NovelToon NovelToon
Selepas Gulita

Selepas Gulita

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Poligami / Spiritual / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama / Chicklit
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: idrianiiin

Akan selalu ada cahaya selepas kegelapan menyapa. Duka memang sudah menjadi kawan akrab manusia. Tak usah terlalu berfokus pada gelapnya, cukup lihat secercah cahaya yang bersinar di depan netra.

Hidup tak selalu mudah, tidak juga selamanya susah. Keduanya hadir secara bergantian, berputar, dan akan berhenti saat takdir memerintahkan.

Percayalah, selepas gulita datang akan ada setitik harapan dan sumber penerangan. Allah sudah menjanjikan, bersama kesulitan ada kemudahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon idrianiiin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps. 34

...بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم...

..."Takdir memang tidak bisa dikendalikan, bahkan selalu penuh kejutan."...

...—🖤—...

KEPALA Nayya pusing bukan main, bahkan sedari subuh perempuan itu bolak-balik ke kamar mandi, untuk memuntahkan isi perutnya yang bergejolak hebat. Alhasil kini tubuhnya lemas lunglai.

"Kamu kenapa sih, Nay? Salah makan?" tanya Zayyan penuh perhatian seraya menggendong Nayya untuk dibaringkan di ranjang.

Nayya memijat pelipisnya sejenak. "Nggak tahu, Yan, tiba-tiba pusing dan mual. Kamu mau ke mana? Kok udah rapi?"

"Tadinya aku mau pergi, tapi lihat kondisi kamu yang nggak memungkinkan aku mending di rumah aja," katanya seraya menghapus peluh yang membanjiri hampir di seluruh wajah Nayya.

"Aku nggak papa, kok, paling asam lambung naik. Kalau mau pergi ya udah silakan."

"Aku nggak setega itu sama kamu, Nay. Istri lagi sakit, masa aku malah pergi," tolaknya.

Nayya tersenyum samar. "Kamu mau pergi di hari libur gini, pasti ada kepentingan yang mendesak, kan?"

Zayyan mengangguk setuju. "Tapi kamu gimana? Kita ke rumah sakit dulu aja kalau gitu."

"Nggak usah nanti minum obat juga sembuh, kok."

"Kalau enggak gimana?" cecar Zayyan panik.

Nayya terkekeh kecil. "Nggak usah panik berlebihan, paling juga cuma asam lambung naik."

"Bener cuma asam lambung?" tanya Zayyan memastikan.

Nayya mengangguk menyakinkan.

"Kamu jangan bilang-bilang sama Zalfa yah, Yan. Zalfa itu panikan," pinta Nayya yang dengan berat hati dibalas anggukan.

"Yakin nih mau ditinggal?"

Lagi-lagi Nayya mengangguk.

"Paling lama dua jam, nggak lebih, sebelum zuhur udah ada di rumah," janjinya.

"Iya, hati-hati," sahut Nayya seraya mengambil tangan Zayyan untuk disalami.

Zayyan mengecup kening Nayya lalu pamit dan mengucapkan salam.

Selepas kepergian Zayyan, rasa mual kembali datang. Dengan segera Nayya berlari ke kamar mandi. Dia memijat tengkuk serta pelipisnya secara bergantian. Rasa mual dan pusingnya malah semakin parah.

"Nay!" teriak Zalfa seraya mengetuk pintu kamar.

"Masuk, Fa," sahut Nayya dari arah kamar mandi.

Zalfa menjalankan kursi rodanya mencari keberadaan Nayya. Betapa terkejutnya dia saat melihat Nayya tengah muntah-muntah.

"Ya Allah kamu sakit kok nggak bilang aku sih? Mas Zayyan ke mana? Kenapa kamu sendirian? Ke rumah sakit yah," cerocos Zalfa sangat khawatir.

"Tenang, jangan panik. Aku baik-baik aja, asam lambung naik, Fa. Nggak usah cemas berlebihan."

