Duar duar duar
Huhhhhhhhhh
suara party Popper dan teriakan para teman-teman sang pemilik pesta memeriahkan malam ulang tahun itu.
malam di mana Seorang wanita cantik mengetahui fakta menyakitkan di dalam hidupnya.
"Aku bersumpah akan merebutnya darimu, cepat atau lambat!" begitulah isi pesan yang di kirim selingkuhan suaminya malam itu
"Lakukan apa maumu! tapi jangan harap bisa mengalahkan ku." Jawab Arneta tak terpengaruh sedikit pun
jika biasanya istri sah akan meraung bahkan tak segan melabrak selingkuhan dari suaminya, Delisa sangat berbeda. ia brani melawan hingga membuat rivalnya berniat untuk mencelakainya.
akankah Arneta dapat mempertahankan pernikahannya? ataukah, Arneta justru kehilangan nyawanya?
simak kisahnya hanya di Novel "Takdir Ke dua"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
dalam beberapa saat, Bulan reflek menutup wajahnya sendiri. namun ia sama sekali tidak merasakan apapun yang mengenai wajahnya. perlahan namun pasti, Bulan akhirnya kembali membuka tangannya hingga dapat menyaksikan jika saat ini Vincent tengah menatap ke arah perutnya.
Seulas senyum kini terlihat pada wajah cantik Bulan, sebab ia merasa jika rencananya menjebak Vincent dengan mengatakan kehamilan palsunya bisa membuat Vincent mau menikahinya.
"Apa kau tega menyakiti ibu dari calon anakmu?"
Deg
Vincent sontak mengalihkan tatapan matanya ke pada Bulan dengan sorot mata tak terbaca.
"Lalu tunggu apa lagi? kenapa kau berhenti, lakukanlah jika itu membuatmu senang!"
Setelah mengatakan itu, Bulan meraih tangan Vincent hingga berusaha untuk menamparkannya pada pipinya.
Nampaknya, rencana Bulan untuk memanipulasi Vincent mulai berhasil. Perlahan, sedikit demi sedikit Vincent pasti akan menerima dirinya menjadi pendamping hidup menggantikan Arneta.
"Stop Bulan! apa yang kau lakukan? jangan lakukan itu! kau tau ini sangat berbahaya bagi kandunganmu."
Mendengar Vincent begitu perhatian padanya, Bulan seketika berbunga-bunga hingga menghentikan aktingnya memukuli wajahnya sendiri.
Vincent perlahan menarik tangannya meskipun wajahnya menampakkan expresi kebingungan, hingga ia memutuskan untuk segera pergi dari sana guna menenangkan diri.
"Aku harus pergi."Ucap Vincent pada akhirnya
"Tunggu!" Cegah Bulan
"Tolong Bulan, sekali ini saja, tolong jangan halangi aku! biarkan aku menenangkan diriku." Pinta Vincent sesaat sebelum ia melangkahkan kakinya untuk pergi dari apartemen milik Bulan yang ia Belikan
Kali ini Bulan membiarkan pria itu pergi. Namun, tetap saja di dalam hatinya ada rasa kecemburuan yang mendalam sebab ia tau jika Vincent pergi bukan untuk menenangkan diri, melainkan untuk menemui Arneta.
Dengan bibir yang tersenyum sinis Bulan berkata, "kau pikir aku akan diam saja melihat kalian bahagia, ohhh tentu tidak. aku pastikan jika aku akan menyingkirkan apapun yang menghalangi jalanku menjadi Nyonya Vincent Ardiansyah, Ingat itu baik-baik!"
Gumam Bulan yang kini tersenyum licik sembari menatap tubuh Vincent yang mulai menghilang dari balik pintu.
Sementara Vincent memutuskan untuk mampir ke toko Perhiasan miliknya yang berada di sebuah mall ternama di kota itu sebelum pulang menemui istrinya.
Hari ini, Ia akan memberikan kejutan untuk Arneta di malam pernikahan mereka yang ke tiga tahun. Vincent memang selalu seantusias itu menyambut ulang tahun pernikahan mereka begitu pun Arneta.
Namun kali ini, sepertinya hanya Vincent yang sangat bersemangat. sementara Arneta nampak biasa saja, wanita itu justru sibuk menyelesaikan pekerjaan nya yang menumpuk di buruknya seolah melupakan jika malam ini malam yang paling special dalam hidupnya.
Sepertinya, rasa sakit yang di berikan Vincent membuat Arneta benar-benar berubah. Di saat wanita itu tengah Fokus menyelesaikan sketsa baju pesanan customer nya, ia di kejutkan oleh sebuah ketikan pintu.
Tok Tok Tok
"Permisi Nona, bolehkan saya masuk?" Tanya Mira, yang sudah berdiri di ambang pintu
Arneta seketika menghentikan pergerakan tangannya, lalu mengangkat wajahnya sembari meletakkan pena ke atas meja. sembari menghela nafasnya panjang, Arneta meminta Mira untuk masuk.
