Bagaimana rasanya kalau kamu mencintai seseorang yang tidak pernah menganggapmu ada, padahal kamu mencintainya dengan sangat tulus. Kecantikan Ara tidak bisa membuat hati Revan luluh.
Ara Anastasia selama beberapa bulan ini tanpa lelah mengejar cinta seorang Most Wanted sekaligus ketua OSIS di sekolahnya SMA Negeri Harapan 1 bernama Revan Prayoga. Tetapi sayangnya Revan sudah mempunyai gadis yang ia sukai bernama Angel.
Usaha Ara untuk bisa mendapatkan cinta Revan sia-sia ketika pria itu menyuruhnya berhenti mengejarnya. Ara yang merasa kalah dengan perasaannya sendiri akhirnya mengabulkan permintaan Revan dan mulai menjauh.
Tetapi setelah Ara menjauhi Revan selama beberapa waktu membuat cowok itu uring-uringan tidak jelas. Angel sang kekasih turut menjadi korban kekesalannya hanya karena Revan melihat Ara berpelukan dengan salah satu cowok populer dan sahabat baiknya sendiri.
"Gue bisa gila Ra, kalau Lo terus bersikap kayak gini!"
"Emang sikap Gue kenapa Van? ada yang salah?" Tanya Ara menaikkan sebelah alisnya.
"Jangan jauhin Gue dan jangan deket sama cowok lain!" Ara tertawa sinis.
"Lo lupa Van, Bukannya Lo sendiri yang nyuruh Gue buat ngejauhin Lo?"
Skakmatt! Revan tidak bisa menjawab.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Navizaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 ( Revan Berubah )
Happy Reading 😁
Gilang menurunkan Sifa di depan sekolahnya. Putri dari Adam dan Fitria itu melambaikan tangan ke arah mobil sambil tersenyum lebar.
"Sifa cantik, anaknya ceria," ucap Gilang setelah dia menekan pedal gasnya dan meluncur ke sekolah mereka.
"Iya, Sifa memang cantik, Lo naksir dia?" tanya Ara menyipitkan matanya.
"Enak aja, emangnya memuji kecantikan cewek itu bisa di katakan naksir?" jawab Gilang tidak terima.
'Kan yang Gue taksir Lo, Ra. Tapi Gue tahu diri kok, gak akan buat persahabatan kita renggang gara-gara perasaan Gue,' batin Gilang.
"Ya, siapa tahu, tapi kayaknya gak bisa deh kalau Lo suka sama Sifa, soalnya dia udah punya cowok," jawab Ara terkekeh.
"Buset deh! Gadis kecil itu udah punya cowok? Wah gak bisa di biarkan!"
"La kenapa, kowe seneng tenan po piye? nanti Gue bantu deketin," jawab Ara menarik turunkan alisnya.
"Gue gak ngerti bahasa, Lo!" Ara tergelak. Dia memang mencampur bahasa Jawa saat berucap tadi.
"Lo beneran suka ma Sifa, Gue bantu,,!"
"Gak, Gue udah punya cewek yang Gue suka!" sela Gilang.
"Wah, siapa?"
"Kalau Gue bilang Elo gimana?" Ara langsung menonyor kepala Gilang dari samping membuat cowok itu mengaduh.
"Jangan suka Gue, ntar Lo nyesel!" ucap Ara bersedekap dada.
"Kenapa harus nyesel? kalau masalah hati kan emang gak bisa di paksakan, Gue tahu siapa yang Lo suka, tapi Gue ...!"
"Stop!! udah deh, bahasannya gak mutu, yang jelas Gue gak mau pacaran atau jatuh cinta lagi, jadi kalau mau nyari cewek, mending Nita aja, dia suka sama Elo!"
Gilang diam tidak menjawab. Memang bahas yang menyangkut hati membuat perasaan memang sensitif.
Akhirnya hanya keheningan yang menyelimuti perjalanan mereka sampai masuk gerbang sekolah. Ara hanya melempar senyum kemudian segera keluar dari mobil Gilang.
"Gue udah buat benteng hati kok, Ra. Yang jelas Gue bakal jagain Lo sampai Lo juga udah siap buat buka hati Elo lagi," batin Gilang.
Kriiiing....!
Bel masuk sekolah berbunyi. Anak-anak berhamburan masuk kelas. Revan yang sedari tadi melihat pemandangan yang membuat hatinya sakit akhirnya masuk ke dalam kelasnya dengan wajah yang murung.
Vero menatap Revan dengan tatapan kesal, tapi dia juga tidak ingin marah terhadap Revan meskipun tindakannya kemarin bisa di bilang tindakan kriminal.
Tapi mungkin lain kali kalau hal itu terjadi lagi, Vero pasti akan membalasnya.
Gilang masuk ke dalam kelas dengan senyuman yang lebar, Revan yang melihat hal itu langsung mendatangi Gilang dan ingin bertanya kepadanya, tetapi hal itu belum terjadi, guru sudah datang ke kelas.
Sang ketua OSIS hanya mengepalkan tangannya dan kembali ke tempat duduk dengan wajah memerah menahan amarah.
###
Waktu pun berlalu begitu lama, entah kenapa Revan merasa waktu istirahat yang biasanya sangat cepat, sekarang waktu itu berjalan seperti siput. Setiap detik, menit dan jam, Revan merasa tersiksa.
Revan juga sama sekali tidak konsentrasi menerima penjelasan pelajaran dari gurunya. Namun setelah beberapa saat akhirnya bel istirahat berbunyi.
Hal pertama yang ingin di lakukan Revan adalah menelepon Ara. Dengan sigap cowok jangkung itu mengambil ponselnya yang berada di dalam saku celananya.
