Seorang pria membangun perusahaannya dengan tujuan mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin. Namun, semakin banyak uang yang dimilikinya, semakin tinggi kesombongannya. Pada akhirnya, kesombongannya menjadi kehancurannya. Ia dijatuhkan oleh perusahaan lain dan kehilangan segalanya.
Namun. Ia bereinkarnasi ke dunia kultivasi sebagai seorang Summoner, dengan kemampuan memanggil makhluk-makhluk luar biasa. Di dunia baru ini, ia didampingi oleh seorang Dewi yang setia di sisinya.
Sekarang, dengan segala kekuatan dan kesempatan yang dimilikinya, apa yang akan menjadi tujuannya? Apakah ia akan kembali mengejar kekayaan, mencari kedamaian, atau menebus kesalahan dari kehidupan sebelumnya?
Up suka-suka Author!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Kejutan
Setelah semua yang terjadi, kali ini aku memutuskan untuk mencari hewan roh tingkat tinggi. Tujuanku adalah Hutan Roh, tempat yang sering menjadi habitat makhluk-makhluk kuat.
Namun, kali ini aku tidak pergi sendirian. Aku mengajak Ling’er. Setelah dipikir-pikir, memiliki teman dalam perjalanan seperti ini mungkin bukan ide buruk. Lagipula, jika suatu hari aku menghadapi masalah besar, teman pasti akan berguna.
“Kenapa kau membawaku ke tempat seperti ini?” Ling’er mengeluh sambil meregangkan tubuh. “Aku lapar. Aku ingin makan.”
“Ada sesuatu yang ingin kucari. Tolonglah aku kali ini, Ling’er,” pintaku sambil memasang wajah memohon.
Setelah beberapa kali bujukan, akhirnya dia mengiyakan dengan ekspresi malas.
... ---...
Kami berjalan cukup jauh hingga tiba-tiba, dari kejauhan, aku melihat sesuatu di langit. Seekor Elang Api berterbangan dengan anggun. Ling’er yang melihatnya langsung angkat bicara.
“Itu Elang Api. Salah satu Binatang Roh tingkat tinggi,” ujarnya santai.
Namun, kecepatannya yang luar biasa membuatku sadar aku tak mungkin menangkapnya sendirian. Untung saja kali ini aku membawa Ling’er.
“Ling’er, tolong tangkap burung itu untukku,” pintaku sambil menunjuk ke arah Elang Api.
“Ah… iya, iya,” jawabnya malas, tapi tetap bergerak cepat.
Ling’er melompat menggunakan dorongan Qi di kakinya, memanfaatkan cabang pohon sebagai pijakan untuk terus melompat lebih tinggi. Dalam hitungan detik, dia sudah mendekati Elang Api. Dengan gerakan cepat, dia mengeluarkan jarum-jarum kecil dan melemparkannya tepat ke tubuh Elang Api. Aku terkejut melihat akurasi dan kecepatan serangannya. Elang itu jatuh ke tanah, lumpuh.
Aku memandangi Ling’er dengan sedikit waspada. Jika dia marah, dia pasti bisa membunuhku dalam sekejap. Sungguh, gadis kecil ini menakutkan.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, aku segera maju untuk menyerang Elang Api. Namun, makhluk itu melawan dengan menembakkan bola api besar ke arahku. Ling’er yang baru saja turun dari atas pohon langsung bergerak. Dia menahan serangan api itu dengan kedua tangannya.
“Dia… menahan bola api dengan tangan kosong?” gumamku kagum. Gadis kecil ini benar-benar penuh kejutan.
Dengan tenang, Ling’er menjentikkan jarinya. Beberapa detik kemudian, Elang Api itu menjadi lumpuh total. Baru kusadari, jarum yang dia gunakan tadi rupanya mengandung racun yang sangat kuat.
“Kurasa dia terlalu banyak menyembunyikan kemampuan,” pikirku sambil menatap Ling’er yang terlihat santai.
... ---...
Setelah memastikan Elang Api tidak berdaya, aku memulai proses penyerapan jiwanya. Sementara itu, Ling’er duduk santai di atas batang pohon yang roboh, memakan camilan yang kuberikan.
Ketika penyerapan dimulai, hawa panas langsung menyelimuti kesadaranku. Dalam ruang spiritualku, Elang Api melakukan perlawanan sengit untuk mencegah jiwanya diserap. Aku mengerahkan seluruh kemampuan, mengingat apa yang diajarkan Yun Yun. Butuh beberapa hari hingga akhirnya aku berhasil menyerap semuanya.
Ketika aku membuka mata, tubuhku penuh luka bakar akibat perlawanan Elang Api di dalam kesadaran spiritual. Ling’er mendekatiku dan mulai menggunakan Qi miliknya untuk menyembuhkanku.
“Jadi kau bisa menyembuhkan juga?” tanyaku heran.
Ling’er mendengus kecil. “Jangan remehkan aku. Aku ini putri Kaisar Iblis, ingat?”
Aku terdiam, lalu bertanya, “Berapa usiamu sekarang?”
Dia menatapku sebentar, lalu menjawab dengan santai, “Hmm… mungkin sekitar 100 tahun.”
“Ha? 100 tahun? Tapi kau terlihat seperti anak kecil!” seruku tak percaya.
Ling’er terkekeh kecil, seolah sudah menduga reaksiku. “Kau belum tahu, ya? Wujudku sekarang ini adalah wujud palsu,” ujarnya sambil tersenyum tipis.
Tanpa peringatan, tubuhnya mulai memancarkan aura merah yang pekat. Wujud aslinya perlahan muncul. Dia kini terlihat seperti wanita berusia 20-an dengan paras cantik yang luar biasa. Rambut merah panjangnya berkilau indah, matanya tajam tapi memikat, dan tubuh rampingnya membuatnya terlihat sempurna.
Aku hanya bisa melongo, terpaku pada pemandangan di depanku. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku.
“Hey, sampai kapan kau mau melamun?” Ling’er memukul kepalaku dengan ringan, cukup untuk mengembalikan kesadaranku.
“Aduh… itu sakit, tahu!” Aku mengusap kepalaku sambil mengeluh.
Ling’er terkekeh. “Aku sudah terbiasa menggunakan tenaga. Mulai sekarang, aku akan memakai wujud ini saja.”
Gawat. Kalau Yun Yun tahu soal ini, dia pasti akan marah besar.
Belum, belum, siap-siap aja kulabrak bentar lagi