Mencintainya adalah sebuah keputusan..
Sifat perhatian padaku menutupi pengalihannya...
Yang dia kira...dia yang paling disayang, menjadi prioritas utama, dan menjadi wanita paling beruntung didunia.
Ternyata semua hanya kebohongan. Bukan, bukan kebohongan tapi hanya sebuah tanggung jawab
.
.
.
Semua tak akan terjadi andai saja Arthur tetap pada pendiriannya, cukup hanya dengan satu wanita, istrinya.
langkah yang dia ambil membawanya dalam penyesalan seumur hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lupy_Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
disebuah apartment sederhana, dikamar kecil itu sepasang ayah dan anak sedang bercengkerama
"kalau ini mimpi tolong jangan bangunkan aku, Aku senang bersama Daddy" begitu sakit Arthur mendengar putranya bicara seperti itu..
andai waktu itu Kendall meminta pertanggung jawabannya pasti sedari kecil anaknya tidak akan kekurangan kasih sayang darinya.
Arthur masih memangku bocah itu dalam pangkuannya, "Siapa namamu nak?" bocah itu menatap heran Daddynya
"Apa Daddy tidak ingat namaku?" Arthur sadar salah memilih pertanyaan
"Daddy lupa nak..bisa ingatkan Daddy, hm?" alibinya
"hmm Daddy lupa yaaa.... Baiklah kubeli tahu namaku adalah Elland Ollando"
"Elland?.."
"bukan Daddy... Tapi Elland..pake l" karna belum lancar menyebutkan huruf R itulah dia harus menjelaskannya beberapa kali
"Erland?.."
"Iya...Iya benar" senyum lebar terukir diwajahnya
"mulai sekarang nama belakang Erland ada nama Daddy juga, Erland Orlando Moreno"
"kelen" Erland terpekik senang
"Dad?"
"Hm..?"
"mommy bilang Daddy pelgi kelja agal bisa menghasilkan uang yang banyak, dan juga membelikan mainan banyak untuk Elland, benalkah ?"
"Hm, Daddy akan membelikan mainan yang banyak"
"jika disuluh memilih, Aku tidak mau memiliki mainan, pelcuma punya mainan banyak tapi tidak ada Daddy yang bisa aku ajak belmain. Lebih baik tidak punya mainan sama sekali agal tidak ada alasan Daddy meninggalkanku lagi" kata² Erland membuat Arthur sedih..
seandainya Kendall meminta pertanggung jawabannya atau dia lebih cepat mengetahui keberadaan anaknya pasti anaknya tidak akan kekurangan kasih sayang
mereka berdua bercerita banyak hal sampai Erland tertidur dipelukannya, tangan kecil itu mencengkram baju yang dikenakan Arthur seakan tak membiarkannya pergi
.
.
.
.
Pagi hari Erland lebih dulu terbangun sebelum Arthur, menatap tersenyum wajah damai ayahnya yang sedang tertidur
"kenapa menatap Daddy seperti itu, hm?" Arthur mengangkat Erland duduk diatas perutnya.
"Elland telnyata tidak mimpi, Daddy benal² ada disini belsama ku"
"Hari ini Daddy akan mengajakmu bermain disuatu tempat" mendengar itu Erland kegirangan
"Elland mau Daddy...mauu" serunya
"okey...kita siap² dulu"
.
.
.
.
Sementara itu dinegara INGGRIS, sang istri yang setia menunggu kepulangan suaminya. Khawatir rasa cemas yang tidak henti²nya melanda perasaannya, tak ada satu kabar pun yang ia dapatkan.
Mau bertanya pada siapa? Kei? kei bahkan tidak tau kemana tuannya pergi
"Livie... Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat" ajak kei melihat Livia bosan duduk disana, kei merubah panggilannya kepada livia..saat ada Arthur ia akan memanggil nyonya tapi kalau Arthur tidak didekatnya maka kei akan memanggil liv/vie/livie.
"kemana?" tanya nya mendongak
Kei mengulurkan tangannya lalu disambut Livia
.
Kini mereka sudah didalam mobil duduk bersebelahan. Kei melajukan mobilnya masuk ke jalan dengan pemandangan pepohonan rindang, dan mobil itu berhenti dipinggir danau.
"dari mana kau tau tempat ini Kei?"
"aku iseng saja, sampai aku tau ada tempat indah ini. Disini cocok untuk menenangkan pikiran. Ayo duduk disana" ajaknya
Disana terdapat bangku kayu dan dermaga. Livia memilih berjalan didermaga memejamkan mata menikmati semilir angin yang menerbangkan rambutnya
Kei memperhatikan wanita itu dari tempat duduknya, "Kei...kemarilah, ini sangat sejuk dan segar" Kei mendekat.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu..." kini mereka berdua berhadapan. "Apa?"
"sebenarnya aku..."
"sebenarnya kamu ?" penasaran livia
"Sebenarnya aku adalah suruhan kakekmu" satu kalimat itu membuat Livia terdiam, menunggu lanjutan kalimat selanjutnya.
