Syena Almira, gadis yang tanpa sengaja dinikahkan dengan seorang pria bernama Fian Aznand yang tidak dia ketahui sama sekali. Berawal dari sebuah fitnah keji yang meruntuhkan harga dirinya dan berakhir dengan pernikahan tak terduga hingga dirinya resmi di talak oleh sang suami dengan usia pernikahan yang kurang dari 24 jam.
"Aku tak akan bertanya pada-Mu Ya Allah mengenai semua ini, karena aku yakin kalau takdir-Mu adalah yang terbaik. Demi Engkau tuhan yang Maha pemberi cinta, tolong berikanlah ketabahan serta keikhlasan dalam hatiku untuk menjalani semua takdir dari-Mu." _ Syena Almira.
"Kenapa harus seperti ini jalan cintaku tuhan? Aku harus menjalani kehidupan dimana dua wanita harus tersakiti dengan kehadiranku? Aku ingin meratukan istriku, tapi kenapa ketidakberdayaan ku malah membuat istriku menderita?" _ Fian Aznand.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ya, Dia Istriku
Fian membawa Naima dan anak-anaknya pergi bermain, mereka menghabiskan hari dengan begitu bahagia, namun tanpa disadari, Ayyas melihat kebersamaan antara Fian, Naima dan anak-anak mereka. Ayyas mengambil foto saat mereka bersenang-senang dan akan mengirimkannya pada Syena yang saat ini sedang bekerja.
Syena yang menerima pesan dari Ayyas hanya tersenyum dan mengurut dadanya, bagaimana pun juga, Syena memang merasa cemburu pada Naima.
Syena tak membalas pesan dari Ayyas, dia kembali fokus memeriksa pasiennya dan mengabaikan semua yang mengganggu pikirannya.
Saat Fian pergi membeli jajanan untuk anak-anaknya, Ayyas mendekati Fian lalu menarik Fian untuk bicara berdua.
"Apa-apaan kau." Marah Fian ketika Ayyas menariknya.
"Kau suaminya Naima?"
"Iya, kenapa memangnya? Ada masalah denganmu?" Ayyas akan melayangkan pukulan ke wajah Fian namun cepat ditahan oleh Fian.
"Kurang ajar kau Fian, kau selama ini telah selingkuh dari Syena? Kau mengkhianati Syena?"
"Kalau kau tidak tau apa-apa tentang rumah tanggaku, lebih baik kau pergi dan jangan campuri urusanku."
"Aku akan mengatakan hal ini pada Syena dan dia pasti akan meninggalkanmu."
"Haha silahkan saja, aku tidak peduli." Fian meninggalkan Ayyas begitu saja, lalu dia berhenti dan memandang Ayyas dengan tatapan remeh.
"Jika kau jantan, jangan mendekati istri orang, cari wanita yang masih lajang untuk kau dekati, dasar murahan." Setelah mengucapkan kata-kata itu Fian pergi, dia kembali membelikan jajanan untuk anak-anak dan istrinya.
Ayyas mengepalkan tangannya dengan sempurna, dia segera menuju rumah sakit untuk menemui Syena, dia akan memberitahukan semua ini pada Syena.
Syena yang bersiap untuk istirahat dikagetkan dengan kedatangan Ayyas yang terlihat sangat serius.
"Ayyas."
"Syena, aku mengirimkan pesan padamu tadi."
"Iya aku sudah melihatnya."
"Kenapa kau sesantai itu?" Syena kembali duduk di kursinya, dia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi lalu tersenyum sambil mengusap perutnya.
"Aku sudah tau semuanya Ayyas, jadi tidak perlu kamu memberitahu aku mengenai Fian dan Naima." Ayyas menganga, dia tidak menyangka kalau ternyata Syena adalah selingkuhan Fian.
"Selama ini kau menjadi selingkuhan pria bajingan itu Syena?"
"Jaga bicaramu Ayyas, Fian bukan seorang bajingan."
"Apa namanya kalau bukan bajingan hah? Dia tega selingkuh dari istrinya dan kau juga kejam Syena, kau tega merebut suami orang lain." Syena tidak ingin memperpanjang semua ini, dia juga tidak berniat untuk menceritakan semua ini pada Ayyas.
Ayyas yang sangat geram langsung berdiri dari tempat duduknya dan akan keluar, namun sebelum keluar, dia menatap Syena dengan tatapan tajam.
"Aku pikir kau memang wanita yang memiliki harga diri Syena, tapi ternyata kau itu wanita rendahan yang begitu kejam, kau tega menyakiti wanita lain demi mendapatkan pria bajingan itu." Syena terpaku mendengar perkataan Ayyas, dia tidak menyangka kalau Ayyas akan berkata sekejam itu padanya.
Ayyas meninggalkan Syena, dia begitu marah ketika mengetahui kalau Syena merupakan selingkuhan Fian.
