Eca Permatasari janda ditinggal mati yang harus berjuang untuk meneruskan hidup tanpa suami tercinta.
Dikenalkan dengan Eldhin, pria muda yang mengalami nasib serupa ditinggal pasangan nya.
Namun Eldhin ditinggal karena kekasih nya menikah, membuat sifatnya menjadi dingin karena frustasi yang dia rasakan.
Disaat Eca sudah mencintai Eldhin, ada sebuah kejutan besar yang terjadi di kehidupan pernikahan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofiwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Bulan Madu Di Rumah Sakit.
Beberapa hari pasca menikah, Eca yang tak kunjung turun demam nya terpaksa ia harus menginap di rumah sakit.
Kemarin, suhu tubuh nya seharian menggantung di 40 derajat, ditemani kakak nya, Eca terus mengeluh badan nya dingin
Selimut tebal padahal sudah dikerahkan di atas tubuhnya.
"Ca pasti sembuh kok" Tiffany menyemangati.
"Kemana mas Eldhin?"
"Lagi nganter nenek sama Ayunda pulang, nanti sore suami kamu kesini lagi ca"
Eca terus mengeluh dan mengeluh, sampai kakak nya panik sendiri sampai ingin memanggil perawat.
Lengan Tiffany tiba-tiba disentuh, disitu Eca lagi menahan "Aku gak mau ditinggal sendiri, temenin"
Tiffany tersenyum, bodohnya ia lupa kalau ada tombol untuk pemanggilan perawat.
📞 : "Dari perawat ruang melati apa yang bisa saya bantu?"
📞 : "Maaf sus, tolong cek kondisi pasien ruang VIP melati empat ya sus"
📞 : "Baik, kami akan segera kesana segera"
📞: "Thanks sus"
Eca mengerut kening "Mbak, kenapa manggil suster kesini?"
"Kalau gak mau manggil suster makanya jangan terus ngeluh Ca, udah tungguin aja suster lagi mau periksa kamu"
"Aku gak mau disuntik lagi ah, aku takut" Eca berkeringat dingin, karena wanita itu paling benci dengan benda itu.
"Kalau gak disuntik, gimana kamu cepat sembuh?"
Eca meringis "Takut disuntik mati"
Tiffany menepuk kening "Adaaaa aja kamu ini, Itu obat demam buat dimasukin ke tubuh biar kamu sehat, bukan racun, jangan negatif ah Ca"
Eca membuang wajah kesal, selain kesal ada rasa takut di benak nya.
Ting!
Suara notifikasi dari ponsel Eca.
Eca mendongak kepala, mengulurkan tangan untuk meraih ponsel nya di nakas samping ranjang.
"Kak punten ambilin HP aku dong" Eca minta tolong, karena tangan nya tidak sampai.
Tiffany mengambil ponsel itu untuk Eca.
"Kamu itu lagi gak kuat lihat hp, jaga mata kamu dulu, istirahat Eca" Tiffany terus mengomeli.
Eca melempar ponsel ke samping tubuh nya, lengan kanan menutup kedua mata nya "Aku kira dari Eldhin, rupanya dari grup chat kantor"
Tak lama dari keluhan Eca, sang perawat itu datang, diawali ketukan pintu, yang di akhiri oleh suntikan dosis obat.
Eca menjerit dalam hati "Mbak Fany sialan!"
Tiffany terkekeh "Udah jangan nangis ah, gak sakit kan? seperti di gigit semut kan?" Bicara nya sudah kaya menyemangati anak SD.
"Panggil suami aku kesini, dijaga kakak yang ada aku ke siksa" Kata Eca sambil menangis.
"Iya-iya bawel!" Tiffany bicara dalam keadaan tertawa, Ia langsung mengirim pesan whatsapp untuk Eldhin.
Satu jam kemudian...
Eca mengerucut bibir sebal "Mas kok lama banget sih datang nya!"
"Macet de" Eldhin berbohong sedikit, aslinya dia membeli bubur dulu untuk Eca.
"Bohong"
"Iya" Kata Eldhin.
"Tuh kan, kamu ngapain aja" selesai Eca bicara, Eldhin langsung membuka mangkuk plastik bubur yang di bawanya.
"Fanny" Eldhin menoleh sambil memberi kunci mobil "Kalau kamu mau pulang, pakai dulu mobil saya ya, biar saya yang jaga Eca"
Selepas Eldhin bicara, Tiffany langsung minggat, ia paham betul maksut dari laki-laki itu.
"Tolong jagain si penakut ya Din" Kata Tiffany sambil nyengir.
"MBAK!" Eca kesal namun berangsur singkat, setelah Eldhin mengelus lembut kepala nya.
"Jangan teriak ah"
"Iya maaf mas"
Eldhin langsung menyuapi bubur ayam yang masih hangat untuk Eca "Habisin de, biar cepat sembuh"
"Iya mas makasih" Eca membuka mulut.
Suapan dari Eldhin berakhir sampai bubur itu habis. Tak hanya bubur, Eldhin membuka salad buah yang sangat disukai oleh Eca.
"Mauuuu"
Eldhin tersenyum, membuka kotak salad itu dan kembali manjakan Eca dengan suapan yang ia berikan.
Eca menggamit lengan Eldhin dan bersandar di pundak nya. "Kamu tau gak mas? Selama aku nikah yang pertama, aku belum pernah di kasih suapan dari mantan suami aku yang dulu loh mas"
Eldhin menoleh singkat, dan tidak menjawab kalau Eca bahas mantan suami nya.
Bukan karena gak peduli, tapi dia tidak mau mendengar penderitaan yang begitu sangat pahit di masa lalu nya Eca.
Eldhin terus menjaga Eca yang sakit, dirinya tak pernah berhenti mengusir anak rambut yang menghalangi bola mata nya yang indah.
"Jangan sakit, please" Batin Eldhin, menatap Eca yang kini sedang beristirahat.
Padahal Eca sudah sakit, tapi dia sangat tidak menginginkan istrinya itu jatuh sakit.
Hari sudah malam, Eldhin belum sama sekali menjauh dari diri Eca. Eca kini merengek di pelukan suaminya setelah di beri obat melalui suntikan.
"Mas Eca takut disuntik"
Respon Eldhin berbeda dengan Tiffany tadi siang. Ia tidak mengomentari ucapan Eca, melainkan memberinya pelukan sebagai penyemangat jiwa nya.
"Dah ya jangan nangis, ada aku" Telapak tangan nya terus mengelus kepala belakang Eca yang lagi mendekap di dada nya, dan tiba-tiba berhenti setelah Eca bilang.
"Mas kamu kok bau asem sih"