi hari akhirnya tiba, Aditya bangun terlebih dahulu daripada Rani. Aditya melihat mata istrinya di pagi hari ini agak berbeda terlihat sembab tapi Aditya mengabaikan itu.
Setelah beberapa menit Aditya keluar dengan dari kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk, Rani yang sudah bangun tampak mengabaikan Aditya dan keluar dari kamar mereka.
Aditya yang melihat perilaku istrinya agak heran, Rani hari ini terkesan agak suram.
*
Rani membantu Vania bersiap untuk sekolah setelah itu dirinya juga ikut bersiap ke kantor.
Ketiganya langsung turun ke lantai bawah untuk menyantap sarapan seperti biasanya.
"Vania, bunda mana?." Tanya Aditya pada putrinya.
"Bunda tadi masih di atas yah." Kata Vania sambil menyantap roti panggang nya.
"Bunda tadi kelihatan sedih nggak?." Tanya Aditya mulai menyelidiki.
"Iya bunda agak muram wajahnya, kenapa ya? Apa bunda sama ayah bertengkar?." Kata Vania mulai penasaran.
"Tidak, tadi malam ayah tertidur saat bunda mandi." Kata Aditya membela diri.
Vania mengabaikan jawaban ayahnya dan melanjutkan sarapan.
Setelah beberapa menit Aditya dan Vania sudah selesai menyantap sarapan mereka, tapi Rani tak kunjung turun, Aditya yang mula khawatir segera naik ke lantai atas, untuk mengecek keadaan Rani karena tidak biasanya sikap Rani seperti ini.
"Vania kamu tunggu sebentar ya, biar ayah cek bunda dulu." Kata Aditya.
Vania tak menjawab dan hanya mengangguk faham.
Aditya bergegas naik ke lantai 2 dan mula memanggil Rani.
"Sayang kamu dimana? Ini udah siang, kamu nggak mau berangkat kerja?." Kata Aditya tapi tak kunjung mendapatkan jawaban.
Setelah tak mendapat jawaban Aditya yang mulai resah memutuskan untuk masuk ke kamar dan berkeliling mencari Rani, dan betapa terkejutnya Aditya melihat istrinya tergeletak pingsan di atas lantai.
"Ran, Rani bangun!." Kata Aditya sambil mengguncangkan tubuh Rani.
Usaha Aditya tak membuahkan hasil , dan akhirnya Aditya menggendong Rani ke lantai bawah untuk dibawa ke rumah sakit.
Vania dan Bibi yang melihat Aditya menggendong Rani yang pingsan pun sangat terkejut.
"Ayah, bunda kenapa?." Tanya Vania tampak akan menangis.
"Bi saya titip Vania, tolong antarkan ke sekolah ya, bilang ke pak Tarno tolong antarkan Vania." Kata Aditya.
"Baik den." Kata Bibi dengan wajah khawatirnya.
"Vania diam di rumah dulu, biar ayah antarkan bunda ke rumah sakit, Vania sekolah ya nanti di antar Pak Tarno." Kata Aditya tampak menenangkan Vania.
Aditya segera menggendong tubuh mungil Rani, dan mendudukkannya di samping kursi supir, Aditya bergegas mengendarai mobilnya menuju rumah sakit terdekat.
...----------------...
Setelah beberapa menit akhirnya Aditya sampai di rumah sakit, dan segera membawa Rani masuk ke rumah sakit.
"Suster tolong istri saya, dia tiba-tiba pingsan." Kata Aditya tampak panik.
"Baik pak, silahkan lewat sini." Kata suster sambil mengarahkan ke tempat perawatan.
Setelah beberapa menit Rani di ruang perawatan, dokter akhirnya keluar dari ruangan.
"Dok bagaimana keadaan istri saya?." Tanya Aditya tampak panik.
"Bapak walinya?." Tanya dokter.
"Iya dok, saya suaminya." Jawab Aditya.
"Baik bapak ikut ke ruangan saya sebentar, ada yang perlu di bicarakan." Kata dokter sambil mempersilahkan Aditya untuk mengikutinya.
Singkat cerita Aditya sudah berada di ruangan dokter yang menangani Rani.
"Baik pak, kondisi ibu Rani sudah membaik daripada sebelumnya, Ibu Rani tampak sedang tertekan pak." Kata dokter.
"Mungkin jika ada masalah bisa dibicarakan baik-baik agar tidak mempengaruhi kondisi kesehatan." Kata dokter mulai serius.
"Ibu Rani mengucapkan kata yang sama berulang kali pak, mungkin bisa menjadi acuan kenapa Bu Rani tiba-tiba pingsan."
"Foto itu kata yang disebutkan oleh ibu Rani." Kata dokter pada Aditya.
Aditya tampak terkejut dengan pernyataan dokter tersebut tetapi tetap berusaha tenang
"Baik dok, terima kasih banyak." Kata Aditya pada dokter.
