Mata kecil itu berpendar melawan rasa bosan di tengah hiruk pikuk orang dewasa, hingga matanya berbinar melihat seorang gadis cantik, terlihat anggun dengan raut keibuan. Ini dia yang di carinya.
Kaki kecilnya melangkah dengan tatapan tak lepas dari gadis bergaun bercorak bunga dengan bagian atas di balut jas berwarna senada dengan warna bunga di gaunnya.
Menarik rok gadis tersebut dan memiringkan wajah dengan mata mengerjap imut.
"Mom.. Kau.. Aku ingin kau menjadi Mommyku.."
"Anak kecil kau bicara apa.. Ayo aku bantu mencari Ibumu.."
"Tidak, Ibuku sudah tiada, dan aku ingin kau yang menjadi Mommy ku."
"Baiklah siapa namamu?."
"Namaku Daren, Daren Mikhael Wilson aku anak dari orang terkenal dan kaya di kota ini, jadi jika kau menikah dengan Daddyku kau tidak akan miskin dan akan hidup senang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TW 26: Masih Mau Menampik?
Tuan Willy, duda tampan di tinggal mati Istrinya setelah melahirkan buah cinta mereka ke dunia.
Rasa cinta Willy terhadap Istrinya begitu besar hingga dia rela melakukan apapun untuknya, termasuk membahagiakan Daren putra mereka.
Dan karena rasa cintanya kepada Daren Willy rela melakukan sayembara mencari Ibu untuk Daren, beberapa kencan telah ia lewati dan memberi kesempatan pada para wanita yang dia kencani untuk mendekati Daren, karena sudah jelas penentuan akhir ada di tangan Daren.
Tapi tak ada satupun dari mereka yang mampu meluluhkan hati Daren, hingga bocah itu menunjukan Isa, dan membawanya ke hadapannya, meski wanita itu tak mendaftar Daren sudah memilihnya, beruntung Isa belum memiliki Suami atau Kekasih jika tidak apa yang harus Willy lakukan untuk mewujudkannya.
Untuk melihat isi hati Isa, Willy harus menjeratnya dalam sebuah kontrak dengan kesepakatan bisnis.
hingga hasilnya dalam beberapa hari saja Willy sudah bisa melihat jika Isa memang gadis yang tulus.
Saat pertama kali merasakan ciuman Isa Willy tak menampik dia merasa bangga karena menjadi yang pertama bisa menikmati bibir mungil dengan kulit tipis yang sungguh terasa manis.
Namun mengetahui hal itu, membuat Willy merasa terlalu beruntung jika mendapatkan Isa, Willy yang seorang duda satu anak pun hanya bisa menunggu Isa menunjukan perasaannya hingga dia akan melangkah lebih jauh agar Isa menjadi Ibu Daren.
Tapi mendengar Isa menampik kecemburuannya, Willy merasa dirinya benar- benar tak pantas untuk Isa..
Lalu hari ini setelah satu minggu menyeleksi para wanita itu Isa mengatakan menemukan wanita yang baik, tentu saja baik menurut Isa belum tentu baik menurut Daren dan Willy, karena sesungguhnya Daren sudah memilih Isa, dan tidak akan ada yang bisa menggantikan pilihannya sendiri.
Jadi hari ini di adakan jamuan makan malam, untuk mempertemukan Willy dan Clara, baru setelah Willy memutuskan Isa akan membuat Daren terbiasa dengan kehadiran Clara, lalu dirinya bisa terbebas dari drama calon Ibu yang kini di jalaninya.
Secepat itu Isa menemukan wanita yang baik menurutnya, apa sebegitu inginnya gadis itu terbebas dari Willy dan Daren, apa yang dilakukan selama ini sungguh hanya demi peranan.
Mengantar Daren sekolah, membuat bekal, pergi bermain dan mengajarkan Daren beberapa hal yang belum di ketahui anak itu..
Apakah itu semua hanya kepalsuan.. Meski Isa melakukannya dengan tulus?, tetap saja dia sedang bersandiwara..
Willy menghela nafasnya saat melihat punggung kecil Isa duduk di kursi restoran yang sudah di dekorasi seindah mungkin, Isa bahkan menghias dan memastikan sendiri untuk membuat suasana kencan Willy berkesan dan mampu mendekatkan dirinya dan Clara.
"Nona Isa melakukannya sendiri Tuan. Mulai dari memilih bunga, menu makanan, bahkan menghias suasananya agar terlihat romantis."
