Kehidupan mewah serba berkecukupan tidak menjanjikan sebuah kebahagiaan. Contohnya saja Evelina, memiliki segalanya. Apapun yang dia inginkan bisa ia dapatkan. Namun, Eve selalu merasa kesepian, hatinya terlalu gunda mengharapkan perhatian kedua orang tuanya yang terlalu sibuk dengan dunia mereka.
Suatu hari, karena selalu meninggalkan putri mereka sendirian. Kedua orang tua Eve memutuskan untuk menjodohkan putri mereka dengan salah satu anak dari sahabatnya.
Pertanyaan nya, akankah Eve bisa bahagia? menikah muda dan bergabung dengan keluarga baru apa bisa membuat kesepian itu hilang?
Mau tahu jawabannya? yuk ikutin kisah perjalanan cinta Eve dan Joenathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Jodohkan? nikah muda?"
"Tunggu tunggu, tunggu dulu. Kak Joe akan menikah? dengan Eve?" Tanya Hana syok, dia terlihat sangat kaget dan mencoba mencerna kata kata bundanya.
"Iya sayang, hanya menunggu proyek kedua orang tua Eve selesai, maka kami akan mengadakan pernikahan untuk mereka berdua." jelas Liana.
Joe dan Frans hanya diam saja, mereka memilih untuk makan sambil mendengar Hana dan Liana berbicara.
"What, secepat itu. Astaga, feeling gue benar." gumam Hana syok. Ia melirik sang kakak, pria itu terlihat biasa saja dan sepertinya menerima perjodohan ini.
"Bunda sama ayah tahu gak, Eve dan Joe itu seperti apa hubungannya?" tanya Hana.
Bukan tidak setuju, Hana hanya takut Eve dan Joe bersama dan hanya akan memperburuk hidup Eve. Sedikit banyak nya Hana sudah mulai tahu tentang kisah Eve dari Nadia dan Tiara.
"Mereka akur kok, kalo awal awal yah biasa lah. Ya kan Joe?" ucap Liana pada Joe.
Joe tersenyum dan melanjutkan makannya.
Hana terdiam, tapi perasaan nya masih tidak karuan.
Setelah selesai makan malam, Hana pergi menemui bundanya di kamar.
"Bunda" Panggil Hana.
Liana yang sedang santai duduk di tepi ranjang sambil bermain ponsel pun menoleh.
"Eh sayang, ada apa?" tanya Liana. Wanita paru baya itu tersenyum menyambut sang putri, ia meletakkan ponselnya di nakas, sepertinya sang putri memiliki sesuatu untuk di bicarakan.
"Bunda, Hana mau ngomong sesuatu."
"Apa sayang, katakan aja."
"Kak Joe dan Eve, apa bunda sama ayah yakin mau nikahkan mereka?" tanya Hana terlihat khawatir.
Liana diam sebentar, kemudian menggenggam tangan sang putri.
"Nak, bunda tahu apa yang kamu khawatirkan. Tapi, ini yang terbaik kok."
"Tapi Bun, mereka itu gak pernah akur. Hana pikir menikahkan mereka adalah hal yang tidak baik."
"Kamu khawatirkan kakak kamu?" goda Liana menoel pipi gembul Hana.
Hana pun menggeleng, dia tidak mengkhawatirkan kakaknya. Tapi, Hana khawatir Eve malah semakin tertekan.
"Lalu?" Liana mulai bingung.
"Hana gak mau Eve semakin tertekan, hidupnya itu gak mudah Bun." balas Hana.
Liana terdiam lalu tersenyum lembut, mengusap pipi sang putri penuh kasih sayang.
"Kamu takut kakak kamu bakalan nyakitin Eve?" tanya Liana. Hana pun mengangguk.
"Emang, kamu gak tahu sifat kakak kamu sendiri? kamu gak percaya sama kakak kamu sendiri? atau kamu berpikir kakak kamu sejahat itu?"
Deg.
Kini berbalik Hana yang terdiam. Apa dia sudah keterlaluan, atau terlalu berlebihan?
"Bukan begitu Bun,"
"Stttt... Sayang, bunda paham.Tapi, kakak kamu tidak orang seperti itu. Dia punya kamu dan bunda yang tidak rela di sakiti. Bunda yakin, dia akan membuat Eve bahagia"
"Tapi mereka."
Hana lagi lagi terdiam, Liana menutup bibirnya agar tidak bicara lagi.
"Coba deh kamu perhatikan. Eve dan Joe itu sangat cocok,mereka itu saling tertarik, hanya saja ada ego yang membentengi perasaan keduanya." Jelas Liana.
"Kamu lupa?. Gadis yang bisa menaklukkan kakak mu waktu kecil?"
Hana mencoba mengingat ingat, kemudian matanya membulat.
