NovelToon NovelToon
Kampung Jabang Mayit

Kampung Jabang Mayit

Status: sedang berlangsung
Genre:Demon Slayer / Kumpulan Cerita Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ncess Iren

Buat yang penakut jangan baca sendirian!!!

Tentang sebuah desa, yang mana desa ini atau kampung sangat misterius.

Di cerita ini kita bakal ngikutin perjalanan seseorang yang bernama candra, dimana keluarganya terlilit hutang gitu yang lumayan banyak.

Candra disuruh orang tuanya buat pergi kerumah pamannya, yang bernama kang agung disebuah desa yang bernama rangkas punah. desa itu sendiri menyimpan cerita misteri yang sangat mengerikan.

Nah bagaimana cerita selanjutnya penasaran kan?
yukk kita baca bareng_bareng, biar takutnya bareng_bareng.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncess Iren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengintai

Chandra duduk di atas rumput mencoba buat nenangin diri, habis itu dia Coba lagi buat telepon ke ibunya tapi teleponnya masih juga belum diangkat.

Ya udah Candra coba nyalain rokok, merokok sebentar habis itu dia coba lagi buat telepon ibunya. Masih nggak ada jawaban, sampai akhirnya dia telepon Gama.

Kalau telepon Gama jam segini pasti diangkat, soalnya dia lagi istirahat.

Langsung aja Candra telepon tuh kan bener diangkat.

"Gam"...

"Chandra halo"

"Gam keadaannya makin jelas, yang penting gimana cara mengakhiri semua ini. Aku mau keluar dari kampung ini, tapi setelah pastiin Bapak selamat" Ucap Candra.

"Aku gak bisa ngasih banyak saran, bahkan Budi udah nggak mau dengerin aku Candra. Tapi aku percaya pasti Budi bisa nyelesain, apa yang sudah dia mulai. Satu lagi kenapa Kampung jabang mayit, itu dulu pernah ada itu karena kakak kamu yang seharusnya" Jawab Gama.

"Apa Gam Kampung cabang mayit, apaan tuh" Tanya Candra heran.

"Tenang itu hanya hasil ikhtiar aku aja dari sini, coba cari info di bantu kakek duduy sama Mbah Idin. Harusnya Budi yang di situ tahu"

"Terus aku harus gimana gam"

"Selesain semuanya"

"Iya juga udah terlanjur"

"Hati-hati sama Barja itu aja pesanku, urusan Ni Itoh bisa diatasi sama Budi. Kalaupun Budi nggak bisa aku pasti datang, ibumu yang minta dari awal" Sambung Gama lagi.

"Dari mana ibunya ini bisa menghubungi Gama" Batin Candra. Habis itu Candra matiin telepon terus pulang ke rumah, sepanjang jalan Candra nggak habis pikir tuh kalau Ibunya sudah tahu tentang parahnya Kampung ini.

"Kenapa kok Chandra masih dikirim ke sini, ini kan ibarat ngirim domba ke kandang serigala.

Sampai di rumah Pak Agung kelihatan tuh Kang Panjul, lagi ngerokok di teras depan rumah. Pas melihat Candra datang, dia langsung berdiri dan berteriak.

"Chandra"

Di situ Kang Panjul udah gak emosi lagi, dia nanyain Chandra dari mana dan minta maaf karena tadi pagi. Udah ngebentak dan membanting dia di kamar, ya Candra bilang aja dari kalau dari ujung kampungnya ada sinyal.

Habis nelpon Kang Banu, dan ketika Chandra bilang kalau Kang Banu kasih tahu tadi. Kalau Pak Agung nggak ikut ke sana, di situ Kang Panjul langsung kalap lagi. Sumpah serapah langsung keluar tuh dari mulutnya, sampai dia mukul-mukul meja.

"Kang basir cuma nganterin Ibu dan langsung pulang lagi"

"Emang bener-bener adik kakak, Abbas sama Agung sama saja mirip banget sama bapaknya. Kalau bukan karena jasanya Ibu Gina, harusnya dari dulu udah Akang habisi. Jangan gegabah sekarang udah pasti kamu dalam bahaya, Akang yakin Agung sama Abbas ada di rumah Ni itoh"

 Habis percakapan dengan Kang Panjul Chandra masuk ke dalam kamar, dia masih mikirin percakapannya tadi sama Gama ditelepon.

Cuma Budi satu-satunya harapan Chandra untuk menguak semua, hal itu Budi bilang belum waktunya. Candra yakin kalau nanti Budi bakal datang lagi, dan pasti ngebawa informasi baru.

Nggak terasa sore udah berganti malam, lebih siap untuk menjaga rumah. Aku pindah dari teras depan terus ke teras belakang, gitu aja terus apalagi Kang Panjul sempat cerita.

Kalau warga Kampung sudah semakin ketakutan, sama hal-hal yang terjadi di hutan. Masa waktu sore warga-warga nggak ada lagi tuh, yang berani lewat hutan gara-gara suara tangisan bayi itu sama sosok-sosok gak jelas yang muncul"

Candra buka itu jendela kamar sengaja dia buka semuanya, karena nggak tahu kenapa dia nggak yakin kalau malam ini Budi bakal datang. Gak lama Kang Panjul buka pintu kamar, dan bilang.