***
Malam menyapa, Ayyas akan menceritakan pada Naima kalau Fian itu memiliki dua istri, dia akan memastikan kalau Fian akan kehilangan kedua istrinya itu.
Ayyas menemui Syena di rumahnya, Syena kaget dengan kedatangan Ayyas yang tiba-tiba itu, Azad seperti biasa, berlari memeluk Ayyas dan pria itu menggendong Azad.
"Bolehkah aku masuk?" Tanya Ayyas pada Syena.
"Masuklah."
Mereka duduk di ruang tamu, Lucy menyajikan beberapa makanan dan minuman untuk Ayyas.
"Mau apa kau ke sini? Mau menghina aku lagi?" Tanya Syena dengan tatapan tak suka pada Ayyas.
"Tenang saja, aku tidak akan menghinamu, aku hanya ingin memberitahu kamu kalau Naima itu adalah mantan kekasihku yang aku tinggalkan demi bisa melamarmu."
"Oh ya? Sempit sekali dunia ternyata, kau hanya ingin memberitahu hal ini padaku?"
"Tidak, aku akan memberikan pilihan padamu."
"Pilihan?"
"Aku akan memberitahukan perselingkuhan antara dirimu dan Fian pada Naima, dengan begitu, rumah tangga mereka pasti akan berantakan, aku akan mendekati Naima dan menikah dengannya." Syena membulatkan matanya.
"Kau sejahat itu ternyata."
"Aku tidak jahat Syena, kau dan Fian lah yang jahat."
"Tidak, jangan beritahu Naima semua ini Ayyas."
"Oke aku akan terus merahasiakan semua ini dari Naima, dengan syarat, setelah kau melahirkan, tinggalkan Fian dan menikahlah denganku." Syena semakin tidak menyangka kalau Ayyas akan memberikan pilihan seperti itu padanya.
"Apa yang kau inginkan sebenarnya Ayyas?"
"Aku menginginkan kehancuran Fian."
"Kenapa kau sangat ingin dia hancur? Dia punya salah apa padamu?"
"Tidak ada, aku hanya tidak suka padanya." Ayyas tersenyum licik pada Syena, dia sangat yakin kalau rencananya ini akan berhasil.
Syena tampak berpikir sejenak, dia tidak mungkin akan menghancurkan kehidupan rumah tangga Fian dan Naima.
"Aku akan menuruti kemauan mu, tolong jangan beritahu Naima semua ini." Ayyas tertawa bahagia.
"Aku tidak menyangka, wanita yang sangat aku kagumi, yang memiliki harga diri dan sangat berpendidikan, ternyata hanya seorang selingkuhan pria bajingan, atau jangan-jangan kamu dan Fian dulu memang berzina dan pernikahan yang kau bicarakan pada keluargamu itu hanya kebohongan belaka." Syena berdiri lalu menampar Ayyas, dia tidak terima dengan semua penghinaan Ayyas padanya.
"Keluar dari rumahku." Usir Syena.
"Haha ya, aku akan pergi, ingat satu hal Syena, setelah kau melahirkan nanti, kau harus meninggalkan Fian dan menikah denganku." Ayyas pergi dari rumah Syena.
Hati Syena begitu tidak karuan, dia ingin menghubungi Fian tapi dia takut jika saat ini Fian sedang bersama dengan Naima. Syena memeluk Azad dan menangis, dia tidak tahu lagi harus bagaimana.
"Umma, kenapa uncle jahat sama umma?"
"Lupakan ya nak, mending Azad tidur, umma akan menemani Azad." Azad mengangguk dan menuju kamarnya bersama dengan Syena.
Syena terus menangis mengingat nasibnya, perkataan Ayyas kembali terngiang di telinganya, semua yang Ayyas katakan memang benar.
"Ya, aku memang wanita yang jahat dan kejam, aku rendahan dan tidak memiliki harga diri, aku tega menikahi suami Naima yang mana jelas aku tahu kalau Fian sedang menjadi suami Naima dan saat itu Naima tengah hamil besar. Ya Allah, aku memang kejam." Syena terisak.
***
Di rumah sakit, Syena terus diganggu oleh Ayyas, dia terus mendapatkan kata-kata menyakitkan dari Ayyas sehingga membuat dirinya drop dan harus di rawat, Syena sengaja tidak memberitahu Fian mengenai kondisinya.
Ayyas membesuk Syena, Ayyas yang saat ini sedang mengenakan jas dokternya tersenyum remeh pada Syena.
"Sudah dua hari kamu di rawat Syena, mana selingkuhanmu itu hah? Apa dia sedang bersenang-senang dengan keluarganya? Malang sekali nasibmu Syena." Ejek Ayyas, Syena hanya menghela nafasnya dan memalingkan wajah dari Ayyas, air matanya meluncur begitu saja.