Begitulah yang Piter katakan..
Willy berjalan mendekat dan memeluk bahu Isa lalu tanpa menunggu lama dia memberikan kecupan di pipi Isa yang langsung memerah, entah karena marah atau malu.
Seperti yang Willy kira wangi yang dia hirup dari parfum Isa terasa lembut dan manis, Willy menyukai wangi buah Piece yang menguar dari tubuh Isa dan ingin berlama- lama memeluknya, hingga saat Isa memberontak dan ingin bangun Willy tetap menahan bahu Isa agar ada di posisinya.
"Apakah ini teman kencanku malam ini.."
"Apa yang kau lakukan Tuan, lepaskan aku!" terdengar suara Isa menjadi panik, mungkin dia takut Clara datang dan melihat mereka, namun Willy tak peduli.
"Seharunya kau berdandan lebih cantik untuk menarik perhatianku.." Isa berdecak mendengar perkataan Willy.
"Aku bahkan tak ada niat menarik perhatianmu." Suara Isa begitu menggebu, tapi Willy menyukai nada marah Isa, dia seperti kesal terhadap sesuatu tapi tak bisa mengungkapkannya.
Kedua tangan Willy masih menekan bahu Isa saat dia memutar tubuhnya dan berhadapan dengan Isa.
"Tapi aku tidak keberatan, meski begini kau tetap cantik.." wajah Isa merona hebat dengan detak jantung yang kencang.
Tubuh Willy yang di condongkan ke arahnya, membuat wajah pria itu berada tepat di hadapannya.
Isa mengerang kesal saat lagi- lagi mengingat ciuman mereka, jambang tipis itu.. Isa ingin merabanya dan kembali merasakan bibir Willy menjelajah bibirnya.
Astaga..
Dari mana pemikiran mesumnya itu.. Apa itu efek samping dari berhadapan dengan para wanita yang di seleksi beberapa hari ini..
Tanpa sadar Isa menutup mulutnya sendiri dengan mata yang terus berkedip, rasanya tenggorokan Isa terasa tercekat membayangkan Willy kembali menciumnya.
"Apa yang kau lakukan, kenapa menutup mulutmu!" Isa menggeleng, dengan tatapan yang masih tertuju pada bibir Willy.
"Bukalah.." Isa kembali menggeleng "Ada apa denganmu, apa aku bau..?" pertanyaan bodoh Willy membuat Isa mengirup udara di sekitarnya yang tentu saja tak seharusnya dia hirup.
Apanya yang bau, wangi maskulin dari tubuh Willy justru membuat Isa semakin berdebar.
"Turunkan tanganmu, dan kenapa tidak bicara?, apa kau mendadak bisu.."
Isa menatap tajam Willy yang justru menatap Isa dengan tatapan lain yang enggan Isa artikan, kenapa Willy menatapnya begitu.
Isa terpana saat Willy menatapnya penuh kelembutan, hingga tanpa sadar Isa menurunkan tangannya dengan pasrah saat Willy menariknya.
Isa tercengang saat bibir Willy bersentuhan dengan bibirnya, Willy menciumnya lagi, sesuatu yang sebenarnya Isa hindari karena dirinya sendiri mendambakannya, hanya saja Isa terus berusaha menampik.
Dan sekarang apa yang jadi bayangannya terjadi.. Dan lagi- lagi Isa terbuai dan mulai menikmati lalu membalas dengan lum atan kecil.
Willy tersenyum saat Isa membalas ciumannya, hatinya membuncah luar biasa dengan harapan yang mulai terbuka, jika Isa sebenarnya menyukainya.
Willy masih tersenyum saat melepaskan bibir Isa, dan mengusap bibir basah itu dengan jarinya.
Isa mematung melihat wajah tampan dan angkuh itu tersenyum, membuat wajah itu berkali lipat lebih tampan dari biasanya.
"Masih mau menampik perasaanmu." Isa tersadar dengan apa yang baru saja terjadi hingga dia bangkit dari duduknya, karena saat ini Willy sudah melepaskannya.
"Katakan padaku, lalu aku akan menghentikan ini.. Setelah itu hanya kau yang akan menjadi Ibu untuk Daren.."
Lagi, tatapan keduanya beradu seolah di dunia ini hanya ada mereka berdua, hingga tak menyadari jika dari jarak yang tidak terlalu dekat ada seseorang yang berdiri tertegun melihat adegan yang baru saja terjadi.
...