NovelToon NovelToon
My Rules Is Villain

My Rules Is Villain

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Iblis / Identitas Tersembunyi / Perperangan / Anime / Summon
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Setsuna Ernesta Kagami

Di dunia yang dikuasai oleh dua bulan.

Araksha dan Luminya.

Sihir dan pedang adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Kedua bulan tersebut mewakili dua kekuatan yang bertentangan, Araksha adalah sumber sihir hitam yang kuat, sedangkan Luminya menjadi sumber sihir putih yang penuh berkah.

Namun, keseimbangan dunia mulai terganggu ketika sebuah gerhana yang belum pernah terjadi sebelumnya mulai terbentuk, yang dikenal sebagai "Gerhana Bulan Kembar".

Saat gerhana ini mendekat, kekuatan sihir dari kedua bulan mulai menyatu dan menciptakan kekacauan. Menyebabkan kehancuran diberbagai kerajaan.

"Aku adalah penguasa, diam dan patuhi ucapanku!"

[NOVEL ORISINIL BY SETSUNA ERNESTA KAGAMI]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setsuna Ernesta Kagami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bulan Araksha - III

"Bangkitlah kembali, kerajaan Kegelapan."

Jellal Astraus berdiri di tengah hamparan reruntuhan, tangannya terangkat ke udara.

Mata hitamnya berkilat dingin, dan dalam sekejap, kegelapan menyelimuti tanah tandus tempat Kerajaan Araksha pernah berdiri.

Energi Arcana yang begitu pekat mengguncang ruang dan waktu, menjalar seperti akar-akar raksasa, membelah tanah, dan membentuk kembali dunia di bawah kekuasaannya.

Gunung-gunung hitam menjulang di kejauhan. Sungai berisi energi gelap berkilauan di bawah cahaya bulan yang redup.

Menara-mega gothic yang menjulang tinggi, kastil megah dengan pilar-pilar hitam yang berhiaskan kristal gelap...

Dalam hitungan detik, Kerajaan Araksha yang dulu hanya reruntuhan kini kembali berdiri lebih megah dari sebelumnya.

Benteng yang lebih kokoh. Istana yang lebih megah. Gerbang hitam yang menjulang seperti taring iblis.

Dan di atas segalanya, takhta Raja Kegelapan telah kembali.

Bawahannya yang menyaksikan keajaiban ini hanya bisa berlutut dalam kekaguman.

Selene tersenyum sinis, matanya berkilauan dengan rasa kagum. "Seperti yang diharapkan dari Yang Mulia..."

Darius menyeringai bangga. "Hah! Sekarang ini lebih seperti rumah."

Velka mengamati struktur kastil baru ini dengan tatapan penuh minat. "Hmm... Dengan ini, Araksha telah kembali ke puncak kejayaannya."

Di antara mereka, hanya Selvhia yang tetap diam, wajahnya tetap tanpa ekspresi.

Namun, jika diperhatikan lebih dalam, ada sedikit kilatan kepuasan di matanya.

Sang Raja telah mengembalikan tanah mereka.

Dan itu berarti dunia harus bersiap untuk neraka yang akan datang. Di dalam kastil megah yang baru saja dibangun, terdapat sebuah ruangan pribadi yang hanya diperuntukkan bagi satu orang.

Jellal Astraus.

Ruangan ini luas, dengan langit-langit tinggi dan dinding berwarna gelap, dihiasi dengan simbol-simbol Arcana yang bersinar redup.

Di satu sisi, terdapat sebuah balkon yang memberikan pemandangan ke seluruh kerajaan.

Di sisi lain, terdapat rak buku besar yang dipenuhi kitab-kitab kuno.

Dan di tengah ruangan, terdapat sebuah sofa mewah tempat Jellal kini duduk, ditemani oleh seorang maid dengan rambut hijau panjang yang tergerai indah.

Elise Rosethorn.

Alraune yang kini menjadi salah satu pelayannya yang paling setia.

Tidak seperti Selvhia yang dingin dan tak banyak bicara, Elise memiliki pesona yang menggoda, namun di balik senyumnya yang manis, tersembunyi kecerdasan yang tajam.

Dengan penuh ketenangan, ia menuangkan teh ke dalam cangkir Jellal, tangannya bergerak dengan anggun.

Jellal menerima cangkir itu, lalu menatapnya sejenak sebelum bertanya,

"Elise, menurutmu pakaian biasa cocok untuk Selvhia?"

Maid berambut hijau itu mengangkat alisnya, lalu tersenyum lembut.

"Oh? Yang Mulia sedang memikirkan penampilan Selvhia?" Elise tertawa kecil, menutup mulutnya dengan ujung jarinya. "Sungguh tidak terduga~"

Jellal hanya menatapnya dengan datar, menunggu jawaban yang lebih serius.

Elise akhirnya menghela napas, lalu menyandarkan tubuhnya sedikit ke arah Jellal, matanya yang berwarna hijau keemasan menatapnya dalam-dalam.

"Selvhia adalah seseorang yang sangat terbiasa dengan formalitas, Yang Mulia. Jika tiba-tiba ia diminta mengenakan pakaian biasa... hmm~ Aku bisa membayangkan ekspresi datarnya menjadi sedikit... aneh."

Jellal berpikir sejenak.

Selvhia... dengan pakaian biasa?

Sulit untuk dibayangkan.

Sejak dulu, dia selalu mengenakan seragam maid hitam yang rapi, penuh wibawa dan kesan elegan yang dingin.

Mungkin akan cukup menarik untuk melihatnya dalam sesuatu yang berbeda.

Elise tersenyum lebih lebar, seolah bisa membaca pikiran Jellal.