"Baiklah Syena, kau tidak ingin melihatku, aku akan pergi, aku hanya ingin mengingatkan padamu kalau nanti kita akan tinggal bersama setelah aku menikahi mu." Ayyas akan pergi meninggalkan ruangan Syena, saat dia menutup pintu ruangan, Ayyas mendengar Syena terisak.
"Ya Allah, ampuni aku, andai saja waktu itu aku tidak meminta Fian untuk menunaikan kewajibannya padaku dan Azad tidak hadir dalam rahimku, mungkin sekarang Fian akan bahagia bersama Naima tanpa bayang-bayang dariku. Cabut saja nyawaku ya Allah, aku tidak mau Fian menderita karena aku dan jika aku mati sekarang, aku akan ikhlas karena hanya Fian yang memilikiku." Ayyas seketika merasa bersalah pada Syena, dia kembali memasuki ruangan Syena.
"Mau apa lagi kamu?" Tanya Syena sambil menghapus air matanya.
"Aku mendengar semua perkataanmu tadi Syena, apa maksud ucapanmu itu?"
"Bukan urusanmu, pergilah Ayyas, aku tidak ingin berdebat denganmu."
"Aku tidak akan pergi jika kau tidak memberitahu aku apa maksud ucapanmu."
"Untuk apa kau ingin tahu hah? Pergilah Ayyas, aku sangat lelah dan butuh istirahat."
"Jawab aku atau aku akan mengatakan semua ini pada Naima." Syena memejamkan matanya, dia sangat bosan dengan ancaman dari Ayyas itu.
"Terserah kamu, aku tidak peduli."
"Baiklah." Ayyas pergi dari sana.
"Aku akan ke rumah Naima sekarang." Ayyas membawa langkahnya dengan tegap keluar dari rumah sakit itu, dia akan menemui Naima dan benar-benar akan menceritakan semua pada Naima.
***
Di tengah jalan, sebuah taksi menghalangi jalan Ayyas, taksi itu berhenti tepat di depan mobil Ayyas. Syena turun lalu menghampiri mobil Ayyas, wajahnya begitu pucat dan tampak sekali kalau saat ini Syena tengah menahan sakit di perutnya.
Ayyas keluar dan menyuruh Syena untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Ngapain kamu di sini Syena? Kamu lagi sakit, kalau terjadi apa-apa sama kandungan kamu gimana?" Syena memasuki mobil Ayyas dan mobil itu melaju dengan pelan.
"Ayyas, aku mohon, jangan temui Naima, apalagi yang kamu inginkan? Aku sudah bersedia untuk meninggalkan Fian dan menikah denganmu, tolong jangan tekan perasaanku lagi Ayyas, aku sudah tidak kuat seperti ini." Tangis Syena pada Ayyas.
"Aku ingin kamu menceritakan semuanya padaku Syena, sebenarnya apa yang terjadi padamu?"
"Cari tempat yang nyaman untuk bicara ya."
"Baiklah."
Ayyas mengendarai mobilnya menuju sebuah taman, di sana Syena dan Ayyas duduk sambil bercerita, mungkin dengan menceritakan semuanya pada Ayyas akan membuat hati Syena sedikit lebih baik dan Ayyas tidak terus-terusan menekan dirinya.
"Minumlah, kamu mau makan apa? Aku akan pesan untukmu."
"Tidak usah Ayyas, aku tidak lapar."
"Baiklah."
Naima dan Fian melihat Syena tengah bersantai dengan Ayyas di taman yang sama, mereka membawa Rayyan dan Sofi jalan-jalan. Fian berusaha menahan emosinya saat melihat Syena dan Ayyas berduaan seperti itu.
Ingin sekali Fian menarik Syena untuk menjauh dari Ayyas, tapi hal itu tidak mungkin karena saat ini Naima sedang bersamanya.
"Cerita lah Syena." Desak Ayyas pada Syena.
"Dokter Syena." Sapa Naima, Syena dan Ayyas menatap Naima dan Fian yang saat ini sedang berada di hadapan mereka.
Syena menyadari tatapan membunuh dari Fian, jika saat ini tidak ada Naima, mungkin Fian akan membunuhnya.
"Naima." Lirih Ayyas dan Syena.
"Kalian di sini juga ternyata, kalian saling kenal ya?" Tanya Naima.
"I.. Iya Naima, kami memang saling kenal." Jawab Syena terbata.
"Dari jauh tadi, aku lihat kalian berdua seperti suami istri." Ujar Naima.
"Iya, kenalin, ini istriku, wanita yang sangat aku cintai." Jawab Ayyas yang membuat Fian dan Syena kaget.
"Kamu bilang kamu belum menikah."
"Aku hanya bercanda waktu itu, ini istriku."
"Kalian memang sangat cocok."
Fian mengepalkan tangannya dengan sempurna, tatapannya pada Ayyas begitu tajam seakan mencabik tubuh Ayyas.
"Sialan kau Ayyas." Geram Fian.
***