Ariana, dibenci oleh suaminya dan mertua karena melahirkan anak yang buta, juga karena pekerjaan Ariana sebagai guru honorer yang dianggap tidak bisa membantu perekonomian keluarga.
Masalah semakin pelik di saat anak mereka terserang virus misterius yang menyebabkan kedua kaki nya lumpuh dan membutuhkan banyak biaya, pengobatan tidak ditanggung seratus persen oleh asuransi. Ariana pun dicerai oleh suaminya.
Ariana sangat mencintai puteri semata wayangnya meskipun cacat dan membutuhkan banyak biaya.. Ariana harus berjuang keras untuk mendapatkan uang agar anak nya sembuh dan tidak lumpuh permanen , Ariana terus berusaha agar punya banyak uang, Dia juga punya mimpi ada biaya untuk operasi mata puteri nya agar puteri nya bisa melihat indah nya dunia.. Dia pun iklas jika harus mendonorkan satu kornea mata nya...
Hmmmmm apa mungkin Ariana bisa mewujudkan mimpi nya dengan status nya sebagai guru honorer dengan gaji lima ratus ribu per bulan????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 3.
“Sudahlah Bu jangan tanya itu.. aku dan Rumi mau numpang di rumah ini dulu... “ ucap Ariana selanjutnya sambil terus melangkah masuk, kepala nya pun juga terasa pusing jika memikirkan beban hidup tapi dia harus kuat demi puteri tercinta nya.
“Aku dan Bapak kamu tidak keberatan kalau kamu dan Rumi tinggal di sini. Kalau mau makan seadanya pensiunan Bapak kamu cukup Ar...” ucap Nenek yang masih menggendong cucu nya dan membantu membawakan tas Ariana.
Bapak nya Ariana hanya pensiunan pegawai negeri rendahan, dulu bekerja sebagai penjaga sekolah alias tukang kebun sekolah. Maka orang tua dan juga Ariana sendiri memiliki cita cita menjadi guru, suatu pekerjaan yang sangat mulia dan terhormat bagi keluarga sederhana itu. Tetapi ternyata Ariana menjadi honorer bertahun tahun dengan gaji yang sangat minim dan terus dihina oleh keluarga suaminya.
“Iya Bu, nanti aku pikirkan buat kerja sampingan, sayang juga kalau keluar dari pekerjaan ku sekarang..” ucap Ariana
“Iya Ar, jangan ke luar sabar siapa tahu tahun ini atau tahun depan kamu diangkat. Jadi guru itu pekerjaan mulia Ar... “ ucap Nenek lalu mendudukkan tubuh mungil Arumi di kursi tamu..
“Bapak kamu dulu juga sabar, Akhir nya juga diangkat jadi PNS, meskipun gaji sedikit tetapi kini dapat pensiunan, sudah tua tetap ada penghasilan pasti setidaknya cukup buat bayar kuliah adik mu, makan dan bayar listrik.” Ucap Nenek, Ariana punya satu adik yang masih kuliah dan numpang tinggal di rumah saudara Bapak nya Ariana.
“Dan semoga kita punya rejeki lebih dan bisa mengoperasi mata Rumi.. kalau ada rejeki aku iklas jika satu mataku dipakai oleh Rumi cucu ku...” ucap Nenek lagi sambil menciumi pipi Arumi dan air mata sudah meleleh di kedua pipinya, dia sangat sedih dan prihatin dengan nasib cucunya itu.
“Iya Bu aku pun iklas untuk menjadi donor mata buat Arumi jika ada biaya.. tetapi saat ini prioritas untuk pengobatan kaki nya dulu Bu, agar Rumi tidak lumpuh permanen.” ucap Ariana
“Bu.. incentif rapelan ku dari pemerintah, sudah habis untuk pengobatan kaki Rumi.. karena Mas Respati sudah tidak mau keluar biaya untuk itu...” ucap Ariana lagi sambil membelai rambut anak semata wayang nya..
“Iya Ar.. kita ikhtiar untuk kesembuhan Arumi, kita usaha lagi cari rejeki.. coba lah kerja sampingan Ar, kalau untuk makan kamu dan Rumi bisa numpang Ibu tapi kamu harus pikir untuk obat dan vitamin Rumi juga uang bensin kamu.. pensiun Ayah kamu tidak cukup kalau untuk itu juga..” ucap Ibu nya Ariana yang tahu jika obat untuk kaki cucunya mahal tidak ditanggung sepenuh nya oleh asuransi.
“Iya Bu.. aku juga membantu menjualkan dagangan teman teman.. nanti aku coba usaha yang lainnya juga Bu. Maaf ya Bu aku yang harus nya bisa membantu biaya kuliah Briana malah masih merepotkan orang tua..”
Detik berganti detik menit berganti menit jam berganti jam... Waktu pun terus berlalu pagi hari Ariana sudah siap siap akan pergi bekerja lebih awal, karena perjalanan ke sekolah tempat dia mengajar lebih jauh dari rumah orang tua nya yang kini dia tinggali.
