Theodore Sulivan menganggap semua wanita di dunia ini adalah sumber masalah. Masalalu yang memaksanya karena dirinya di khianati oleh sang istri di depan matanya membuat dirinya berubah menjadi sosok pria dingin dan seakan tidak tersentuh.
Namun tiba-tiba dunianya kembali berwarna kala dirinya di pertemukan dengan guru sang putra bernama Hana Pertiwi.
Hana Pertiwi justru takut kepada Theo karena menganggap Theo adalah pria yang menyeramkan sekaligus menyebalkan.
"Call me daddy, baby atau kau akan terus berada dalam cengkraman ku sekaligus penghangat ranjangku" ucap Theo dengan nada dingin namun penuh intimidasi!!!!
Apakah Hana bisa bersama Theo, ataukan Hana malah semakin takut pada pria itu....??????????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kue Sejuta Kenangan
Kue-kue yang akan diantar ke kantor Theo sudah berjejer rapi diatas meja tercium sangat wangi.
"Ma wangi banget lapisnya" puji Hana.
"Resep dari seseorang dulu, Mama terapkan" balas Kartika.
"Kartika bakery, ya nanti aku buat merk untuk kue Mama jangan polosan begini kaya skincare abal-abal aja" kelakar Hana.
"Iya deh, desainnya yang bagus ya? Mama juga mau sih. Kemarin aja waktu geng arisan ibu-ibu komplek sana kan pada nanyain kue buatan Mama katanya enak, eh Bu Sofyan bilang kalau kue itu dia yang bikin, jadinya mereka pada pesen ke dia bukan langsung ke kita" balas Kartika sedikit kesal.
"Itu mah keterlaluan namanya Ma" ucap Hana.
"Emang, tapi gak apa-apa sih rejeki udah Tuhan yang atur, buktinya rasanya jauh lebih enak kue buatan Mama" ujar Kartika.
Tittttttt!!!!!!
Suara klakson mobil Theo.
Duda tampan sejuta pesona itu keluar dari mobilnya sudah rapi dengan stelan jas warna hitam.
"Loh Mas kok kemari? " tanya Hana.
"Jemput kamu!" jawab Theo.
"Tadinya aku mau pesan ojol" ucap Hana.
"Memang kamu tahu dimana kantor ku, hem? " tanya Theo.
"Gak juga sih, tadinya aku mau minta alamatnya sama Mas" jawab Hana.
"Ayo berangkat, kue-kuenya harus cepat di susun, Mas meeting jam 9" ajak Theo.
"Yasudah ayo! Ma, aku berangkat dulu ya" Hana berpamitan kepada Kartika.
"Bu, saya bawa Hana dulu ya! " Theo meminta izin.
"Iya Mas Theo, hati-hati" balas Kartika.
Keduanya pun berangkat menuju kantor milik Theo. Sepanjang perjalanan tangan Theo tertaut pada tangan Hana, dan sesekali mengelus wajah lembutnya.
"Fokus nyetirnya Mas! " pinta Hana.
"Iya deh iya! Sayang, Mas lagi butuh asisten pribadi, kamu aja ya yang kerja" ucap Theo.
"Mas kayanya aku gak ada basic kerja kantoran deh, aku sarjana pendidikan bukan manajemen" balas Hana.
Memang jika di telaah, perusahaan Theo itu sangat ketat menerima pegawainya. Kalau tidak ada hubungannya dengan bisnis, akutansi dan manajemen Theo akan cut orang itu dari perusahaannya tapi untuk Hana itu pengecualian, jika Hana mau Hana bisa menggantikan Leoni karena wanita itu sedang hamil dan ingin berhenti bekerja.
"Tenang kalau mau kamu bisa belajar dengan Leoni dulu sebelum dia benar-benar keluar" ucap Theo.
"Ya Mas nanti aku pikir-pikir dulu, tapi lebih baik kamu cari yang profesional di bidangnya" balas Hana.
"Iya sayang, Mas nurut aja sama kamu" ucap Theo.
Kini mobil Theo sudah sampai di depan gedung milik Theo yang bertulis kan Sulivan Tower.
"Mas ini gedung kamu? " tanya Hana.
"Ya sayang, ini milik Mas dan ada beberapa perusahaan yang menyewa kantornya disini termasuk perusahaan aplikasi baik itu keuangan maupun platform novel" jawab Theo.
Sebelum Hana masuk kantor, Theo memberikan id card bahwa Hana bukan orang luar kantor.
"Ayo sayang kita keluar" ajak Theo.
Mereka pun keluar dari mobil Theo, beberapa pasang mata sudah memperhatikan bos yang di kenal sebagai duda tampan dan incaran para karyawannya itu.
Theo dengan gagah menenteng kue-kue buatan Kartika walau Hana melarangnya namun Theo tetap kekeh membawa semua kue-kue itu.
Melihat kedatangan Theo dengan seseorang membuat semua karyawannya terheran-heran.
"Selamat pagi Pak! " sapa para karyawannya namun menatap Hana dengan tatapan sedikit mencemooh.
"Perkenalkan ini calon istri saya, bantu saja jika ada kesulitan selama dia ada di kantor ini" ucap Theo.
Mendengar itu para karyawan wanita di kantornya merasa patah hati sebab sudah lama mereka mengincar Theo namun ternyata Theo sudah ada kekasih.
"Ayo sayang! " ajak Theo sembari merangkul Hana.
"Iya Mas! " balas Hana.
Keduanya berjalan menuju lift dan naik ke ruang kerja Theo.
