NovelToon NovelToon
Kehidupan Ke Dua

Kehidupan Ke Dua

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Akademi Sihir / Dunia Lain
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: NAYTHAN

— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.

Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?

Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 26 :

Sudah terhitung beberapa hari keadaan kota Ravoria mendadak perlahan-lahan mulai berjalan normal kembali. Tidak ada neo snomster bahkan snomster, jalanan kota Ravoria pun mulai tertib kembali, sebagian warga yang tewas atau bekas terkena serangan neo snomster di bakar untuk mengantisipasi mereka berubah menjadi neo snomster, sebagian warga tewas karena reruntuhan bangunan sudah di evakuasi dan di makamkan dengan layak. Tetapi meskipun begitu, para penyihir di kota Ravoria tetap waspada dan berusaha untuk tidak lengah. Dan setidaknya, para penyihir memiliki waktu untuk sedikit bersantai.

Seperti yang di lakukan Xavier saat ini. Lelaki itu kembali pergi ke rumah sakit khusus penyihir, menjenguk Lanna yang masih berbaring di atas bangsal. Tidak lupa Xavier membawakan sebuket bunga mawar merah, dia begitu rajin mengganti bunga mawar di ruang inap tersebut. Namun kedatangan Xavier hari ini tidak biasa. Dia membawa sebuah kabar buruk untuk Lanna.

Dia duduk samping bangsal Lanna, menatap gadis dihadapannya kemudian beralih menatap tangan Lanna yang terdapat jarum infus. Ada sekelebat keinginan untuk menyentuh lengan dan menggenggamnya tetapi Xavier ragu. Dia ragu sebab belum pernah melakukan hal semacam itu selama ini. Pada akhirnya dia urungkan niatnya itu.

Xavier mendekatkan wajahnya lalu berbisik dengan lembut. "Maaf Lanna, aku tidak bisa menjaga mereka selama kau berbaring. Maaf aku mengatakan ini, Orang tua barumu, mereka sudah tewas dan sudah di makamkan hari ini,"

Adalah alasan Xavier datang menjenguk Lanna menggunakan pakaian serba hitam. Sebenarnya selama ini tanpa sepengetahuan siapapun Xavier selalu memantau orang tua barunya Lanna tetapi dia sempat lengah dan penyebab orang tua baru Lanna tewas karena tertimbun reruntuhan bangunan di kediamannya. Xavier menatap Lanna penuh rasa iba. Padahal Lanna baru saja mendapatkan sebuah kasih sayang kembali tetapi takdir berkata lain, lagi-lagi hal itu sirna dan Lanna menjadi yatim piatu kembali. Seolah gelar menyakitkan itu tidak dapat di hilangkan selalu melekat pada gadis di hadapannya.

"Aku tahu. Makanya aku tidak terkejut lagi dengan itu,"

Ucap seseorang tiba-tiba , suara perempuan yang sangat tidak asing bagi Xavier. Sempat Xavier terdiam sejenak tetapi tidak lama kemudian dia menyadari sesuatu hal. Tidak terkejut dengan kehadirannya. Malahan Xavier merasa sudah malas duluan. Itu Serena. Gadis itu berdiri tepat di sebelah Xavier dengan pakaiannya yang serba putih dan rambut panjangnya sebatas betis berwarna putih serta telinga seperti serigala.

"Sedang apa kau tiba-tiba begitu? Kau sangat mengganggu," kata Xavier ketus.

Serena memukul bahu Xavier kesal. "Apa-apaan sih, kau? Bukannya menyapa kau malah seperti menolak keberadaanku,"

"Di larang menyentuh," Xavier membersihkan area bahunya.

"KAU—"

"Di larang berisik,"

Anak ini memang selalu menyebalkan sejak dulu, batin Serena.

Serena memalingkan wajahnya ke arah lain seraya bersedekap dada merasa langsung kalah dari Xavier.

"Yasudah, iya! Dasar Xavier jelek! Kau tambah jelek sekarang sumpah, deh! Aku benci padamu!"

Xavier tidak menanggapi celotehan Serena. Dia beralih merapikan helaian rambut Lanna penuh kehati-hatian. Serena menatap tingkah Xavier yang tidak biasa itu sekaligus dia juga merasa agak di campakkan oleh lelaki itu bercampur dengan perasaan malu. Tetapi satu hal yang Serena sadari namun Xavier sendiri tidak kalau Xavier menyukai Lanna.

"Kau bahkan tidak ingin bertanya walaupun telingaku jadi begini?" Serena menunjuk telinganya sendiri.

"Tidak. Aku tidak tertarik," jawab Xavier.

Serena hanya menghela napas malas seraya memutar bola matanya. "Aku ini jadi jelmaan serigala, tahu!