"Jika Yang Mulia menginginkannya, aku bisa membantu memilihkan pakaian yang cocok untuknya~"

Jellal meneguk tehnya dengan tenang.

"Belum perlu."

Elise tersenyum, lalu menatapnya dengan tatapan penuh arti.

"Ara~ Baiklah, kalau begitu."

Ia kemudian bersandar ke sofa, memainkan ujung rambutnya sambil memandang Jellal.

"Tapi, Yang Mulia..." Elise mencondongkan tubuhnya sedikit, suaranya sedikit lebih pelan.

"Apa benar ini hanya tentang pakaian, atau... ada sesuatu yang lebih?"

Jellal hanya meliriknya sekilas.

Dan senyuman Elise semakin lebar. Jellal Astraus terdiam, menatap Elise yang duduk di sampingnya dengan senyum penuh arti.

Kata-kata terakhirnya masih menggantung di udara. Sesaat, ruangan terasa sunyi.

"Hmm~ apa benar itu hanya tentang pakaian, atau... ada sesuatu yang lebih?"

Kemudian—

"....Kau terlalu banyak bicara, Elise."

Jellal menghela napas, menyandarkan tubuhnya ke sofa, ekspresinya datar.

Namun, Elise tidak menunjukkan tanda-tanda menyesal.

Sebaliknya, ia malah tertawa kecil, matanya berkilauan penuh godaan.

"Ara~ Jadi Yang Mulia benar-benar memikirkan Selvhia lebih dari yang seharusnya?"

Jellal menganga sesaat, lalu mengerutkan kening.

"Tidak ada hal semacam itu," katanya cepat.

Reaksi spontan itu justru membuat Elise tersenyum semakin lebar.

"Oya?" Ia menyandarkan kepalanya ke tangan, memiringkan sedikit tubuhnya, ekspresinya penuh kepuasan. "Tapi kenapa reaksi Yang Mulia seperti seseorang yang tertangkap basah?"

Jellal menatapnya tajam, tetapi Elise tetap dengan wajah main-mainnya.

Maid berambut hijau itu memang seperti ini.

Selalu tahu cara mengganggu ketenangan siapa pun, bahkan dirinya.

"Sudahlah," Jellal akhirnya memilih mengabaikannya.

Ia kembali duduk tegak, matanya yang hitam pekat kembali dingin dan penuh pemikiran.

"Aku memiliki ide untuk menyamar bersama Selvhia."

Elise mengangkat alisnya sedikit.

"Oh?"

"Informasi yang diberikan Darius dari para korban sangat berguna," lanjut Jellal. "Jika aku ingin memahami dunia ini lebih dalam, maka aku harus melihatnya langsung."

Elise menatapnya, lalu menyentuh dagunya, berpikir sejenak.

"Jadi... Yang Mulia akan turun tangan sendiri?"

"Benar."

Elise tersenyum tipis, tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda.

Bukan godaan.

Bukan main-main.

Tetapi sesuatu yang lebih halus... lebih dalam.

Senyum itu perlahan memudar, digantikan ekspresi sedikit muram.

Jellal memperhatikannya.

Biasanya, Elise adalah seseorang yang penuh percaya diri.

Namun sekarang, ia menunduk sedikit, memainkan ujung rambutnya, tidak seperti biasanya.

"Selvhia lagi, ya..." Elise bergumam pelan, suaranya hampir tidak terdengar.

Jellal memicingkan mata.

Elise menyadari dirinya bersuara, lalu mengangkat wajah, tersenyum seperti biasa.

"Ah, tidak ada apa-apa~ Abaikan saja, Yang Mulia."

Namun, Jellal bukan seseorang yang mudah dibohongi.

Ia menatapnya dalam-dalam, lalu berkata dengan suara tegas,

"Setiap bawahan memiliki tugasnya masing-masing."

Elise terdiam.

"Selvhia berada di sisiku bukan karena aku lebih memilihnya," lanjut Jellal. "Melainkan karena perannya mengharuskannya demikian."

Ia menatap Elise dengan pandangan tajam, memastikan bahwa kata-katanya benar-benar tersampaikan.

"Begitu pula denganmu. Kau juga memiliki tugas yang tidak bisa digantikan oleh siapa pun."

Elise menatapnya.

Kemudian, perlahan, ia tersenyum.

Namun kali ini, tidak ada sarkasme atau godaan dalam senyum itu.

Hanya kehangatan yang halus.

"Benarkah, Yang Mulia?" Elise berkata pelan. "Kalau begitu... aku ingin dimanjakan sedikit."

Jellal menghela napas.

Kemudian, ia mengulurkan tangannya, mengangkat dagu Elise dengan lembut.

Maid berambut hijau itu membeku sesaat, matanya membesar sedikit.

Jellal menatapnya dalam-dalam, kemudian—

Dengan gerakan santai, ia mengacak-acak rambut Elise dengan tangannya.

Membuatnya sedikit berantakan.

"Tidak ada yang bisa menggantikanmu, Elise," katanya dengan nada rendah.

Elise, yang awalnya terdiam, akhirnya tertawa kecil.

"Tch... Aku ingin diperlakukan lebih lembut, bukan seperti anak kecil..."

Namun, wajahnya sedikit memerah.

Jellal hanya menatapnya dengan ekspresi datar.

"Kalau kau ingin sesuatu yang lebih, maka lakukan tugasmu dengan lebih baik."

Elise tersenyum miring.

"Baiklah~ Akan kuingat itu, Yang Mulia."

Ruangan itu kembali sunyi.

Namun kali ini, Elise tidak lagi menunjukkan ekspresi muram.

Sebaliknya, ia terlihat lebih ceria.

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary of El Dorado
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!