"Mas kuenya mau di simpan dimana? " tanya Hana.
"Nanti biar saja di kerjain OG" balas Theo.
Theo mengajak Hana masuk kedalam ruang kerjanya, Hana memandang kagum melihat dekorasi ruang kerja Theo.
"Mas nyaman banget disini" ucap Hana.
"Kamu suka? " tanya Theo.
"Ya! " jawab Hana.
Hana adalah satu-satunya wanita yang Theo ajak masuk ke ruang kerjanya selain Caroline dahulu.
"Sayang, kamu duduk aja di sofa sana, jangan kabur" ucap Theo sembari terkekeh.
"Siap Mas, tapi kalau aku jenuh gimana? " tanya Hana.
"Kalau mau kamu bisa keliling kantorku" jawab Theo yang di angguki Hana.
Theo langsung bekerja memeriksa persiapan meeting yang kedua kali bersama Hartawan, sementara Hana membaca majalah-majalah yang tersimpan di meja kecil dekat sofa.
Jam 9 tiba, jadwal meeting akan di lakukan.
"Sayang, Mas meeting dulu ya" ucap Theo yang di angguki Hana.
Cup!!!
Sebelum pergi Theo mencium kening Hana terlebih dahulu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Lokasi wilayah yang akan di jadikan pabrik cabang perusahaan anda termasuk lahan yang strategis, masuk wilayah jantung kota dan transportasi nya bukan berada di zona kemacetan" ucap Theo memaparkan data-data yang telah ia pelajaran kepada Hartawan dan timnya.
"Itu bagus Pak Theo, namun saya ingin juga wilayah itu ada area hijaunya! Mau bagaimanapun kita harus memperhatikan aspek lingkungan hidup dan tata ruang! Saya ingin anda membuat jiga area hijau untuk mempercantik kantor saya" pinta Hartawan.
"Itu bukan hal yang susah Pak, kami akan membuat itu untuk mempercantik kantor milik anda! " balas Theo.
Hasil meeting itu membuahkan hasil, Hartawan setuju dengan konsep bangunan yang Theo rancang. Dana jutaan dolar pun keluar dari kantong Hartawan dan kini sudah beralih kepada Theo.
"Silahkan Pak dimakan kue-kuenya" ucap Leoni kepada Hartawan dan timnya.
Hartawan langsung mengambil satu potong lapis legit, namun ia terdiam sejenak kala merasakan rasa kue itu.
"Kuenya?? Rasa kue ini..? Tidak, tidak" gumam Hartawan.
Tak henti-hentinya Hartawan memakan lapis legit itu bahkan kini ia sudah menghabiskannya satu loyang membuat Theo dan yang lainnya terperangah.
"Leoni, lihatlah Pak Hartawan seperti orang yang kesurupan" bisik Theo membuat Leoni menahan tawanya.
"Iya Pak, kaya orang yang tidak makan 1 bulan" balas Leoni sembari terkekeh.
Habis makan lapis, Hartawan melihat potongan roti gulung abon.
"Mas pelan-pelan makan kue nya, gak bakal ada yang habiskan kok" Hartawan jadi teringat ucapan seseorang saat ia memakan roti gulung abon, dahulu.
"Mas belepotan ih kaya anak kecil, sini aku lap bibirnya" suara wanita di masa lalunya selalu gemas ketika Hartawan makan dengan bibir belepotan. Wanita itu selalu mengelap bibir Hartawan dengan bibirnya sampai bersih.
Hartawan meraba bibirnya, entah kenangan itu semakin lama sering terbayang.
"Pak anda baik-baik saja? " tanya Theo yang khawatir kepada pria di hadapannya yang tiba-tiba terlihat diam sembari mengunyah roti gulung abon.
"Eh maaf, maaf Pak Theo, saya tidak apa-apa" balas Hartawan.
Hartawan masih betah berbicara dengan timnya di ruang meeting sementara Theo meninggalkan mereka lebih dulu karena sudah merindukan Hana.
Kini Theo sudah masuk kedalam ruang kerjanya dan mendapati Hana masih membaca majalah-majalah bisnis disana.
Grep!!!!!
Theo langsung memeluk Hana.
"Nunggu lama ya? Maaf! " ucap Theo.
"Gak kok Mas! " balas Hana.
"Pulang sekarang? " tanya Theo.
"Ayo! " jawab Hana.
Keduanya pun keluar dari ruang kerja Theo, di luar mereka berdua tak sengaja berpapasan dengan Hartawan dan timnya yang baru saja meninggalkan ruang meeting
"Sudah mau pulang Pak? " tanya Theo.
Hana yang melihat itu seketika terdiam.
"Dia? " batin Hana.
Hartawan juga memandang Hana!.
"Wajahnya mirip dia! " batin Hartawan.
Hana tak kuasa ingin menangis melihat siapa pria yang berdiri di hadapannya.
"Papa? Benarkah dia, Papa? Ya Allah aku masih ingat wajahnya!" batin Hana.
"Iya Pak Theo, saya langsung mau terbang ke Surabaya. Mama saya sedang di rawat di rumah sakit" balas Hartawan.
Theo hanya menangguk dan melanjutkan lagi berjalan menuju parkiran mobil tanpa memperhatikan Hana.
semangat 💪💪💪
trimakasih 🙏👍
sangat candu dgn ceritanya
yg bikin seneng itu ada yg agk"" gila hotnya paling suka klo ada gt"" ny bikin semangat bacanya tetap semangat author 👍👍💪💪