"Masuk lah!!"
Mira seketika tersenyum, sembari membuka pintu, Mira membawa setumpuk berkas untuk ia berikan kepada sang atasan.
Melihat itu kening Arneta nampak mengerut, "Apa yang kau bawa itu, Mira?" Tanyanya penuh penasaran
Mira melirik sekilas pada berkas yang ia pegang, lalu bergerak meletakkan berkas itu ke atas meja tepat di depan Arneta sembari menjawab pertanyaan nya.
"Ini berkas yang anda minta tadi Nona."
Setelah mendapat kan berkas itu, Arneta membacanya satu persatu hingga tatapan matanya tertuju pada satu kertas kosong yang terselip di antara kertas yang lainnya pada berkas-berkas itu.
"Apa ini Mira? Bagaimana bisa ada kertas kosong terselip di sini, apa kau tidak mengeceknya kembali?"
Tanya Arneta sembari menunjuk pada kertas kosong yang ada di hadapannya.
Sebelum menjawab pertanyaan Arneta, Mira tersenyum. "Justru itu saya sengaja Nona."
Deg
Kening Arneta mengerut sinis dengan tatapan mata penuh keterkejutan, ''Apa maksudmu?"
"Sebelumnya ini sesuai permintaan Anda tadi. tapi saya sedikit memodifikasinya agar Tuan Vincent tidak menyadari rencana Anda tadi."
Mendengar itu, untuk sesaat Arneta terdiam sembari berfikir. namun, itu hanya berlangsung sebentar sebab Arneta akhirnya tau apa yang sebenarnya di rencanakan Mira.
"Wah, aku bahkan tidak terfikir sampai di sana Mira. tapi kau, Aku tidak menyangka jika kau akan berfikir sejauh ini."
Puji Arneta sembari tersenyum bangga.
"Tentu saja Nona, Bahkan orang licik pun harus di akali dengan kelicikan juga jika kita ingin menang!"
Deg
Bibir Arneta sontak menganga lebar, ia tidak menduga jika Mira lebih jago darinya dalam menganalisa sesuatu.
"kau benar Mira, bagaimana bisa aku percaya begitu saja dengan kata-kata manisnya. sementara ibuku sendiri sebenarnya sudah jauh-jauh hari memperingatkan ku akan hal semacam ini, tapi aku justru tidak mengindahkan peringatannya."
"sudah lah Nona, semua sudah terlanjur terjadi. lebih baik sekarang anda memikirkan bagaimana caranya membuat Tuan Vincent menandatangani berkas-berkas itu!"
Arneta sontak manggut-manggut mengerti.
****
Di tempat lain, Vincent baru saja tiba di salah satu gerai perhiasan miliknya. di sana, ia mengambil pesanannya sendiri meskipun ia bisa saja menyuruh asisten Pribadinya melakukan nya. akan tetapi, ia tidak mau melakukannya.
Ia ingin mempersiapkan semuanya sendiri untuk ulang tahun pernikahannya, tanpa campur tangan orang lain.
"Selamat siang Tuan," Sapa Salah satu Karyawan yang menyambut kedatangan nya.
Vincent membalas sapaan itu dengan senyum, hatinya sangat berbunga-bunga hingga sejenak ia bisa melupakan pernyataan Bulan tentang kehamilannya.
"Selamat siang Tuan, Anda pasti ingin mengambil cincin pesanan anda."
"Ya, apakah sudah jadi?"
"sudah Tuan, tunggu sebentar!"
Dengan segera, Seorang Staff mengambilkan sebuah kotak mewah dan meletakkannya di hadapan Vincent hingga Pria itu dapat tersenyum lebar ketika melihatnya.
"Cantik sekali." Puji Vincent ketika berhasil membuka kotak itu sembari menatap isinya.
Sebuah kalung berlian yang begitu indah, sepaket dengan cincin mungil yang Vincent desain sendiri untuk memberikan kejutan pada sang istri.
"Benar Tuan, Cincin itu sangat indah. saya yakin jika Nyonya Muda akan sangat menyukainya!"
"kau benar. aku bahkan special mendesain nya sendiri untuk istriku dan aku yakin dia pasti akan sangat menyukainya!" Gumam Vincent membanggakan diri
Lalu setelah selesai dengan urusannya di sana, Vincent memutuskan untuk segera pergi agar bisa sampai ke rumahnya tepat waktu.
Ketika Vincent keluar dari Gerai perhiasan miliknya, Tanpa ia sadari, Ada seseorang yang sejak tadi mengawasi pergerakannya dan beberapa kali sibuk mengambil gambarnya untuk di kirimkan pada seseorang yang sejak tadi tengah menunggu informasi darinya.
"Sukses," Gumam Pria itu setelah berhasil mengirim foto-foto tadi melalui pesan Wa
Dret dret
Sebuah ponsel berdering dan membuat sang empunya langsung bergegas membukannya.