Ini Kisah Anak Loli
Lita kini yatim piatu, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya sementara ayah biologisnya hingga detik ini dirinya tidak tahu.
Kakek Neneknya juga telah meninggal dunia karena kecelakaan di hari perpisahan sekolah Lita di bangku SMP, harta warisan milik keluarganya habis tak bersisa untuk membayar hutang Kakek Nenek.
Dan akhirnya Lita menikah dengan seorang pria yang begitu meratukan dirinya dan membuatnya bahagia, namun ternyata semua kebahagiaan itu hanya sebentar.
Ikuti ceritanya yuk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Namun Lita tak menghiraukan sama sekali hingga Desi menarik lengan Lita, tapi Lita justru membanting tangan Desi dengan keras sampai membuatnya tersungkur di lantai.
Pada saat yang sama Doni yang mendengar kegaduhan bergegas keluar dari dapur dan menemukan Desi terduduk lemas di lantai, Doni berteriak memanggil Desi penuh khawatir.
Doni pun segera melangkah menghampiri Desi untuk membantunya berdiri, Desi merengek kesakitan memegangi perutnya yang mungkin terbentur sesuatu. Itu sebabnya, jadi sakit.
"Sakit gimana, Dek? Kenapa kamu bisa duduk di lantai?"
Doni bertanya dengan lembut sembari membantu Desi untuk berdiri dari lantai kemudian perlahan di tuntunnya Desi menuju sofa yang empuk, dari kejauhan Lita mengamati mereka.
Dengan senyum kecut menghiasi bibirnya, tiba-tiba perasaan terasa pilu menyelimuti hatinya. Posisi Desi saat ini adalah posisi Lita rasakan dulu, Lita akui Doni memang tipikal pria perhatian.
"Aku di dorong oleh Mbak Lita, Mas. Dia datang, membuat keributan" kata Desi dengan suara tercekat, matanya berkaca-kaca menahan tangis.
"Li---Lita?"
Doni menoleh, dirinya baru menyadari keberadaan Lita yang terpaku di sudut ruangan. Doni perlahan berjalan mendekati Lita, matanya menangkap sosok mantan istrinya yang kini tampak asing.
Tatapan Doni terlihat begitu sendu, campur rindu dan penyesalan pun menyapu hatinya. Doni memanggil naman mantan istrinya dengan sangat pelan, hampir tak terdengar.
"Dimana Daniel? Aku kesini untuk menjemputnya" tegas Lita tatapannya begitu tajam, membuat Doni mengalihkan tatapannya.
"Buat apa kamu jemput Daniel? Dia di bawah asuhanku, biarkan dia tinggal disini bersama kami" kata Doni, membuat Lita tersenyum sinis.
"Kamu memang memiliki hak untuk mengasuh anak-anak, Mas. Tapi kamu gak bisa merawat mereka dengan baik, jadi biarkan Daniel ikut dengan aku biar kamu bisa fokus sama selingkuhan kamu itu" ujar Lita menatap Desi penuh dendam
Doni meminta Lita untuk tidak membuat rusuh apalagi hubungan mereka sudah selesai dan meminta Lita untuk tidak menganggu Desi lagi, karena Desi tengah hamil muda.
Doni khawatir terjadi sesuatu yang buruk dengan janin dalam kandungannya, Lita jadi marah karena Doni lebih khawatir dengan anak pelakor ketimbang Leon anak kandungnya sendiri.
Lita benar-benar emosi dengan Doni, apalagi Doni dengan tega membuang Leon. Seharusnya jika Doni tak mau merawat anak-anak mereka, biarkan anak-anak mereka di rawat oleh Lita.
Karena Lita bisa menjadi ibu sekaligus ayah buat anak-anak mereka, sehingga anak-anak mereka tak merasa kekurangan kasih sayang dari sosok ibu maupun sosok ayah.
"Sayang, aku gak pernah membuang Leon. Dia yang pergi dari rumah, dia yang tak mau aku rawat" sahut Doni membela diri
"Apa katamu tadi, Mas? Sayang? Cih, tak sudi aku di panggil sayang sama pria tukang selingkuh seperti kamu" ketus Lita menatap Doni dengan penuh dendam
Lita berjalan mengelilingi setiap ruangan sembari berteriak memanggil nama Daniel hingga memenuhi ruangan, sementara Desi meminta Doni untuk mengusir Lita secepatnya dari rumah.
