Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Sepanjang perjalanan, Nadlyn hanya diam. Hanya Ayla dan Nanda yang mengantar Nadlyn, sementara Disya harus berangkat ke kampus karena ada kuliah.
Regan nemeriksa kehamilan Nadlyn dan di saksikan oleh Pras.
"Bayimu sehat sekali." Kata Regan sambil tersenyum.
Nadlyn pun hanya tersenyum menanggapinya.
"Apa kau merasakan mual? Tekanan darahmu rendah." Tanya Pras sambil melihat rekam medis milik Nadlyn.
"Tadi pagi Nadlyn muntah muntah, Dad. Dan banyak mengeluarkan keringat dingin." Bukan Nadlyn yang menjawab melainkan Nanda.
"Sabar ya Nad, ini wajar di trimester pertama. Daddy akan memberikan obat mual untukmu dan juga vitamin agar kau tidak anemia." Kata Pras pada menantunya itu.
Nadlyn hanya diam dan tersenyum tipis.
Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, akhirnya Nadlyn kembali pulang bersama Nanda dan Ayla.
"Apa ada yang ingin kau makan, Nad?" Tanya Nanda.
"Ya bilang pada kami jika menginginkan sesuatu. Orang hamil tidak boleh menahan makanan yang sedang di inginkan." Sahut Ayla.
"Tidak ada Mom, Aunty. Terimakasih." Jawab Nadlyn.
"Apa kau ingin kerumah Papamu? Kau rindu Papamu?" Tanya Nanda penuh pengertian.
"Aku memang merindukan Papa, tapi aku tidak ingin kerumah Papa." Jawabnya dengan sendu.
Nanda dan Ayla hanya saling melirik.
Setelah sepuluh menit, mereka tiba kembali di rumah Nanda. Jarak rumah sakit dengan rumah Nanda memang sangat dekat. Nadlyn segera kembali ke kamar Cean meski kakinya enggan melangkah ke kamar yang dulu pernah jadi tempat favoritnya.
Cean menoleh ke arah pintu saat pintu kamarnya terbuka, dilihatnya Nadlyn yang melangkah masuk ke dalam kamar sambil membawa satu plastik putih berlogokan rumah sakit milik keluarga Daddy Pras.
Nadlyn meletakan plastik itu di atas nakas dan segera kekamar mandi, tiba tiba saja perutnya mual kala mencium bau nyengat dari wangi parfum yang Cean pakai.
Hoekk, hoekkk..
Nadlyn memuntahkan makanan yang tadi ia sempat makan di kantin rumah sakit.
Cean yang mendengarnya tetap memilih acuh, ia mengambil headsetnya dan memasangkannya di kedua telinganya.
Nadlyn membasuh mulutnya dan membersihkan diri, kemudian keluar dengan pakaian yang sudah lengkap, perasaanya terasa sakit saat melihat Cean yang masih duduk dan malah menyumpal telinganya dengan headset sambil bermain ponsel dengan posisi yang sama sedari tadi saat Nadlyn baru saja tiba.
"Cean aku ingin bicara." Kata Nadlyn yang berdiri percis di samping Cean.
Cean tidak menggubrisnya meski samar ia mendengar suara Nadlyn. Cean hanya tidak siap jika Nadlyn membahas kondisi kandungannya karena Nadlyn baru saja pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya.
Nadlyn yang kesalpun menarik paksa headset di telinga Cean membuat Cean menjadi emosi. "Apa apaan kamu, Nad?" Bentak Cean yang kini berdiri dari duduknya.
Untuk pertama kalinya Cean membentak Nadlyn, bahkan dulu sewaktu mereka masih bersahabat, tidak pernah sekalipun Nadlyn mendengar suara keras dari Cean.
Nadlyn memalingkan wajahnya, "Aku ingin bicara." Kata Nadlyn menahan rasa sesaknya, dan sebisa mungkin ia menahan untuk tidak menangis di depan Cean.
"Soal apa?" Tanya Cean dengan nada dingin.
"Aku akan bicara pada Daddy Pras, agar kau tetap bisa melanjutkan study di London." Ucap Nadlyn pada akhirnya.
Nadlyn memilih mengalah, Nadlyn memilih melepas Cean dari pada harus terus merasakan sakit melihat sikap dingin Cean padanya.
Cean diam, ia mencoba mencerna semua perkataan Nadlyn padanya.
"Aku tidak akan menjadikan anak ini sebagai penghalangmu untuk mengejar impianmu. Kamu bisa tetap melanjutkan studymu di London." Kini Nadlyn berani membalas tatapan Cean.
"Daddy tidak akan mengijinkannya." Balas Cean.