"Sampai separah ini? Muka kamu pucat banget itu? Mana keringat dingin lagi, tidur di kasur. Bisa jalan, kan? Aku nggak bisa bantu kamu."

Nayya malah tertawa kecil. "Bisa, udah si jangan panik."

"Mas Zayyan jadi pergi? Kok dia tega ninggalin kamu yang lagi sakit gini sih. Aku harus telepon Mas Zayyan sekarang," tutur Zalfa saat Nayya sudah berbaring di kasur dan dia berada di sisi ranjang.

"Nggak usah, lagian aku yang minta Zayyan buat pergi. Ada urusan urgent pasti, lagian cuma bentar doang kok."

"Kamu makan dulu yah, aku buatin roti sama susu. Lemes banget pasti badan kamu."

"Boleh, jangan pakai selai kacang yah. Aku alergi, selai cokelat sama keju aja. Susunya yang cokelat, yang original kurang suka," ungkap Nayya.

Zalfa mengangguk lalu menjalankan kursi rodanya untuk menuju dapur. Pergerakannya memang masih memerlukan bantuan kursi roda, tapi sekarang jauh lebih leluasa. Faktor terbiasa, dan juga karena rutin menjalani terapi.

Nayya mendudukkan dirinya seraya bersandar di bantal, Zalfa sudah datang dengan membawa pesanannya. "Ini sih ceritanya orang sakit, rawat orang sakit juga."

Zalfa terkekeh. "Nggak papa, lagian baru kali ini juga, kan. Dimakan dulu coba."

Nayya hanya memakan setengahnya saja, susu pun hanya masuk sekitar tiga tegukan. Kalau dipaksakan malah semakin mual.

Suara gawai Nayya berbunyi nyaring. Nama Syaki muncul di sana.

"Apaan?" sahutnya setelah menjawab salam.

"Laki lo ada di rumah?" tanya Syaki.

"Kalau lo mau nanyain Zayyan ya telepon langsung ke hpnya, jangan ke gue. Ngadi-ngadi lo!"

"Sensi bener sih lo, Nay. Gue mau ketemu lo, udah lama kita nggak kongkow-kongkow. Tapi, gue harus mastiin ada laki lo atau kagak di rumah."

"Bukan bermaksud nolak tamu ni yah, Gue lagi nggak enak badan. Pusing dan mual dari subuh, sampai sekarang jam 10 belum ilang juga. Nanti lagi aja lo mainnya. Oh, ya, lagian Zayyan juga nggak ada, lagi keluar ada urusan."

"Gue anter lo ke rumah sakit sekarang. Nggak nerima penolakan!" Panggilan langsung diputus secara sepihak.

Nayya mendengkus kasar, dan meletakkan asal gawainya.

"Kenapa?" tanya Zalfa penasaran.

"Si Syaki maksa mau ke sini, dia mau anterin aku ke rumah sakit."

"Alhamdulillah, bagus dong. Bukan dari tadi juga," sahutnya di luar dugaan.

"Dasar!"

"Aku numpang ke kamar mandi yah, Nay, kebelet banget ini. Kalau ke kamar mandi yang ada di kamar aku takut malah bocor. Nggak papa, kan?"

"Boleh, tapi hati-hati lantainya belum aku bersihin, Fa. Takut licin apalagi kamu pake kursi roda. Aku bantuin deh yah," sahut Nayya hendak turun dari ranjang.

"Nggak usah, aku bisa sendiri. Lagian, udah biasa kok."

"Iya deh yang sekarang udah bisa apa-apa sendiri," godanya.

Rasa mual kembali Nayya rasakan, sekuat tenaga Nayya berlari ke wastafel yang ada di dapur. Dia memuntahkan roti dan susu yang baru saja sebentar menghuni lambung. Rasa pusing yang mendera pun kian menggila, dia sempoyongan memegang tepian wastafel agar tidak terjatuh.

"NAYYA!" pekik Syaki shock saat mendapati tubuh Nayya limbung, dia langsung membantu Nayya untuk duduk.