“Rum, Bunda mau berangkat kerja ya.. Rumi tidak boleh nakal ya, makan tepat waktu dan obat diminum. “ ucap Ariana sambil mencium kening Arumi yang sudah bangun dan sudah tampil cantik karena akan diajak Kakek jalan jalan.. Kini dia duduk di kursi ruang depan di samping Sang Nenek.
“Iya Bun.. hati hati ya Bun...” ucap Arumi sambil tangannya memeluk tubuh Ariana..
“Ayo Rumi.. kita juga berangkat jalan jalan...” suara seorang laki laki yang melangkah mendekati mereka berdua. Laki laki setengah baya tampak membawa kain panjang batik yang akan digunakan untuk menggendong tubuh Arumi cucunya..
“Jangan jauh jauh ya Pak jalan jalan nya...” ucap Ariana sambil melihat Bapaknya mulai menggendong Arumi.. Kedua orang tua nya memang sangat sayang pada Arumi dan tidak malu dengan keadaan Arumi cucu mereka.
“Iya, paling ke pasar cari ikan dan burung.. Rumi ingin makan ikan bakar dan ingin punya burung yang berkicau..” ucap Sang Kakek sambil tersenyum menatap wajah cucunya yang cantik berseri seri.
“Iya Bun.. Kata Kakek ada burung yang merdu suaranya tetapi kurungannya harus ditutup biar tidak bisa melihat luar.. kata Kakek meskipun dia tidak bisa melihat di luar tetapi hatinya bahagia dan terus bernyanyi.. berkicau... aku juga harus begitu Bun meskipun tidak bisa melihat hati ku harus bahagia.. ” suara imut Arumi yang terdengar penuh semangat.. Kedua mata Ariana, Kakek dan Nenek berkaca kaca mendengar nya..
Ariana mengusap usap rambut anaknya, lalu mencium lagi kening nya dia tidak berucap agar Arumi tidak mendengar suara nya yang parau karena tangis yang tertahan.
Sesaat kemudian mereka pun melangkah menuju ke motor nya masing masing, motor Kakek lebih tua dari pada motor Ariana.. dua motor itu berjalan pelan pelan meninggalkan rumah.. Nenek berdiri di depan pintu pagar mengantar kepergian mereka, dan selanjutnya masuk ke dalam rumah..
Motor yang dikendarai Ariana terus melaju di ruas jalan raya.. beberapa menit kemudian Ariana membelokkan motor tua nya ke pom bensin karena memang harus sudah mengisi bensin. Namun betapa kaget nya Ariana karena antrian begitu panjang ..
“Kok panjang banget antrian nya ya..” gumam Ariana di dalam hati. Ariana melihat waktu pada arloji murahan yang melingkar di pergelangan tangannya..
“Kalau ke pom bensin lain nya kuatirnya bensinku ga nyampai malah repot aku.. masih ada waktu lagian aku tidak ada Jadwal jam pertama dan kedua..” gumam Ariana di dalam hati. Akhirnya dia pun memutuskan untuk ikut mengantri di pom bensin itu. Dan Ariana pun mendapat info kalau pom bensin di jalan sebelumnya tutup maka pengendara pembeli bensin pindah ke situ semua.
Setelah selesai membeli bensin Ariana melajukan motornya lebih kencang meskipun motor tua nya tetap saja tidak mau diajak melaju kencang seperti motor motor baru..
Beberapa menit kemudian motor sudah sampai di depan pintu gerbang sekolah dan bersamaan dengan itu terdengar suara..
TEETTTTTT
Bel tanda pelajaran pertama sekolah dimulai.. Pintu gerbang sekolah pun sudah ditutup oleh penjaga pintu gerbang sekolah..
“Pak, tolong buka pintu nya maaf saya terlambat..” ucap Ariana agak keras. Peraturan di sekolah itu memang lima menit sebelum bel berbunyi pintu gerbang sudah ditutup.
“Kok terlambat Bu, motor macet ya?” tanya penjaga pintu gerbang sekolah karena Ariana pernah terlambat masuk karena motor macet.
“Antrian bensin panjang Pak, ada pom bensin yang tutup.” Jawab Ariana jujur dan setelah pintu gerbang sudah dibuka Ariana segera melajukan motornya ke tempat parkir dan cepat cepat melangkah menuju ke ruang guru..
Sebelum sampai di ruang guru, Ariana melihat ada satu kelas yang pintu nya terbuka dan ada beberapa murid yang berada di luar kelas..
Tidak lama kemudian terdengar suara memanggilnya..
“Bu Ariana cepat masuk ke kelas 8 B, itu anak anak sudah mulai ada yang keluar kelas, kalau Pak Kepala Sekolah melihat nanti Bu Ariana akan mendapat teguran, point berkurang incentif Bu Ariana gagal didapat .” Suara seorang perempuan, Ibu guru piket yang berdiri di depan pintu ruang guru.
“Bukan jadwal saya Bu, di kelas 8 B, jadwal saya jam ke 3 di kelas 7 C.” Ucap Ariana sambil mempercepat langkahnya.. Jantung nya berdetak lebih kencang..
“Diminta mengisi jadwal Pak Anton, beliau sedang ikut seminar hari ini, cepat Bu.. ” Ucap Bu Guru piket itu lagi..