NovelToon NovelToon
Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ladies_kocak

Malam itu, Gwen seorang gadis remaja tidak sengaja memergoki cowok yang dia kejar selama ini sedang melakukan pembunuhan.

Rasa takut tiba-tiba merayap dalam tubuhnya, sekaligus bimbang antara terus mengejarnya atau memilih menyerah, Karena jujur Gwen sangat takut mengetahui sosok yang dia puja selama ini ternyata seorang pria yang sangat berbahaya, yaitu Arsenio.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Eliano melangkahkan kakinya melewati koridor mansion yang terasa sepi, hanya beberapa pelayan yang terlihat mondar-mandir di kejauhan. Dia memasuki ruang keluarga di mana sang ibu, Nella, tampak asyik membaca majalah.

"Eli, kamu sudah pulang?" sapa Nella tanpa mengalihkan pandangannya dari majalah. "Duduk sini, Eli. Bunda mau bicara tentang sesuatu," ujar Nella, menutup majalahnya.

Eliano menghela napas, mengesampingkan senyumannya, dan duduk di sebelah Nella. "Kalau soal Dara, nggak ada yang perlu dibahas," balas Eliano, nada suaranya meninggi sedikit.

"Kenapa kamu enggak mau bahas? Hm?" tanya Nella, kecewa.

"Karena Dara yang mulai dulu, usik orang," sahut Eliano dengan nada defensif.

"Bunda tidak ingin mendengar itu. Yang Bunda tanyakan, kenapa kamu tidak bantu adikmu itu ke rumah sakit? Setidaknya bawa dia ke sana, kasihan Dara tangannya patah," ujar Nella dengan suara lembut namun tegas.

"Tadi ada kok temannya yang bawa. Gak perlu aku yang ikut," jawab Eliano, menunduk.

Nella menghela napas lelah, matahari mulai turun di balik jendela ruang keluarga, cahayanya menerangi wajah Nella yang sedih saat ia memandang Eliano yang masih belum menerima Aldara sebagai adik angkatnya, meskipun Aldara telah lama menjadi bagian dari keluarga mereka.

Nella mengalihkan pembicaraan dengan serius, "Kamu sudah balikan dengan pacar kamu itu?" Sambil mencari reaksi di wajah Eliano.

Eliano memainkan jari-jarinya dengan gugup, mengakui dengan mata yang menunduk, "Aku mencintainya, Bun."

"Tinggalin dia. Dia tidak pantas buat kamu, Eli," nada Nella meningkat, matanya tajam, "Dia sudah nyakitin kamu. Terang-terangan menyukai Nio!"

Eliano menggigit bibirnya, berusaha keras mengendalikan emosi, "Aku ga akan ninggalin dia, Bunda. Dia duniaku sekarang. Hanya beberapa kesalahpahaman... makanya dia khianati aku waktu itu."

"Tapi tetap aja, dia gadis yang ga punya pendirian," kata Nella sambil menggeleng, "Anak Bunda merasa terluka."

"Bun, kenapa sih ga pernah suka sama Atha?" tanya Eliano, keheranan mencetak setiap kata, "Dia lembut, penuh kasih sayang, ga manja, pintar, cantik, apa yang kurang?" Nella terdiam, ragu dengan alasan yang harus diungkapkan.

Eliano mendesah, lalu bangkit dengan keteguhan di mata dan suara yang penuh tekad, "Aku akan tetap bersamanya, apapun yang terjadi. Aku mencintainya, dia duniaku sekarang. Dia sudah pas jadi pendamping aku nantinya. Dan aku juga berencana, setelah lulus, akan menikahinya," ucapnya, kemudian melangkah pergi meninggalkan Nella yang masih diliputi kebingungan.

Nella meninggikan suaranya, ketidaksetujuannya jelas terdengar. "Dia nggak baik untuk kamu, sayang."

Eliano, terkejut dan sedikit membentak, membalas, "Apa yang nggak baik, Bun? Dia sempurna bagiku."

Suara langkah kaki terdengar, dan seorang pria paruh baya muncul dari dapur dengan gelas di tangan. Dia duduk di samping Nella yang tampak terguncang. "Kenapa kamu meninggikan suara ke bunda, Eli? Kami nggak pernah ngajarin kamu begitu," ujarnya dengan nada kecewa.

Rasa bersalah memenuhi dada Eliano. Dia berlutut di hadapan Nella, memegang kedua tangannya. "Bun, maafkan abang ya, tadi abang kelepasan," ucapnya lembut, mencium tangan Nella sebagai tanda penyesalan, lalu mengangkat wajahnya menatap ibunya. "Bun, jangan suruh aku tinggalkan Atha ya. Aku mencintainya, aku nggak pernah mencintai orang sedalam ini. Aku udah dewasa, udah bisa bedakan yang benar dan yang salah. Dan menurutku Atha orang yang tepat," Eliano berusaha meyakinkan.