"Aku yang akan bicara pada Daddy Pras."
Mereka saling bertatapan hingga Nadlyn yang memutus kontak matanya. Kini Nadlyn berdiri dengan posisi membelakangi Cean. "Aku akan bicara dengan Daddy Pras malam ini juga."
"Lalu bagaimana denganmu? Apa rencana untuk dirimu sendiri?" Tanya Cean.
"Aku akan tetap melahirkan anak ini, dia punya hak untuk lahir ke dunia dan aku yang akan membawanya untuk terlahir ke dunia."
"Bagaimana dengan pendidikanmu?" Tanya Cean ingin tau. Cean sangat tau jika Nadlyn mempunyai hobi menggambar dan bercita cita ingin menjadi desain interior.
"Prioritasku bukan lagi soal impianku." Suara Nadlyn bagai tercekat, namun Nadlyn melanjutkan perkataannya. "Tujuanku sekarang adalah anak yang sedang aku kandung."
Entah mengapa, jawaban Nadlyn membuat hati Cean tercubit. Cean dapat merasakan jika Nadlyn tengah menahan emosinya, bahkan mungkin menahan tangisnya.
"Dan soal anak ini." Lanjut Nadlyn berbicara. "Anak ini akan menjadi anakku, hanya anakku saja." Kini Nadlyn berbalik kembali menatap wajah Cean. "Selesaikan studymu hingga S2 di London, dan saat kamu pulang enam atau tujuh tahun lagi, segeralah mendaftarkan perceraian kita di pengadilan, aku tidak akan membebanimu soal anakku, aku tidak akan mengganggu masa depan dan duniamu dengan anak ini, kita akan jalan masing masing tanpa pernah berhubungan lagi." Akhirnya satu tetes air mata lolos dari mata Nadlyn dan dengan cepat Nadlyn mengusapnya.
Nadlyn kembali ke dalam kamar mandi, ia duduk di dalam bathtub yang kosong sambil memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya diantara kedua lututnya, Nadlyn menangis sejadi jadinya seolah mengeluarkan rasa sesak di hatinya.
Cean pun mendengar suara tangisan itu dari dalam kamar nya meski tidak terlalu kencang karena pintu kamar mandi yang tertutup dan terhalang oleh walk in closet. Tubuh Cean pun merosot dan berlutut di atas lantai, ia menundukan wajahnya sambil menangis, "Maafkan aku, Nadlyn. Maafkan aku."
Mereka sama sama tenggelam dalam penyesalan masing masing. Baik Cean maupun Nadlyn harus tetap menerima takdirnya, hanya saja Nadlyn tidak ingin terus berada dalam penyesalan, ia akan menebus kesalahannya dengan melahirkan dan membesarkan calon anaknya.
**
Malam hari, Nadlyn mengutarakan keputusannya bersama Cean pada Pras dan Nanda, tapi tentu saja Nadlyn tidak menceritakan soal rencana perceraiannya yang akan dilakukan saat Cean kembali setelah enam sampai tujuh tahun Cean menyelesaikan studynya hingga S2 nya nanti.
Nadlyn hanya mengatakan jika semua yang di utarakannya ini demi masa depan mereka bersama dan mereka akan kembali berkumpul di usia yang sudah cukup matang untuk tau akan tanggung jawabnya dan kewajibannya masing masing.
Demi untuk di setujui oleh Pras dan Nanda, Nadlyn pun mengatakan akan malanjutkan juga studynya setelah anak mereka lahir, tantu saja hal ini memang jadi salah satu keinginan Pras dan Nanda, tapi untuk memisahkan Cean dan Nadlyn sementara waktu, membuat Pras ragu dan sungguh Pras tidak ingin hal ini terjadi.
Tapi pada akhirnya, Nadlyn berhasil meyakinkan Pras, Cean akan kembali melanjutkan studynya di London dan akan berangkat minggu depan. Dan untuk Nadlyn, Pras meminta Nadlyn untuk tetap tinggal dirumah bersama Pras dan Nanda. Nadlyn terpaksa menyetujui meski ia sudah merencanakan akan kembali kerumah Robi sang Ayah jika Cean sudah berangkat ke luar negri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sampai disini, seru gak sih cerita soal Cean dan Nadlyn?
Makasih yg udah ngeramein komentar di novelku 🤗
kayaknya author ya nulis nya Nggak pakai outline.Karena kadang diawal gimana ,sampai bab selanjutnya kontra . Andai runut tiap Bab nya novel ini bagus banget karena ceritanya kuat ,bahasa nya asik ,ceritanya juga clear ,plot nya seru .