"Anak nya om Alex dan Tante Diona" jawab Hana.
"Yaps, dan itu Eve."
"Huh?"
Hana kembali di kejutkan oleh fakta fakta yang selama ini tidak ia tahu.
"Jadi, Eve itu anaknya Tante Diona?"
"Iya sayang, gadis kecil yang selalu kakak mu rindukan."
"Terus, kenapa sekarang mereka bertengkar?"
"Apa ada masalah?" tanya Hana sangat penasaran.
Liana menggeleng pelan, dia tidak tahu mengapa mereka bertengkar tapi yang Liana tahu, Eve dan Joe itu saling menyayangi.
Merasa mendapatkan sebuah misi, mencari tahu pokok permasalahan di antara kedua orang itu.
Keesokan harinya, Eve dan kedua sahabatnya tiba di sekolah. Semua mata tertuju pada Eve. Membuat gadis itu sedikit risih.
Namun, Eve terlihat biasa saja. Toh, ia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian di sekolah ini.
"Langsung ke kelas yuk." Ajak Nadia.
Keduanya mengangguk dan mereka langsung menuju ke kelas.
Saat di lorong, seorang siswi yang mendukung Jia mengejek Eve.
"Dasar gak tahu malu, gaya kek benci, tapi malah seperti itu. Ngancam Jia lagi, ihh gak banget deh" Sindirnya.
Nadia menghentikan langkahnya, ia berbalik dan langsung menghampiri siswi itu.
"Maksud Lo apa sih, ngomongin temen gue!" Hardik Nadia.
Eve menarik Nadia, menahan agar dia tidak bertingkah bodoh.
"Udah lah,gak usah tanggepin lalat lewat" Ucap Eve.
Merasa tidak terima, siswi itu kembali buka mulut.
"Dasar munafik!" serunya.
Kali ini Eve yang emosi, dia tidak suka bila sudah di diemin malah makin menjadi.
Plak!
"Siapa yang Lo bilang munafik? gue? emangnya kalo gue munafik, apa untungnya bagi Lo."
"Lo nampar gue, berani sekali Lo!" Ancam balik oleh siswi itu, dia hendak membalas Eve tapi tak sempat karena Tiara berdiri dan menahan dirinya.
"Jangan serang teman gue lagi!" bentak Tiara.
"Gak usah ikut campur deh" Bentak siswi itu.
"Lo tu yang gak usah ikut campur. Lagian yah, bilang sama pujaan Lo itu, jangan cari masalah dan jangan fitnah teman gue lagi!" balas Tiara.
"Fitnah apaan, lihat no di Mading. Muka Lo yang sok lugu itu, megang megang tangan Joe lagi. Ihh gak tahu malu banget."
"Cih" Eve berdecak lucu, ia tidak habis pikir. Mengapa orang orang julit seperti mereka sangat peduli dengan kehidupannya. Selalu ikut campur bahkan membuat dirinya lelah.
"sudah ah cabut, males main sama lalat" seru Eve pada kedua temannya.
"Awas Lo!" ancam Nadia.
"Ihhh dasar cewe munafik!" Serunya.
Eve dan kedua sahabatnya tiba di kelas, ekspresi wajah mereka sudah tidak bersahabat lagi.
"Ada ada aja yang hancurin mood pagi pagi begini" Gumam Tiara.
"Udah lah biarkan aja, lagian itu fitnah kok. Gue dan Joe udah pergi ke rumah sakit cek cctv nya" Tutur Eve.
"What?" Tiara dan Nadia syok kompak. Sampai Eve tercengang melihat keduanya.
"Ihh apaan sih,santai aja kali. Gak usah kaget gitu."
"Serius lo pergi sama Joe? kok bisa?" tanya Nadia.
"Dia maksa gue,ih menyebalkan!" Geram Eve teringat dengan ancaman Joe ketika dia menolak ikut dengannya .
"Wahh keliatannya mulai ada rasa nih"
cuih..
Eve langsung pura pura meludah kelantai mendengar ucapan Tiara.
"Najis banget" Ujar Eve.
"Ah najis najis, entar baper." Goda Nadia.
"Udah ah, Sono duduk di kursi Lo pada. Jangan ganggu gue"
"Cieee salting" goda Tiara.
Eve memutar malas matanya, bukan hanya orang orang lain. Kedua sahabatnya sekarang malah ikut ikutan menyebalkan.
Hana yang baru tiba di kelas melihat dan mendengar pembicaraan Eve dan sahabatnya. Ia sedikit kaget melihat Eve begitu benci pada kakaknya.
"Saling suka apanya coba." Pikir Hana.
Ga tega ma Eve.. Kemanalaaa arah hubungan Joe da Eve ini? 😔😔😔😔😔