Nella menghela nafas, kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya. "Bukan bunda nggak mau restuin, bang. Tapi, dia anak yang nggak jelas asal usulnya, tanpa ibu tanpa ayah. Bunda takut dia bawa pengaruh buruk buat kamu," ucap Nella dengan lembut, menyampaikan kekhawatirannya.

Eliano menatap ibunya dengan kecewa yang mendalam, rasa tak percaya melintas di matanya. "Bun, sejak kapan Bunda jadi kejam gini? Membedakan orang hanya dari statusnya?" tanyanya, suaranya bergetar sedikit menahan emosi.

Nella hanya diam seribu bahasa, tak menyangka pertanyaan itu meluncur tajam dari mulut anaknya. Eliano melanjutkan, seraya menarik nafas panjang, "Bunda yang aku kenal ga pernah gini ke orang lain. Apa yang salah, Bun?" Dia menunggu jawaban, tapi Nella masih membisu, matanya menunduk menatap dalam mata Eliano.

Dengan rasa frustasi yang makin menggebu, Eliano berusaha menjelaskan, "Lagi pula, Atha itu nggak pernah bawa pengaruh buruk buat aku. Semenjak aku kenal dia, nilai aku selalu bagus. Bahkan, aku juga mau lanjutin perusahaan Ayah. Itu semua berkat dia, dia yang yakinkan aku untuk jadi lebih baik." Nada suaranya meninggi, mencoba menembus kebekuan hati ibunya.

Melihat ibunya masih belum bereaksi, Eliano mencoba taktik lain. "Kalo aku bilang Atha itu keponakan sahabat Bunda gimana?" Tanya Eliano, sembari mengamati reaksi ibunya.

Kali ini Nella mengangkat alisnya, tanda dia mulai tertarik. "Tante Ellie anak tunggal, ga mungkin punya keponakan," jawab Nella cepat.

"Bunda melupakan satu orang lagi, sahabat Bunda," Eliano tersenyum ringan, berharap ini bisa mengubah pandangan ibunya.

Nella mengerutkan dahi, berpikir keras, hingga suara Ardi, sang suami, memecah lamunan. "Mungkin dia keponakan Yolla, Sayang," kata Ardi lembut.

Nella membelalak, pupil matanya melebar, seakan puzzle yang hilang akhirnya ditemukan. "Jadi dia keponakan Tante Yolla, gitu?" tanyanya, suaranya berubah menjadi lembut, penuh penyesalan.

"Iya, Bun," kata Eliano dengan suara penuh kejutan. "Aku dengar anak Tante Yolla sering dipanggil Tata." Eliano menyaksikan cahaya harapan di wajah ibunya.

"Ternyata dia masih hidup. Bunda pikir dia sudah meninggal. Bunda ingat, Dulu Tante Yolla selalu membawanya kemana pun karena dia satu-satunya keluarga." Nella mengangguk, matanya berkaca-kaca.

"Dia punya keluarga sekarang, Bun. Dia sudah tumbuh menjadi gadis yang baik," lanjut Eliano, bangkit dari duduknya. "Kalau Bunda pengen bertemu dengannya, aku bisa atur pertemuannya. Aku lihat Bunda sangat menyukainya dari kecil," ucapnya dengan lembut.

Sesaat kemudian, Eliano berpamitan. "Aku ke kamar dulu, ya, Bun, ayah" ucapnya sebelum meninggalkan ruangan.

Pada saat menaiki tangga, Eliano berpapasan dengan Aldara yang hendak turun. Dengan tangan kanannya yang terbalut gips, Eliano sedikit merapatkan tubuhnya, berbisik dengan nada datar kepada Aldara yang lewat.

"Jangan terus-terusan ngomongin Atha jelek di depan Bunda, dan jangan bikin cerita nggak bener tentang gue suka Seina. Dia cuma temen masa kecil gue, nggak lebih. Lo harus tahu posisi lo di keluarga ini, lo itu hanya adik angkat gue," ujar Eliano dengan nada sinis sebelum melangkah pergi.

Aldara tampak menahan emosi, menggenggam tangannya erat di samping tubuhnya. "Sial! kenapa sih susah banget bikin hubungan mereka rusak?"batinnya dalam hati.

1
Gebi Tompul
lanjut
Myra Myra
kasihan Gwen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!