Karena menurutnya Ara tidak akan membalas pesannya, akhirnya Revan memutuskan untuk meneleponnya.
Ara yang sedang membuka bekal makan siangnya di kelas merasakan getaran di saku depan.
"Nomer Revan," gumam gadis itu.
Revan gelisah karena Ara masih belum mengangkat panggilannya itu, sampai panggilan yang ketiga, jantungnya berdetak kencang ketika mendengar suara yang sangat di rindukannya.
"Halo!"
Jujur Revan saat ini merasakan dahinya berkeringat, selama hidupnya baru kali ini dia merasakan hatinya begitu senang ketika panggilannya di angkat oleh seorang cewek.
"Kalau gak ada yang mau di omongin, Gue tutup teleponnya!"
"Eh, jangan, anu, ehmm ,,,"
Revan kehilangan kata-kata saat menghadapi Ara, setelah kemarin dia di buat jantungan dengan kata-kata yang membuatnya sadar bahwa dia sangat menyesal telah menyia-nyiakan gadis itu, biasanya tampang arogannya selalu mendominasi tapi sekarang dia merasa benar-benar gugup sampai jantungnya seakan lompat dari tempatnya.
"Ehm, kapan kita mulai belajar bersama, maksudku bimbingan dari pak Ridwan?" Akhirnya lolos juga kata-kata keramat yang bisa menyelamatkan nya dari rasa gugup.
Ara di sebrang merasa bingung harus menjawab apa, sebenarnya dia sangat malas harus belajar bersama Revan, rasa trauma yang selalu di hina masih tertanam di hatinya.
"Gue belum tahu," jawab Ara singkat.
"Kenapa belum tahu, kan sebentar lagi ulangan semester, lebih cepat lebih baik," Ara merasa sedikit terkejut mendengar suara Revan yang begitu lembut kepadanya, apakah Revan sedang kerasukan? Ataukah dia memang benar-benar menyesali semua perbuatan itu
Hampir saja hatinya meleleh tetapi Ara langsung bisa mengendalikan dirinya.
"Gue belum siap!" jawab Ara.
"Kenapa? Apa Lo mau Gue di marahin sama Pak Ridwan karena Lo belum siap?"
Hening, Ara belum menjawab selama beberapa detik.
"Kalau Gue bilang ke Pak Ridwan Lo belum siap gak apa-apa kan? Soalnya Pak Ridwan udah nanya,"
"Eh, jangan,,, iya-iya minggu depan kita bisa mulai belajar."
Seringai tercetak di bibir Revan.
'Yes, sepertinya jurus itu paling ampuh buat Ara luluh.'
"Oke, setuju, mulai minggu depan ini kan?"
"Iya, ya udah aku mau makan dulu, sampai jumpa!" Ara mematikan ponselnya.
Revan terlihat mengangguk meskipun Ara tidak melihat. Ah, Revan kali ini menyadari bahwa dirinya benar-benar jatuh cinta pada Ara.
Mungkin dia sudah lupa kalau statusnya masih memiliki seorang kekasih.
Masih menatap layar sambil tersenyum, hal tersebut tidak lepas dari pandangan Vero dan Romi.
"Van, Gue mau ngomong sama Elo," ucap Vero mendatangi Revan yang masih senyum-senyum seperti orang kasmaran.
"Apa?" jawab Revan tanpa menoleh.
"Jangan ganggu Ara, sebenarnya apa mau Lo, bukankah Lo udah membuang dia?! kenapa sekarang Lo ngurusin Ara lagi? Gak cukup Lo udah nyusahin dia selama ini?" ucap Vero dingin.
Revan langsung berdiri dan menatap Vero tajam. "Gue emang ada urusan sama Ara, Gue gak bakal nyusahin dia tapi Gue mau bantu dia buat jadi tutornya, dan ini semua adalah perintah dari Pak Ridwan, jadi Lo gak berhak nglarang Gue!" jawab Revan tersenyum sinis.
Setelah itu Revan berjalan dari tempatnya dan sempat menyenggol bahu Vero.
Kedua pria itu saling diam tetapi dalam hatinya menabuh genderang perang.
Sedangkan di tempat lain Angel ingin mendatangi kelas Ara dan menyuruhnya untuk tidak mengikat Revan dengan dalih menjadi tutor.
"Bukan kemauan Gue, kalau Lo mau, bilang sendiri ke cowok Lo itu, suruh dia nyari orang lain, karena Gue juga sebenarnya gak sudi di bimbing sama dia," ucap Ara tenang.
"Alasan, ini semua pasti rencana Lo, kan? biar Lo bisa deketin Revan, apa Lo gak ingat gimana Revan udah nyuruh Lo buat gak nampakin muka Lo lagi depan dia!" seru Angel tidak terima.
Ara menatap Angel dengan pandangan sinis. "Hahahaha, Gue maunya juga gitu, gak mau muncul lagi di depan cowok Lo, tapi nyatanya dia yang nyari Gue, jadi kalau Lo masih gak percaya, tanya aja ke dia atau larang sekalian buat gak nemuin Gue, dan itu buat Gue seneng karena ada alasan ke Pak Ridwan kalau Revan gak bersedia jadi tutor Gue," Angel ingin maju tapi di tahan oleh Nita.
"Gue malah berterima kasih sama Lo, kalau Lo bisa buat Revan mundur!" lanjut Ara tersenyum penuh kemenangan.
Bersambung.
Parah kali Cere cuma Krena masalah yg sbenarnya gaada😭 rill miss komunikasi+salah paham ini sampe kandas prnikahaan🤦