Desi tak mau rumah mereka rusak gara-gara Lita, Lita yang mendengar itu segera menoleh ke arah Desi yang saat ini sedang mengawasi dirinya kemudian Lita mendekati Desi.
"Kenapa kamu takut? Toh rumah ini kalian beli dengan uang tabungan aku kan" tebak Lita
Desi tampak gelagapan lalu melirik ke arah Doni, dengan cepat Desi sanggah bahwa rumah mereka di beli menggunakan uang Doni. Lita tersenyum sini, lalu melipat kedua tangan di dada.
"Kalau begitu kembalikan ATM ku berserta buku tabungannya" pinta Lita menatap Doni
"Enak saja!! Kamu pikir anak-anakmu tak butuh uang, mengasuh mereka butuh uang yang banyak.
Semua uang tabunganmu udah habis, untuk keperluan Daniel dan Leon" sahut Desi
"Leon? Bukankah kamu membuangnya di pinggir jalan, lalu keperluan mana yang kamu maksud. HAH??" tanya Lita marah
Lita yang malas berdebat dengan Desi kembali berteriak memanggil nama Daniel sembari berjalan menaiki anak tangga, Desi marah sembari menegur Doni kenapa diam saja.
Dan tak mau mengusir Lita, Desi tak mau melihat Lita membuat keributan di rumah mereka. Doni menggaruk kepalanya karen dirinya bingung harus bagaimana, satu sisi dirinya ingin Daniel pergi.
Dari rumah ini dan satu sisi dirinya ingin bersama Daniel, Doni pun berlari mengejar Lita yang sudah berada di lantai atas sementara Lita terus berteriak memanggil nama Daniel.
"Lita, jangan teriak-teriak. Biarkan Azura dan Daniel beristirahat" tegur Doni
"Dimana Daniel, Mas? Kenapa kamu tak menjawab pertanyaanku?"
Lita menatap mantan suaminya dengan tatapan tajam, Doni mendesah lesu sembari memberitahu bahwa Daniel berada di dalam kamar. Lita kembali bertanya kamar yang mana, karena ingin bertemu.
Lita berlari dan membuka pintu yang berada disisi kiri tangga, kamar itu tampak wangi, rapi dan mewah. Lita memanggil nama Daniel sembari berjalan masuk, namun tangannya di tahan Doni.
"Ini kamar Azura, dia baru saja tidur siang" kata Doni kembali menutup pintu kamar itu
"Lalu dimana, Daniel?"
Lita berlari menuju pintu yang lainnya, di bukanya satu persatu namun tak ada Daniel di salah satu kamar tersebut. Lita dengan khawatir bertanya dimana Daniel? Kenapa semua kamar kosong?.
Firasat Lita tiba-tiba menjadi tak enak, Lita begitu takut terjadi hal buruk yang terjadi pad putra bungsunya. Doni pun meminta Lita untuk mengikutinya, Lita menghela napas panjang.
Lalu mengikuti Doni berjalan menuruni anak tangga, jantung Lita berdebar saat Doni membawanya menuju halaman belakang rumah. Langkah Doni terhenti, tepat di depan pintu ruangan yang berada paling ujung.
Doni menarik napas dalam-dalam lalu membuka handle pintu tersebut, Lita melongok kan kepalanya untuk melihat ke dalam ruangan yang terlihat gelap dan kotor.
"Kenapa kamu membawa aku kesini, Mas? Bukannya kamu mau bawa aku menemui Daniel?" tanya Lita
Deg
Jantung Lita berdebar, perasaannya jadi tak enak. Lita pun menerobos masuk sembari memanggil Daniel, keadaan ruangan tersebut begitu gelap dan pengap hanya ada cahaya redup menerobos dari ventilasi.
"Kenapa kita kesini, Mas? Daniel dimana?" tanya Lita dengan nada tinggi menahan kesal
Dari sudut gelap ruangan, terdengar suara anak kecil memanggil. Lita terkejut karena sangat mengenali suara itu, Lita pun menoleh untuk mencari dari mana asal suara Daniel.
"Daniel, kamu dimana? Kamu disini, Nak?" tanya Lita berteriak
"Mama" panggil Daniel lagi dengan suara gemetar
Lita mendekat ke arah suara dengan penuh harap langkah kakinya menggema di lantai yang kotor, Daniel berteriak ketakutan dengan suara gemetar dan diiringi suara isak tangan.
"Iya, Nak. Mama disini, kamu dimana Sayang?" kata Lita meraba-raba dalam kegelapan mencari putra bungsunya