Ayana Amalia seorang gadis berusia 19 tahun yang masih kuliah rela mengorbankan rahimnya untuk mengandung dan menjadi ibu surogasi anak dari seorang pasangan kaya raya untuk menebus hutang keluarganya dan mengobati penyakit ibunya,
namun kesalahan datang Proses ibu surogasinya gagal Ayana malah terikat cinta dengan tuannya hingga mengandung anak tuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nenahh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kecemburuan Ilham.
Ayana duduk di hadapan Niko yang terus-menerus bertanya hal-hal sepele bahkan hal yang tidak seharusnya tidak di tanyakan, pertanyaannya sengaja dia lontarkan agar dirinya bisa berdua dengan Ayana, saling mengenal lebih jauh.
Ilham keluar kamar lebih dulu di banding marta, di kamarnya Marta masih bersiap, Ilham celingukan mencari seseorang yang sangat ingin dia temui, matanya mengitari semua penjuru ruang besar keluarga yang bersatu dengan ruang makan, mini bar dan dapur bersih.
"selamat pagi ibu" seperti biasa Ilham selalu mengucapkan salam selamat pagi kepada ibundanya tercinta sambil mencium kening dan pipi ibunya.
"selamat pagi nak, siapa yang kau cari, ibu lihat pandanganmu sedang mencari seseorang,"
"tidak ada Bu, aku hanya ingin dibuatkan kopi oleh Bu Asih."
Ilham duduk di samping ibunya, sambil bermanja, dia terlihat lebih manja kepada ibunya dibanding dengan istrinya, Marta selalu cuek bila bersama Ilham berbeda saat dia bersama Febrian.
"Apa Niko sudah bangun bu"
Sebenernya orang yang ingin dia tanyakan adalah Ayana bukan adiknya, namun Ilham takut kalau ibunya menaruh curiga antara dirinya dan Ayana.
Kalau Niko belum bangun, kan bisa aku pakai alasan untuk membangunkan Nika, padahal mah aku ingin bertemu Ayana.
senyum licik muncul di wajahnya, membayangkan memeluk Ayana pagi hari ini, tapi senyumnya seketika pudar saat ibu mengatakan
"Niko sudah bangun sedari tadi, dia sedang bersama Ayana di halaman belakang."
baku hantam pas mengenai hatinya, Ilham merasa marah namun dia pura-pura hanya ingin melihatnya, takut kalau kekasih gelapnya jatuh cinta kepada adiknya sendiri.
"Ilham lihat dulu ya Bu," Ilham langsung berjalan menuju taman belakang memperhatikan mereka berdua lewat pintu kaca diujung sana.
Ayana tertawa melihat lelucon yang Niko berikan, Niko hanya ingin mengenal Ayana lebih dekat.
"Ayana, kau sudah sarapan?" Tanya Ilham datar, sebenernya Ilham marah melihat kedekatan Ayana dan Niko.
"sudah mas Ilham, tadi Bu Asih bawakan sandwich."
"kenapa tidak mengobrol didalam" Ilham meninggalkan mereka berdua yang masih di taman, Ilham duduk di samping ibunya lagi.
"Bu, bagaimana keadaan ibu dulu waktu mengandungku?."
"kenapa putra ibu yang cuek ini tiba-tiba mempertanyakan itu apa Marta sedang hamil?"
"tidak bu, aku hanya ingin mendengar apa yang ibu rasakan dulu, agar aku bisa berbakti pada ibu"
"tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata apa yang ibu hamil rasakan, kami para wanita berjuang untuk kehidupan seorang anak, semua otot meregang organ tubuh terasa berhimpitan, tulang-tulang terasa ingin patah, kaki pun sudah tidak sanggup menopang tubuh terlalu lama. Mual mengidam, emosional yang terus ber ubah-ubah setiap detiknya. itu semua hal yang luar biasa tidak ada pria yang sanggup seperti wanita."
"jika bayinya kembar bagaimana Bu"
"Tentu lebih sulit, ibu belum pernah mengandung bayi kembar tapi satu saja bayi di dalam rahim ibu, itu membuat seorang ibu merasa tubuhnya payah apa lagi dengan dua bayi yang selama sembilan bulan di bawa dalam perutnya."
