Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Kata-kata Pedas.
Karena merasa tidak nyaman berada di tempat itu yang membuat Vanisa langsung pergi. Vanisa mencari tempat untuk menyindir dengan segala kebingungan yang berkumpul di dalam otaknya.
Vanisa yang duduk di salah satu bangku dengan wajah yang tampak murung.
"Nona Vanisa!" tegur seorang pria yang membuat Vanisa mengangkat kepala.
Vanisa menganggukkan kepala dengan mengerutkan dahi melihat pria sekitar berusia 40 tahunan itu.
"Nona apa kabar. Saya rekan bisnis dari tuan Arvin," ucap pria itu dengan tersenyum.
Vanisa hanya membalas senyuman itu dengan tipis yang tidak tahu juga kenapa pria itu mendatanginya tiba-tiba.
"Perkenalan saya Charles," pria itu dengan ramah mengulurkan tangan.
Vanisa tampak ragu membalas uluran tangan itu, tetapi agar terlihat sopan Vanisa yang akhirnya mengulurkan tangannya dan belum sampai tangan itu saling berjabat tiba-tiba dihentikan yang membuat Vanisa sedikit terkejut yang tak lain itu adalah Arvin.
"Tuan Arvin!" ucap pria itu yang lengannya dipegang Arvin dan langsung dijatuhkan Arvin sedikit kasar.
"Apa yang Anda lakukan?" tanya Arvin dengan wajah yang terlihat panik.
"Apa yang saya lakukan? Saya hanya berkenalan dengan isss...., hmmmm maksud saya sekretaris Anda," Charles yang sepertinya sengaja mempermainkan Arvin.
Vanisa yang mulai merasa ada yang tidak beres langsung berdiri.
"Kenapa tuan Arvin?Kenapa wajah anda terlihat begitu kesal sekali? Apa saya melakukan kesalahan?" tanyanya dengan tersenyum miring.
"Benarkah?" tanya Charles dengan tersenyum miring.
"Anda salah paham. Saya rasa ekspresi saya memang selalu seperti ini dan Anda saja yang berpikiran terlalu jauh. Saya permisi!" ucap Arvin memegang lengan kecil Vanisa dan membawanya pergi.
Pria itu hanya tersenyum saja melihat kepergian pasangan suami istri itu yang seperti ada sesuatu yang dia pikirkan.
Arvin yang membawa Vanisa keluar dari acara pesta itu.
"Kita langsung pulang saja," ucap Arvin yang membukakan pintu mobil dan langsung menyuruh Vanisa masuk. Vanisa hanya menurut saja.
Arvin juga ikut memasuki mobil yang duduk di kursi pengemudi dan melihat ke arah Vanisa.
"Aku mencari mu sejak tadi dan kamu malah di sana. Kau seharusnya tidak sembarangan perkenalkan dengan orang lain," ucap Arvin yang wajahnya masih terlihat begitu panik.
"Lain kali jangan sembarangan berkenalan dengan siapapun apalagi berjabat tangan!" tegas Arvin yang memberi ingat sekali lagi.
"Kenapa? Kamu takut kalau aku mengatakan siapa aku sebenarnya," batin Vanisa.
"Orang-orang itu tidak jelas dan dia salah satu orang yang sering mencampuri urusanku. Jadi kamu harus menjauhinya dan tidak perlu mencari tahu apapun tentang dia," lanjut Arvin.
Vanisa sama sekali tidak menanggapi, dia melihat lurus ke depan. Hati Vanisa sendiri terasa begitu lelah berada dalam situasi yang dia hadapi saat ini. Arvin terlalu memudahkan sesuatu dan tidak mementingkan perasaannya.
"Kita langsung pulang saja," ucap Arvin lagi dan Vanisa tidak menanggapi apapun.
Setelah melakukan perjalanan yang akhirnya pasangan suami istri itu sampai juga ke rumah. Vanisa yang seperti biasa berjalan terlebih dahulu menuju kamar.
"Vanisa!" langkahnya berhenti ketika dipanggil yang ingin membuka pintu kamarnya.
Vanisa menoleh ke belakang yang seolah mempertanyakan ada apa, karena dia sangat malas untuk mengetik.
"Mama tadi menelpon ku dan besok kita harus menemui orang tuaku," ucap Arvin.
"Pasti membicarakan acara makan malam waktu itu," batin Vanisa yang memang tidak mungkin Lara melepaskannya begitu saja.
Dia tidak menanggapi apapun dan kembali memasuki kamarnya. Arvin menghela nafas dan dia juga memasuki kamar.
Ternyata Arvin dan Vanisa hanya tidur satu malam saja di kamar yang sama.
