NovelToon NovelToon
Tempus Amoris

Tempus Amoris

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Uppa24

realita kehidupan seorang gadis yang dari kecil cacat akan kasih sayang yang sebenarnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uppa24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

menyusul!!

Malam itu, Aluna mengemasi barang-barangnya dengan tenang di apartemennya. Di satu sisi, ia merasa lega akan segera pulang ke tempat di mana ia merasa sedikit aman—rumah ibunya. Namun, di sisi lain, ada sesuatu yang membuat dadanya terasa berat.

“Seminggu… mungkin cukup untuk berpikir,” gumamnya sambil menatap tas yang sudah siap di sudut kamar.

Di tempat lain, Elvanzo duduk di ruang kerjanya, memandangi layar laptop yang kosong. Pikirannya terus melayang pada Aluna. Sesuatu tentang kepergian gadis itu terasa tidak biasa, tetapi ia tahu tidak ada gunanya memaksa jika Aluna sendiri tidak ingin bicara.

“Sampai kapan kau akan membangun tembok ini, Aluna?” gumamnya pelan sambil bersandar di kursinya, merasa semakin jauh dari gadis yang sebenarnya begitu ingin ia jangkau.

...~||~...

Meskipun Aluna telah mengajukan cuti seminggu, dan semuanya tampak seperti biasa, ada kekhawatiran yang tak bisa dielakkan menggerogoti pikiran Elvanzo. Meskipun ia mencoba untuk tetap tenang, perasaan cemas itu tetap menyertainya. Aluna yang tiba-tiba memutuskan untuk pulang ke kampung halaman tanpa memberi penjelasan lebih lanjut membuatnya merasa ada yang tidak beres. Tidak ada penjelasan yang cukup untuk mengurangi rasa khawatirnya.

Keesokan pagi, Elvanzo memutuskan untuk tidak duduk diam. Ia masih terus teringat akan wajah Aluna yang terlihat sangat terkendali, namun di balik sikap itu ada sesuatu yang ia tahu tidak bisa dia abaikan. Keputusan itu semakin jelas dalam pikirannya saat ia melihat Aluna meninggalkan klinik kemarin.

Segera setelah itu, Elvanzo menelusuri langkahnya menuju ruang administrasi. Di sana, ia melihat Yuri yang sedang menyusun beberapa dokumen. Ia tahu bahwa Yuri lebih mengetahui tentang Aluna daripada siapa pun. Dengan niat yang sudah bulat, Elvanzo berjalan menghampirinya.

"Yuri," sapa Elvanzo dengan nada yang cukup santai, meskipun sedikit gugup di dalam hati. "Aku ingin menanyakan sesuatu padamu."

Yuri mengalihkan pandangannya dari tumpukan dokumen dan menatap Elvanzo dengan wajah yang serius, tetapi tidak curiga. "Ada yang bisa saya bantu, Vanzo?" tanyanya dengan lembut.

Elvanzo menarik napas sejenak, sebelum akhirnya berbicara dengan suara rendah, "Aku ingin tahu alamat rumah Aluna. Dia kembali ke kampung, dan aku hanya ingin memastikan kalau semuanya baik-baik saja."

Yuri terdiam sesaat. Matanya menilai Elvanzo sejenak, sebelum akhirnya ia menghela napas dan mengangguk pelan. "Aku mengerti. Tapi Aluna… dia memang sangat ingin sendiri. Aku harap kau tidak memaksanya untuk bicara kalau dia belum siap," ujar Yuri dengan nada serius.

Elvanzo mengangguk. "Aku tahu itu. Aku hanya khawatir. Aku ingin memastikan dia aman, Yuri."

Dengan senyuman tipis, Yuri akhirnya memberikan alamat rumah Aluna di kampung, meskipun jelas terlihat bahwa ia tidak sepenuhnya setuju dengan keputusan Elvanzo untuk menyusul. Setelah mengucapkan terima kasih, Elvanzo segera melangkah pergi dengan cepat, seakan tidak ingin membuang waktu lagi.

Perjalanan menuju kampung Aluna memakan waktu cukup lama, dan sepanjang perjalanan, perasaan Elvanzo bergolak. Banyak yang ingin ia katakan kepada gadis itu, tetapi ia tahu harus hati-hati. Ia hanya ingin memastikan jika Aluna benar-benar baik-baik saja dan tidak ada hal yang mengganggunya.

Sesampainya di kampung, Elvanzo berhenti di depan rumah sederhana yang dikelilingi pepohonan hijau. Rumah itu tampak tenang, namun suasana yang terkadang terlalu sunyi seperti menciptakan banyak pertanyaan dalam dirinya. Tanpa berlama-lama, ia keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu dan mengetuk pintu itu.

Saat Aluna mendengar ketukan pintu ia langsung pergi untuk membukakan pintu dan ketika pintu di buka, ia tersentak sedikit. Tidak ada yang diharapkannya selain beberapa waktu sendiri untuk berpikir. Namun, kehadiran Elvanzo di sini adalah sesuatu yang sangat sulit diprediksi.

Tatapan Aluna bertemu dengan Elvanzo yang sudah berdiri di depan pintu . Segalanya kembali diam, seakan waktu berhenti sejenak. Elvanzo, dengan ekspresi serius, hanya memandangnya tanpa berkata apa-apa untuk beberapa detik.