"Untuk proses administrasi berikutnya, bapak bisa langsung menemui suster di meja resepsionis rumah sakit ya pak." Kata dokter tersebut.
"Baik pak, saya permisi." Kata Aditya sambil berdiri dari kursi.
...----------------...
Arya bergegas mengurus administrasi di meja resepsionis dan meminta kepada suster untuk memindahkan Rani ke ruangan khusus saja.
Aditya akhirnya masuk ke ruang rawat Rani dan menghampiri Rani yang tampak terkulai lemas.
"De kamu tidak apa-apa?." Tanya Aditya tampak khawatir.
Rani tak menjawab dan hanya mengangguk disertai senyuman di wajah pucat nya.
"Kamu kenapa, kamu banyak pikiran? Aku ada salah sama kamu?." Tanya Aditya mulai mencari kebenaran.
"Engga mas, aku mungkin kecapean aja di kantor lagi banyak kerjaan." Kata Rani mencoba menenangkan Aditya yang tampak resah.
"Mas tolong antar aku ke toilet bisa." Kata Rani meminta tolong.
"Bisa." Kata Aditya.
Singkat cerita Aditya mengantarkan Rani ke kamar mandi. Aditya sudah menawarkan diri untuk membantu Rani tapi Rani menolak.
ting
Notifikasi Hp Rani berbunyi, Aditya yang penasaran dengan pesan yang masuk akhirnya membuka hp Rani, keduanya memang tidak mengunci hp karena itu sudah kesepakatan, mereka menganggap setiap pasangan berhak mengecek hp pasangannya yang lain tanpa adanya embel embel kata 'privasi'.
'Gimana fotonya bagus? Itu suamimu dan aku'
deg
Seketika Aditya terperangah dengan pesan tersebut dan buru-buru menghapus pesan tersebut.
Akhirnya Aditya tahu alasan Rani tampak gelisah sedari pagi tadi dan bahkan pingsan.
Rani keluar dari kamar mandi dan mendapati suaminya memegang hp nya dengan wajah pucat pasi.
"Kenapa mas?." Tanya Rani tampak khawatir.
"Tidak, tidak apa-apa. Ayo aku bantu." Kata Aditya sambil memapah Rani kembali ke ranjangnya.
Giman badan kamu udah enakan?." Tanya Aditya pada Rani.
"Iya udah." Jawab Rani.
"De aku izin pergi kerja ya, aku sudah izin berangkat siang." Kata Aditya.
"Aku sudah ngabari Bibi supaya nanti merawat kamu selama aku kerja." Tambah Aditya.
"Aku lagi sakit, dan mas Ditya milih kerja?." Batin Rani.
"Iya mas gapapa, hati-hati ya." Kata Rani.
...----------------...
Aditya keluar dari rumah sakit, dan tampak menelepon seseorang dari telefon.
"Apa maksud kamu?." Tanya Aditya pada seseorang.
"Kamu gila!, aku sudah peringatan kamu."
"Jangan sampai Rani tahu soal hubungan kita."
"Kau itu dekat dengan Rani, Jangan sampai rencana aku rusak, kamu kan sudah janji masa aku." Kata Aditya tampak putus asa.
"Halo."
"Kamu dengar aku?." Kata Aditya tampak kesal.
...----------------...
Setelah siang Bibi sampai di rumah sakit, dan membawakan beberapa pakaian ganti untuk Rani.
tok,,tok,,,tok,,
"Permisi non ini bibi." Kata Bibi setelah mengetuk pintu.
"Iya Bi, silahkan masuk." Kata Rani menyahut dari atas ranjang.
"Maaf bi, Rani jadi merepotkan Bibi, padahal Bibi pasti di rumah banyak kerjaan." Kata Rani merasa bersalah.
"Tidak apa-apa non, ini juga merupakan tanggung jawab saya, saya di kirim ke rumah non sama ibu kan memang untuk menjaga non dan den Aditya." Kata Bibi.
"Iya Bi, Vania gimana bi?." Kata Rani.
"Non Vania tadi sempat menangis non, tapi sekarang sudah tenang, Non Rani tenang saja disini istirahat yang cukup." Kata Bibi sambil mengeluarkan baju yang telah dibawanya.
"Terima kasih banyak ya bi.' Kata Rani.
"Iya sama-sama non." Kata Bibi.
ting
Pesan tampak masuk lagi ke ponsel Rani.
Rani yang mendengar notifikasi ponselnya pun segera mengambil ponselnya dan membuka pesan tersebut.
'gimana rasanya suami kepercayaan lo mengkhianati lo dan anak lo? Bagus fotonya?'
Rani tampak terkejut melihat pesan tersebut.
"Mas Dityaa,,,," Kata Rani sambil meneteskan air mata.
Bersambung......