Gerakan tangan Xavier terhenti, mendengar pernyataan Serena pikirannya jadi sedikit berkecamuk. Dia jadi teringat saat Lanna mengucapakan segelintir kalimat meminta izin untuk melanjutkan kehidupan Serena dengan jiwa Lanna sekaligus dia juga teringat dengan origami bentuk serigala buatan Lanna, di taruhnya di atas makam kemudian menghilang setelah Lanna selesai menyelesaikan kalimatnya. Mungkinkah Serena yang sekarang yang menjelma sebagai serigala ini ada kaitannya dengan itu semua?

Dan seolah-olah sedang menjawab pikirannya, Serena berkata.

"Awalnya aku sempat tidak tenang dan mengganggunya sekali karena aku tidak suka. Lanna yang meminta izin untuk melanjutkan kehidupanku dengan jiwanya dan dia juga menyelesaikan lipatan origami serigalaku yang gagal, aku merasakan ketulusan hatinya dan pada akhirnya perasaanku merasa luluh. Aku mengizinkannya," ucap Serena, dia termenung menatap wajah dirinya sendiri yang kini sudah di tempati oleh jiwa Lanna.

"Begitu rupanya," balas Xavier.

"Maka dari itu, aku sudah berjanji pada diriku sendiri bersedia menjadi hewan pendampingnya dan aku akan membangunkannya dari tidurnya yang sudah cukup panjang ini," ucap Serena.

"Sungguh baik sekali,"

"Guru?" Ucap mereka berdua bersamaan menoleh ke belakang dan mendapat guru Han sedang duduk santai, menyandarkan punggungnya menaikan kedua kaki ke atas.

"Wah, wah, Serena sudah lebih dewasa sekarang," puji guru Han.

Serena memalingkan wajahnya ke arah lain. "Guru berisik sekali,"

"Guru, sejak kapan sudah di sini?" Tanya Xavier.

"Sejak dari awal percakapan kalian berdua di mulai," jawab guru Han lalu beralih menatap Xavier. "Xavier, siapapun tahu kau ini sedang jatuh cinta," ucap guru Han santai.

Jleb.

Serasa di hantam sebuah batu besar, telinganya memerah padam menahan rasa malu.

"Itu tidak benar," Xavier berdalih berusaha menutupi rasa malunya.

Guru Han bangkit dan berjalan mendekati lalu menyentuh kepala Xavier, menepuknya lembut.

"Aku sudah tahu kau kembali, aku sering melihatmu berkeliaran selama ini," ucap guru Han pada Serena. "Dan jika itu yang kau janjikan pada dirimu sendiri dan Lanna, aku tidak bisa untuk tidak mengizinkannya," guru Han menyentuh kepala Serena..

...----------------...

"Jadi, kenapa kita semua di kumpulkan?" Tanya salah satu pengajar wanita membuka pembicaraan lebih dulu.

Hari ini, sekolah celestial mengadakan sebuah rapat.

"Aku ingin segel peta kuno itu di buka," ucap guru Han langsung pada intinya.

Brak.

"APA? APA-APAAN ITU?"

Salah satu pengajar pria di sana menggebrak meja merasa tidak terima dengan pernyataan guru Han.

"Kau mengumpulkan kami semua hanya untuk mendengarkan pernyataanmu yang tidak jelas itu, Han? Kau tahu sendiri sebab ini semua terjadi karena apa? Kau malah ingin membukanya. Kau sudah gila!" Sambung pengajar pria itu lagi.

"Tolong jaga sikapmu!" Tegas assiten Rosie kepada pengajar pria tersebut, dia berdiri menatap pengajar pria itu dengan matanya yang melotot.

Lalu semuanya jadi tampak ricuh sehingga suasana ruangan rapat langsung ramai. Guru Han tahu pernyataan pasti akan jadi pro kontra di antara mereka yang sebagiannya setuju dan sebagian lainnya tidak setuju.

Melihat itu, guru Han menyentuh bahu asisten Rosie yang duduk tepat berada di sebelahnya bermaksud untuk tetap bersikap tenang. Asisten Rosie pun kembali mendudukkan dirinya.

"Kalian semua diam!" Teriak kepala sekolah lalu beralih kepada guru Han. "Baiklah, aku akan berusaha mendengarkan kali ini, Han,"

Ruangan rapat pun hening kembali dan guru Han melanjutkan kalimatnya.

"Aku berani menyarankan hal itu bukan tanpa alasan," ucap guru Han.

"Jujur saja Han, aku masih meragukan saranmu," kepala sekolah menggelengkan kepalanya merasa tidak yakin mengingat dia pernah membahas hal ini bersama guru Han.

Guru Han membenarkan posisi duduknya, mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Kota Ravoria akan hancur dan jika terus begini para penyihir kemungkinan besar banyak yang berguguran bahkan kita sudah meminta tim penyihir dari kota lain dan itu tidak bisa mengimbangi snomster yang semakin merajalela. Lalu..."