"Maafkan aku bu, aku belum bisa membalas jasa ibu?" Ilham memeluk ibunya erat , dia begitu sangat menyayangi ibunya, dan juga memikirkan apa yang Ayana rasakan.
"satu lagi pesan ibu, jika nanti Marta hamil, kamu harus selalu ada di sampingnya perhatian terhadapnya jangan sesekali menyakiti hatinya, karna ibu yang happy akan menghasilkan anak yang sehat dan cerdas."
Ilham tidak bergeming, dia menatap pemandangan di luar rumah lewat pintu kaca, yang saat itu ada Ayana sedang tertawa bersama Niko.
Hari sudah mulai siang Matahari telah berada di tengah langit biru, Ayana sudah kembali ke apartemen yang Ilham berikan.
Ibunya Ilham pun sudah kembali ke rumahnya, tidak dengan Niko dia sengaja ingin tinggal di rumah Ilham karena ingin kenal jauh dengan Ayana.
Sedangkan Marta entah kemana setelah mertuanya pulang, dia sudah janji dengan Febrian akan pergi ke suatu tempat hanya mereka berdua,
Ilham sengaja datang ke kantor sebentar lalu pergi lagi ke apartemen untuk menemui Ayana,
rindu telah melanda jiwanya, hatinya terasa di panggil oleh cinta, sehari saja tidak melihat wajah yang di puja dunia terasa seribu tahun lamanya.
Ilham masuk ke apartemen itu, dia bisa masuk kapan dia mau, bahkan pintu telah di kunci sekali pun, karna sensor sidik jarinya adalah cara utama membuka pintu.
Ilham mencari seseorang yang dia rindukan, tapi gadis itu sedang terlelap diatas tempat tidur, menutup semua tubuhnya dengan selimut tebal hanya Tersisa hanya ujung rambutnya saja.
"Ayana," Ilham memanggilnya mengusap lembut rambutnya.
namun yang di panggil tidak dengar, masih tertidur pulas.
Ilham naik ke atas tempat tidur memeluknya erat dari belakang.
"aku merindukanmu"
"Emmmm" Ayana sama sekali tidak sadar, mungkin karna dirinya kelelahan.
Ilham mengibaskan selimutnya wanita itu hanya menggunakan dress rumahan yang sederhana, lekukan tubuhnya sangat tertera di balik dressnya.
Ilham meraba perut yang mulai membuncit itu, di ciumnya di usap halus.
Ayana Terjaga dari tidurnya, dia menatap lekat pria yang dia cintai, tapi kali ini dia akan mencoba menjauhi laki-laki itu.
"mas, lepas, jangan seperti ini" Ayana duduk dan merapihkan rambut-rambutnya mengikatnya seperti biasa.
"Kau sudah bangun,"
"Mas aku mohon jangan seperti ini"
"Kamu kenapa sii, aku hanya rindu anak ku ingin melihat perkembangannya."
"Aku tau itu, kamu datang pasti karna itu" Ayana memalingkan wajahnya menatap jendela.
Ilham memeluknya lagi dengan erat.
"Mas aku mohon, jangan seperti ini, sedah berkali-kali aku peringatkan jangan pernah menyentuhku lagi."
"Bahkan aku tidak butuh izin darimu untuk menyentuh tubuhmu."
"Siapa kamu mas," tertawa "kamu bukan siapa-siapa aku jadi kamu gak ada hak menyentuhku.
Ilham bangun lalu berdiri di hadapan Ayana.
"Ooh, ini pasti gara-gara Niko kan, kau sudah dekat dengan adikku jadi tidak mau lagi ku sentuh."
"kalau iya memang kenapa, dari awal kau menyentuhku aku pun tidak menginginkannya dan setiap hari aku mengutuki tubuhku karna pernah berhubungan denganmu."
Ayana bangun berdiri di hadapan Ilham, berkali-kali menunjuknya Dengan rasa tidak suka.