****
Karena ada janji dengan orang kedua orang tua dari suaminya. Vanisa pagi ini sudah siap-siap yang keluar dari kamar dan ternyata Arvin juga siap yang duduk di sofa dengan satu kaki diangkat di atas paha dan mata langsung tertuju pada Vanisa yang membuka pintu kamar.
"Kamu sudah selesai?" tanya Arvin. Vanisa menganggukkan kepala.
"Kalau begitu kita langsung saja bertemu dengan Mama dan Papa. Mereka ada di Restaurant di dekat sini," ucap Arvin.
Vanisa menganggukkan kepala saja dan pasangan suami istriku langsung pergi. Mereka berdua sudah sampai di Restaurant yang diantarkan salah satu pelayan ke ruang VIP.
"Silahkan tuan!" ucap pelayan itu dengan ramah.
"Terima kasih," sahut Arvin. Pelayan itu menundukkan kepala dan langsung pergi.
"Vanisa sebentar!" ucap Arvin tiba-tiba. Vanisa bingung saat tiba-tiba pria itu mengambil alat pendengarnya dari telinganya.
"Ayo masuk!" ucap Arvin yang langsung membawa Vanisa kedalam. Vanisa hanya bingung dengan tindakan yang dilakukan Arvin.
Akhirnya mereka bertemu dengan kedua orang tua Arvin, Lara dan Ronald yang sudah duduk dengan makanan yang sudah dihidangkan di atas meja. Arvin dan Vanisa sama-sama menundukkan kepala memberi salam kepada dua orang yang sangat dihormati itu.
"Kami sedikit terlambat," ucap Arvin.
"Duduklah!" sahut Ronald dan kedua pasangan suami istri itu langsung duduk.
Mata Lara langsung tertuju pada Vanisa yang memperhatikan Vanisa begitu lama.
Tiba-tiba Ronald meletakkan beberapa lembar foto di atas meja yang membuat mata Vanisa dan Arvin melihat foto-foto itu yang ternyata saat mereka bersama dengan Mahira di taman bermain dan terlihat romantis.
"Apa maksudnya?" tanya Ronald.
Vanisa menelan saliva yang juga tidak tahu bahwa mereka ternyata di potret diam-diam.
"Bukankah saya sebelumnya sudah mengatakan kepada kamu untuk menjaga nama baik Arvin sebelum pemilihan tiba dan apa yang kamu lakukan hah! Kamu dengan sangat buru-buru mengungkapkan identitas kamu agar orang-orang tahu kamu istri Arvin," Lara langsung menyalahkan Vanisa tanpa mendengarkan penjelasan apapun.
"Mah, ini terjadi karena kesalahan ku. Aku yang mengajak mereka untuk keluar dan aku tidak hati-hati," Arvin langsung membela Vanisa.
"Untuk apa kamu membela dia. Kamu tahu sendiri bagaimana dia dan ibunya yang terobsesi agar anaknya dipublikasikan!" tegas Sarah.
"Sekarang berita ini sudah naik ke televisi dan menjadi pembicaraan orang-orang di sana yang berspekulasi ini dan itu. Kamu ingin orang-orang tahu bahwa kamu memiliki istri yang tidak bisa apa-apa!" tegas Sarah.
"Mah!" tegur Arvin dan sementara sejak tadi Vanisa hanya diam menundukkan kepala.
"Sudah 3 tahun tetapi tidak bisa apa-apa dan sekarang malah lumpuh, tuli dan tidak bisa bicara. Apa kamu ingin mencemarkan nama baik keluarga kami!" semua kesalahan itu dilimpahkan Lara pada Vanisa.
"Sekarang masalah semakin banyak dan akan berpengaruh pada Arvin. Awalnya aku juga tidak pernah setuju menggantikan putri pertama mereka dengan anak ini yang akhirnya malah rusak citra keluarga ini," sahut Ronald yang sama saja tidak pernah menyukai Vanisa.
"Vanisa kenapa kamu jadi wanita yang tidak bisa berbuat apa-apa hah! Aku heran kenapa wanita seperti kamu bisa hidup sampai detik ini. Lihatlah hanya diam dan menunduk yang tidak bisa mengatakan apapun, benar-benar capek menghadapi kamu," Ronald juga sama saja melimpahkan semua kepada Vanisa.
Vanisa yang memegang dress nya begitu kuat yang terus saja menunduk, mungkin Arvin sudah tahu bahwa apa yang akan dibicarakan orang tuanya dan sengaja mencabut alat pendengar Vanisa. Agar Vanisa tidak mendengar apapun dari orang tuanya.
Tetapi dari ekspresi Vanisa yang sepertinya ada luka yang seolah dia tahu apa yang di bicarakan.
"Aku tidak tahu kapan Angela akan kembali, agar semua masalah ini benar-benar selesai!" ucap Ronald yang mengharapkan pengantin pertama dari putranya.
Bersambung.....