"Istirahat aja Chandra nanti kalau ada kabar lagi, Akang kasih tahu habis itu dia tutup lagi pintunya. Nggak niat menjawab Kang Panjul Chandra langsung rebahan aja tuh, di atas kasur sambil melihat ke arah jendela.

Tiba-tiba ada suara langkah kaki yang deketin dari luar jendela itu, dalam hati Candra udah feeling nih pasti Budi. Langsung aja Chandra cek tuh ke jendela, dan benar aja udah ada Budi. Yang lagi jongkok di bawah situ, sambil celingak celinguk lalu dia bilang.

"Cepat siap-siap" Ucap Budi.

"Bud Kang Panjul" Tanya Candra.

"Kunci aja pintunya waktunya nggak banyak, mumpung belum kemaleman"

"Pelan-pelan Candra itu kunci tuh pintu kamarnya, habis itu dia masukin rokok, korek sama kain putih dari Budi ke kantongnya. Nggak pakai lama Candra keluar jendela, walaupun ada rasa was-was.

Karena waktu itu baru jam 10.00 malam, nggak tahu Kang Panjul tidur apa belum. Di situ budi cepet banget, dan Chandra setengah mati untuk mengimbanginya.

Budi cuma bilang:

"Biar tepat waktunya" Chandra tahu maksudnya, nggak terasa mereka udah mulai masuk ke dalam hutan, menuju ke kebon singkong.

Di perjalanan Budi nanya ke Chandra: "Gimana rasanya bantingan jawara itu"

"Jawara siapa Bud"

"Yang Banting kamu di kamar pagi tadi, coba-coba sih kamu Panjul dulunya bukan orang sembarangan. Pengabdian dan setianya nggak usah ditanya lagi, kayak sekarang caranya ke kamu. Akibat ibu kamu menanam kebaikan waktu itu, barja sekalipun bahkan mikir dua kali kalau bersinggungan sama Panjul" Ucap Budi.

"Pantes aja tapi kenapa Panjul kelihatan takut sama barja Bud!" Tanya Candra.

"Takut dan nunggu momen yang tepat, memang sulit dibedain" Nggak terasa mereka berdua udah sampai di jalan tanah merah lagi, sama persis kayak waktu malam itu. Nggak pakai sendal Candra terus tuh ngikutin si Budi, masuk lagi ke dalam hutan.

Nggak ngikutin jalan tanah merah yang biasanya, dilewati motornya Barja itu. Semakin Candra yang ngikutin Budi ke dalam hutan, di situ dia baru tahu kalau ternyata udah ada kayak jalan setapak.

"Aku lewat sini setiap kali mau mengintai ke rumahnya Ni itoh, malam itu juga aku membawa badan kamu lewat sini"

"Nggak percaya aku Bud"

"Ini nggak bakal sampai ke samping rumah, kayak waktu kayak kamu waktu malam itu. Ini bakal sampai ke belakang rumah Ni itoh. Pas Budi ngomong begitu tiba-tiba tanah itu berasa berguncang.

dem dem dem

Kenceng banget kayak ada langkah gede, yang ngikutin mereka berdua dari belakang. Sambil terus jalan lalu Budi nyuruh Chandra, buat ngeluarin kain putih yang di kantongnya. Dia nggak pakai nanya apa-apa lagi, Candra lalu keluarin tuh kain putih itu dan tiba-tiba Budi bilang.

"Jangan nengok ke belakang"

Langkah kaki itu makin jelas terdengar, bahkan makin jelas dan rasa pengen nengok ke belakang. Itu luar biasa tapi untungnya, masih bisa ditahan.

Kayak ada makhluk yang gede banget di belakang, gak lama Budi bilang kalau mereka udah mau sampai. Siap-siap aja, sama apa yang bakal terjadi nanti.

Baru mau lanjut jalan lagi tiba-tiba dari belakang, kayak ada yang nahan baunya Candra. Tangannya gede banget, Candra manggil Budi.

"Bud bud...

Budi balik lagi tuh dia ambil kain putih, dari tangan Chandra lalu ia ambil Kerisnya ditancepin ke tanah. Artinya si sosok itu tidak menginginkan Candra pergi, ke rumahnya Ni itoh soalnya Apa bahaya.

Ingat kan tugas keris kecil itu, menjaga Candra. Habis nancepin terus kecil itu ke tanah, Budi kasih lagi tuh kain putihnya ke Chandra, Budi ingetin dia jangan lupa kalau pulang nanti diambil kerisnya.

Chandra cuma ngangguk aja situ, gak lama kemudian sudah kelihatan tuh rumah tua itu. Dan Bener kata Budi tadi itu, atap rumah dari belakang rumahnya Nii itoh.

Budi terus ngajak Candra buat jongkok, dan ngumpet di balik semak-semak yang lumayan tebal. Dia bilang sebentar lagi, dari situ Candra bisa lihat. Banyak banget batu-batu yg berjajar rapih tuh di belakang rumahnya Ni itoh, dengan gundukan tanah di setiap batu-batu kecil ya kayak kuburan kecil.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!