"Elvanzo," suara Aluna terputuskan dalam nada yang penuh dengan kebingungan dan ketegangan.

"Aluna... Aku cuma ingin tahu kamu baik-baik saja," jawab Elvanzo dengan nada lembut, seakan melepaskan semua beban yang tertahan di dalam dirinya. "Aku tahu aku salah, mungkin terlalu banyak mengganggu, tapi aku tetap khawatir tentangmu."

Aluna menghela napas panjang, namun ia tak bisa membungkam perasaannya yang tumbuh kian sulit untuk ditutupi.

“Kenapa kau datang ke sini?” tanyanya, suaranya serak, berusaha mencari jawaban di mata Elvanzo.

Kata-kata itu menggantung begitu lama, menciptakan ketegangan yang tak terucapkan, menunggu pemecahan yang mungkin akan tiba—atau justru akan menambah beban pada diri mereka masing-masing.

Saat percakapan yang tegang berlangsung di depan pintu rumah itu, Elvanzo yang mencoba membuka pintu hati Aluna dengan ketulusan, disertai pandangan penuh harap, tak pernah menyangka bahwa situasi ini akan berkembang sedemikian rupa. Tiba-tiba, langkah kaki terdengar mendekat. Suara lembut ibu Aluna menyapanya dari belakang, menambah ketegangan yang menggantung di udara.

Ibu Aluna muncul di ambang pintu ruang tengah dengan tatapan bingung yang berubah menjadi rasa penasaran yang tajam. Wajahnya seketika mengamati Elvanzo, lalu beralih ke Aluna dengan ekspresi sedikit khawatir, seolah tahu ada yang tak beres dengan kedatangan tamu mendadak ini.

“Aluna, ini siapa?” Tanya ibu Aluna dengan nada sopan namun jelas terkesan mencermati. Ia tampak merasakan ada sesuatu yang agak janggal dalam pertemuan ini.

Aluna, yang sebelumnya cemas, mendengar pertanyaan ibunya dan langsung merasa terpojok. Ia tak tahu harus menjelaskan apa. Ada jeda panjang yang terasa berat di antara mereka, hingga akhirnya Elvanzo, dengan sikap santai meski sedikit gugup, memberikan penjelasan.

"Oh, halo Bu," sapa Elvanzo sambil tersenyum ramah. Ia merasa bahwa sikapnya harus tenang agar ibu Aluna tidak curiga. "Perkenalkan, saya Elvanzo. Teman kuliah Aluna di kampus. Kebetulan saya sedang berada di kota ini untuk liburan, dan saya agak kebingungan soal penginapan. Jadi, saya memutuskan untuk mampir ke rumah Aluna." Ia mencoba menambah keyakinan pada ceritanya. “Maaf tidak memberitahu lebih dulu, tapi saya harap ini tidak terlalu mengganggu.”

Ibu Aluna mengamatinya sejenak. Mata tajamnya sepertinya bisa menangkap lebih banyak dari sekedar apa yang ada di depan matanya. Ia tersenyum tipis, terlihat sedikit lebih santai, meskipun di hatinya tak dapat disangkal, ia merasakan ada sesuatu yang perlu diungkapkan lebih lanjut.

"Hm... jadi teman kuliah, ya?" ibu Aluna mengangguk perlahan, seolah meyakinkan dirinya sendiri. “Tidak apa-apa, kalau begitu. Ayo masuk saja, Elvanzo. Kami sedang siap makan. Aluna, jangan diam saja, ajak temanmu masuk dan makan bersama.”

Aluna, merasa cemas dan sedikit canggung, tetap diam di tempat. Meskipun mendengar undangan itu, ia belum siap membuka diri sepenuhnya pada Elvanzo, apalagi mengizinkannya berada dalam ruangan yang begitu dekat dengan keluarganya. Tetapi, dengan sekali lagi menatap mata ibunya yang hangat, ia akhirnya bergerak, meski dengan langkah yang sangat enggan.

Ia memberi Elvanzo isyarat dengan tatapan singkat, memberi tahu agar Elvanzo mengikuti ibu mereka ke ruang makan. Dalam suasana yang hening dan canggung, Elvanzo mengikuti langkah ibu Aluna dengan hati yang penuh rasa ingin tahu dan, mungkin, sedikit rasa bersalah. Ia tahu, meskipun saat ini mereka hanya saling berbicara biasa, ada lebih banyak hal yang belum tuntas di hati Aluna yang harus ia hadapi.

Suasana di meja makan terasa lebih tenang setelah beberapa waktu. Walau sedikit canggung di awal, ibu Aluna selalu bisa menjaga percakapan tetap ringan. Di sela-sela pembicaraan tentang hal-hal biasa, Elvanzo tetap berusaha untuk menunjukkan perhatian kepada Aluna dengan cara yang tidak memaksa, namun cermat.

Keesokan hari, apakah kedatangan Elvanzo ini dapat menjadi titik terang untuk mereka berdua atau justru memperdalam jarak yang terbangun, hanya waktu yang dapat menjawab.

1
Lilovely
Mangat thor/Applaud/
Anonymous
semangat
Anonymous
aku suka banget ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!