Guru Han merogoh saku bagian atas dadanya, di dalam di balik jas dan mengeluarkan sebuah tabung sampel cairan hitam kental lalu menunjukkannya kepada mereka di dalam ruangan tersebut.

" Ini, penyebab kenapa banyak manusia yang ketika sudah di serang oleh snomster kemudian mati dan tidak lama mereka hidup lagi namun dengan wujudnya yang berubah menjadi snomster, Itu karena hal ini. Aku meminta seorang dokter forensik kenalanku untuk memeriksa salah satu dari mereka, manusia yang setengah tubuhnya sudah berubah menjadi snomster dan sudah ku bunuh," guru Han menaruh tabung sampel darah ke atas meja. "Ada unsur DNA unik yang tidak dapat di ketahui. DNA tersebut dapat meregenerasi sel-sel manusia yang mereka serang dan mengubahnya menjadi wujud snomster. Seseorang sudah menciptakan snomster buatan," jelas guru Han terus terang.

"Apa ini semua terjadi benar karena Ttheo Tinson?" Duga salah satu pengajar wanita.

"Apalagi selain yang bisa ku jawab hanyalah kata, iya?" Jawab guru Han.

Pengajar wanita itu langsung tersenyum kecut. "Anak ingusan itu benar-benar merepotkan,"

Kepala sekolah mengambil tabung sampel dan memperhatikan dengan seksama.

"Anak itu benar-benar gila. Dia melakukan semuanya hingga separah ini," ucap kepala sekolah. "Lalu tujuanmu memberikan saran yang kau berikan itu apa?"

"Karena hanya itu satu-satunya yang dapat menghentikan Ttheo nantinya dan itu adalah Lanna Xevellyn, jiwa dari semesta lain," jawab guru Han.

Kini semuanya terdiam. Selanjutnya mereka merenungi apa yang di katakan guru Han serta memahaminya. Dan mereka semua pun tahu di dalam kitab penyegelan itu memang hanya jiwa dari semesta lain yang dapat membuka segelnya terlebih mereka juga menyaksikan bagaimana inti sihir baru terlahir di dalam jiwa gadis itu di luar perkiraan sejarah mereka, planet lumi.

Sedangkan yang lainnya beralih menatap kepala sekolah menunggu keputusan dadakan yang akan di lontarkan kepala sekolah.

Kejadian di mana Lanna membuat kekacauan, membunuh Lilly di tambah Lanna memiliki perasaan ingin menyerah menjadi penyihir dan sudah pasti Lanna akan di keluarkan dari celestial. Jika Lanna keluar ataupun di keluarkan dari celestial, dia tidak akan terikat lagi dengan celestial dan tidak berhak untuk ikut campur urusan apa yang terjadi di celestial.

Keputusan yang cukup sulit bagi kepala sekolah. Tetapi pada akhirnya...

"Tetap saja aku tidak setuju dan anak itu harus tetap di keluarkan dari celestial. Kita tidak perlu bantuan dari anak itu. Aku yakin huru-hara yang di buat Ttheo Tinson tidak akan sebesar yang kita kira," ucap kepala sekolah.

"Aku tahu kau akan memberikan jawaban itu pak tua," guru Han lalu bangkit dari kursinya meninggalkan ruangan. "Sampai nanti,"

Asisten Rosie pun segera bangkit lalu melakukan salam perpisahannya dan ikut meninggalkan ruangan.

"Kepala sekolah kau yakin dengan keputusanmu itu? Kau tidak lihat bagaimana kota Ravoria yang semakin hancur berantakan?" Protes salah satu pengajar wanita.

"Kami pikir sepertinya saran yang di berikan Han itu benar. Hanya gadis itu yang bisa menghentikan, kau berharap apa pada kami? Bahkan seukuran dirimu saja tidak mampu membuka segel itu karena aturan di dalam kitab penyegelan, kita tidak bisa," protes yang lainnya lagi.

Brak.

Kepala sekolah menggebrak meja keras.

"Sudah cukup! Kita tidak memerlukan itu semua. Kita mampu dan kita bisa untuk menghentikan semua kekacauan ini tanpa gadis itu. Aku tidak percaya dengan saran yang di berikan Han. Sudah cukup kekacauan yang di buat oleh gadis itu!" Bantah kepala sekolah tetap pada pendiriannya.

Sementara itu guru Han dan asisten Rosie yang meninggalkan ruang rapat lebih dulu.

"Selanjutnya bagaimana, kak Han?

Bagaimana jika Lanna tidak bersedia?" Tanya assiten Rosie.

Guru Han tidak menjawabnya, pria itu masih diam dalam beberapa saat dan terus berjalan.

"Rosie, aku minta maaf. Aku tidak bisa menjawabnya," jawab guru Han.

...****************...

1
Retno Isma
jgn Hiatus ya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!