"Muka pucet gitu lo bilang nggak papa. Untung gue ke sini, lo harus diperiksa, Nay. Ke rumah sakit sekarang!" putus Syaki tak terbantahkan.

"Iya nanti kalau Zayyan pulang, sana lo jangan deket-deket gue," lirih Nayya.

"Lo sendirian di rumah?"

"Berdua sama Zalfa, dia lagi di kamar mandi. Napa?"

"Laki lo kapan pulang?"

"Paling setengah jam lagi juga nyampe. Janjinya cuma keluar dua jam," sahut Nayya.

"Oke, deh. Gue temenin lo dulu bentar, takut pingsan nggak ada yang nolongin. Mana di rumah cewek semua lagi, Zalfa juga pasti panik karena dia nggak bisa bantuin lo."

"Lebay lo, tapi Zalfa kenapa lama banget di kamar mandi. Lo check coba, Ki. Di kamar mandi yang ada di kamar gue. Gue takut dia kenapa-kenapa," pinta Nayya.

Syaki menggeleng kuat. "Gila lo, nggak berani lha gue!"

"Kalau gue kuat buat jalan, gue yang check sendiri. Ini badan gue lemes banget, mana mual lagi," katanya berusaha untuk menahan diri agar tidak kembali muntah.

Dengan langkah terpaksa Syaki menuruti titah sang sahabat, dia memasuki kamar Nayya dan membiarkan pintunya terbuka. Berulang kali mengetuk pintu kamar mandi, tapi tak membuahkan hasil. Dia mendadak panik juga.

"Fa gue masuk yah, sorry banget ini. Nggak maksud apa-apa kok gue. Cuma mau mastiin kalau lo baik-baik aja,"  ujar Syaki sebelum membuka pintu kamar mandi.

Tubuh Syaki mendadak kaku, dia menelan ludah dengan susah payah. Deru napasnya pun memburu, terlebih saat mendapati Zalfa tersungkur mengenaskan di lantai kamar mandi. Saat dia menapakkan kaki untuk lebih mendekat, tumbuhnya pun hampir limbung karena lantainya yang kelewat licin.

Syaki membopong Zalfa dan berjalan cepat untuk segera membawa tubuh perempuan itu ke rumah sakit.

"Zalfa jatoh di kamar mandi, Nayya!" teriak Syaki mencari keberadaan Nayya yang ternyata sudah kembali nongkrong di depan wastafel karena rasa mual.

Syaki bergegas keluar untuk memasukan Zalfa ke dalam mobil, lalu dia pun kembali ke rumah untuk membantu Nayya berjalan. Dia panik, sangat, apalagi kondisi dua perempuan itu cukup mengkhawatirkan.

"Lo jangan pingsan dulu, Nay, gue keder ini," oceh Syaki setelah memasangkan sabuk pengaman.

"Mas Syaki? Ini mobil, Mas?" tanya Zayyan dengan mimik wajah terkejut saat melihat Syaki yang baru saja berhasil menutup pintu samping kemudi.

Syaki bernapas lega. "Akhirnya lo pulang juga, dua bini lo harus dibawa ke rumah sakit, Yan. GAWAT!"

Zayyan mendadak panik. Dia dengan segera mendekat ke arah Syaki. "Nayya maksud, Mas?"

"Dua-duanya, Nayya pingsan karena pusing dan mual, asam lambung tu anak kayaknya naik. Kalau Zalfa gue nemuin dia jatoh di kamar mandi."

Zayyan terpaku dibuatnya. Dia sama sekali tak bergerak, malah tertangkap basah melamun dengan pandangan kosong.

Syaki menarik tangan Zayyan lalu meminta lelaki itu untuk duduk di belakang bersama Zalfa. Lalu dengan segera dia memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi.

...🖤SEE YOU NEXT CHAPTER🖤...

1
Nur Hasanah
Biasa
Nur Hasanah
Kecewa
Sriza Juniarti
karma nanti naya..bucin abis🤣🤣
Sriza Juniarti
lanjuutt..s3mangat kk, terus berkarya
love sekebon🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!