"Suamimu tidak tahu mengenai hal ini"
"apa buktinya kalau kamu adalah suruhan kakekku?" Livia tetap besikap tenang
Kei meraih ponsel yang sudah terhubung dengan seorang pria paruh baya yang mendengarkan percakapan mereka sejak tadi, menyerahkannya pada Livia
Livia dengan ragu mendekatkan ke telinganya, "Hallo..." jantung Livia berpacu cepat
"H-halo.... " tiba² Livia kehabisan kata², ia menoleh pada Kei..namun Kei hanya memberi anggukan
"Nak...kau kah disana?" mata Livia berkaca² mendengar suara pria paruh baya disebrang sana
"Kakek... Kau sungguh kakekku?" entah kenapa pertanyaan itu yang muncul diotaknya
"Hm..aku adalah kakekmu nak, aku punya buktinya jika kamu mau"
"bagaimana bisa?"
"biar Niky yang menjelaskan nak" Livia menoleh lagi pada Kei, seakan tau arti tatapannya kei mulai berkata "Waktu itu, kamu tertidur didalam mobil. Aku mengambil sehelai rambutmu. Lalu aku mengirimnya ke tempat kakekmu berada namun aku juga melakukan tes nya disini dengan helaian rambut yang aku bawa dari jepang"...
Kei mengambil sebuah surat di saku jaketnya lalu memberikannya
Livia membaca hasil lab yang tertera dikertas itu, "kek...kenapa selama ini tidak menemuiku? Aku ingin menemuimu" serunya
"Maaf nak, kakek punya alasan untuk itu. Kakek akan menjelaskannya padamu, kemarilah datang kerumahmu disini" kata kekeknya
"aku akan datang kek" ucap Livia dengan suara serak
Livia memberikan ponsel itu pada Kei, air matanya tak terbendung lagi. Menutup wajah dengan kedua tangannya, Kei melihat bahu Livia bergetar pun mengusap punggungnya guna memberi ketenangan.
"Hiks...hiks...hikss...." tak tahan mendengar tangisan itu Kei meraih Livia kedalam pelukannya
lama Livia menangis bahkan jaket Kei pun sudah terkena ingusnya, "Maaf.. Aku akan membersihkannya" Kei mengangguk
Dirasa sudah tenang Kei merangkul Livia masuk ke mobil,
diperjalanan mereka hanya diam, sampai Livia berkata " terimakasih Kei.. "..."Hm sama²"
"Jadi namamu Niky?", Kei menoleh sekilas...cukup lama Livia menunggu jawabannya, kemudian memilih diam kembali
"Nama asliku Minatozaki Kei, namun Tuan Kakek memanggilku Niky" Livia mengangguk "Nama yang bagus"
"ingin pergi kapan?"...
"siang ini..." melirik jam diponselnya menunjukkan pukul 12.00
"Baiklah sesuai keinginanmu nyonya"
.
.
.
.
sementara dibelahan bumi lain... Arthur sedang berbahagia dengan anaknya...
Setelah Erland izin pada mommynya agar bisa ikut dengan Arthur pergi jalan², kini mereka tengah bermain di taman kota..banyak anak² lain yang seumurannya juga disana.
Arthur mengawasi anaknya yang sedang bermain ayunan disampingnya... Tiba² ponselnya berdering
Terpampang nama istrinya disana, namun Arthur memilih untuk tidak menjawab. Ponselnya juga dibuat mode hening. Ia ingin menghabiskan banyak waktu bersama anaknya seharian ini
Arthur ingin melakukan tes DNA tapi itu akan terkesan ia tak percaya bahwa bocah ini adalah anaknya, tapi dia juga butuh bukti jelas...hanya tinggal menunggu waktu untuk melakukan tes.
.
.
.
.
Disisi lain Livia merasa kecewa dengan Arthur, padahal ia ingin memberitahukan sesuatu yang penting tapi panggilan itu tak dijawab sama sekali
"huft... Bi kalau tuan sudah pulang dan mencariku bilang saja aku pergi ke jepang"
"Baik nyonya"
Hari itu juga Livia terbang ke jepang bersama dengan Kei yang menjaganya, perjalanan memakan waktu beberapa jam dan ia sungguh merasa tidak sabar menemui kakeknya.
Dan sampailah mereka disebuah rumah mewah khas budaya jepang
(anggap saja ini bahasa inggris ya)
Livia mulai melangkah memasuki rumah itu..Kei memimpin jalan didepan.. memasuki sebuah ruang kerja.. Livia dapat melihat seorang pria paruh baya sedang menatap keluar jendela
Pria itu berbalik, mendapati cucunya yang sudah lama ingin ia temui. Livia melangkah cepat memeluk pria itu, air matanya tumpah tak terbendung
Pria itu, bernama Ryuu Kago. marga itu merupakan marga keturunan bangsawan dijaman dahulu kala.
Saling berpelukan melepas rindu satu sama lain, tubuh kakek Ryuu masih terlihat bugar, Livia dapat merasakannya..
Kei yang melihat adegan itu tersenyum, hatinya senang bisa mempertemukan dua orang itu.
"Nak kau lasti lelah kan, kau baru sampai dari perjalanan jauh. Ayo kita duduk disana." Kakek Ryuu mengajak cucunya duduk disebuah sofa yang tersedia disana
"kau sangat mirip dengan ayahmu..perpaduan orang tuamu sudah cukup membuktikan bahwa kau memang cucuku" tangan Ryuu membingkai wajah Livia lalu mengecup keningnya lama.
banyak yang mereka bicarakan namun sayangnya Chapter ini harus berhenti disini..karna akan dilanjutkan part berikutnya
TBC....
btw aku bacanya sehari 1 bab aj ya...