Azura adalah gadis cantik tapi menyebalkan dan sedikit bar-bar. Dia mendapatkan misi untuk menaklukkan seorang dokter tampan namun galak. Demi tujuannya tercapai, Azura bahkan sampai melakukan hal gila-gilaan sampai akhirnya mereka terpaksa terikat dalam satu hubungan pernikahan. Hingga akhirnya satu per satu rahasia kehidupan sang dokter tampan namun galak itu terkuak. Akankah benih-benih cinta itu tumbuh seiring kebersamaan mereka?
Cover by @putri_graphic
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DGGM 28. Berlari
"Berhenti gadis menyebalkan!" desis Arkandra dengan suara sedikit meninggi. Tapi Azura keras kepala, ia pun tetap berlari tanpa mau berhenti.
"Nggak mau. Kamu pasti mau nyalahin aku juga kan. Bukan aku, bukan aku yang menyebarkannya." sahut Azura agak berteriak.
"Berhenti bersikap bodoh gadis menyebalkan. Kita harus segera menyelesaikan masalah ini."
"Masalahnya aku nggak tau apa-apa, dok. Aku juga nggak tau kenapa tiba-tiba foto itu viral dimana-mana." sahut Azura masih ingin melarikan diri.
"Berhenti dulu gadis bodoh!" bentak Arkandra geram karena Azura tak juga mau menghentikan langkahnya.
"Nggak mau. Aku nggak salah."
"Aaaaaa ... "
Tiba-tiba kaki Azura tergelincir karena kehilangan keseimbangan saat melangkahkan kakinya di atas turunan jembatan yang memiliki kemiringan hampir 45°. Ia pun berusaha menggapai pegangan sebab kakinya tak mau berhenti menapaki jembatan yang agak menurun itu tapi tetap saja sulit.
Arkandra yang turut panik makin pun mempercepat langkahnya hingga greppp ...
Tangan Azura berhasil ia raih dan plukkk ... Azura pun berhasil ia tarik ke dalam pelukannya.
Jantung Azura berdegup dengan kencang, nafasnya tersengal-sengal, matanya yang sempat terpejam ia buka. Azura lagi-lagi menelan ludahnya saat melihat Arkandra telah berada di hadapannya.
"Kau mati konyol, hah!" bentak Arkandra dengan wajah memerah dan nafas memburu. Kedua tangannya kini berada di bahu Azura, menahan agar gadis itu tidak mencoba kabur lagi. Sorot matanya begitu tajam membuat nyali Azura tiba-tiba ciut.
"Hah!" serunya melongo mendengar cecaran Arkandra.
"Dasar gadis bodoh! Setelah menimbulkan masalah dimana-mana kau mau mati seenaknya?" desisnya tapi nadanya tidak terlalu meninggi lagi. "Semua bisa kita bicarakan baik-baik. Jangan bodoh ingin bunuh diri hanya karena masalah seperti ini!" imbuhnya lagi.
'Hah? Bunuh diri? Aku? Aku mau bunuh diri? Apakah dia mencemaskanku?' tanyanya dalam hati hingga tanpa sadar Azura tersenyum-senyum sendiri.
Arkandra menghembuskan nafas kasar lalu menjentikkan jarinya di dahi Azura saat melihat tingkah konyol Azura yang malah tersenyum-senyum sendiri.
"Ternyata selain gadis menyebalkan, kau juga gadis bodoh dan konyol." desis Arkandra lalu ia menarik tangan Azura agar mengikuti langkahnya membuat Azura mengerucutkan bibirnya.
"Enak aja bodoh dan konyol. Yang bodoh dan konyol itu kan dia, emang siapa yang mau bunuh diri. Rugi dong mati sia-sia. Entar gajiku malah nggak ditransfer si nyonya tajir lagi, kan rugi ." omelnya sambil mengikuti langkah kaki Arkandra.
"Apa?"
"Eh, nggak ada, nggak ada." sahutnya takut gumamannya terdengar Arkandra. "By the way kita mau kemana?" tanya Azura sambil memperhatikan tangannya yang dipegang Arkandra. "Terus kok pak dokter ada di sini sih? Terus juga kok bisa tau ini aku kan aku pakai Hoodie?" cecar Azura membuat Arkandra menegang.
Bagaimanapun ia tak mau memberi tahu kalau ia telah sejak tadi sore mencari dirinya karena mencemaskannya. Namun dalam hati ia lega karena bisa datang tepat waktu. Ia pikir Azura benar-benar hendak bunuh diri, padahal tidak sama sekali.
"Kita cari tempat untuk bicara sekaligus makan malam."
"Eh, pak dokter belum makan ya! Kasihan. Mau ke rumah aku nggak entar aku masakkin deh! Eh, tapi hari udah terlalu malam, nggak usah deh, nggak enak sama tetangga. Entar dikirain mereka kita ngapa-ngapain." cerocos Azura tiada henti.
Arkandra menghela nafas panjang, ternyata selain menyebalkan, bodoh, dan konyol, Azura juga gadis yang cerewet, dewa batinnya bicara.
Sementara itu, di sebuah restoran mewah, Melodi tampak makan dengan santai dengan Gerald. Ia berusaha sesantai mungkin untuk membiasakan diri agar mereka tidak canggung lagi saat ke rumah orang tua Gerald.
"Ger, kamu mau cobain cumi tepung ini? Enak lho." tawar Melodi tapi Gerald menggeleng.
"Aku alergi seafood." ujarnya sambil menyantap steak daging miliknya.
"Oh ya! Ah, maaf kalau begitu. Aku akan mengingatkan lain kali." ujar Melodi. "Tapi kenapa kamu ajak aku makan di restoran ini? Ini kan restoran mahal, Ger. Lain kali kita makan di restoran yang sederhana aja. Aku malah lebih nyaman makan di tempat yang sederhana dari pada tempat yang mewah kayak gini."
"Aku memilih ini agar lebih privasi aja."
"Oh, kirain ada yang istimewa."
"Sebenarnya ada juga istimewanya sih."
"Apa?"
"Kekasihku suka makan di restoran ini jadi dengan mengajakmu kesini mengingatkanku pada dirinya." ucap Gerald santai. Melodi pun terdiam. Ternyata itu alasannya. Ya, ia sadar diri dirinya hanyalah pacar pura-pura. Kekasih kontrak Gerald yang masa kontraknya akan berakhir kalau kekasih Gerald kembali. Bukan hanya harus sadar diri, ia juga harus membentengi diri, jangan sampai ia jatuh hati sebab hati Gerald telah ada yang memiliki.
"Oh, kalian pasti sangat saling mencintai." sahut Melodi seraya tersenyum tipis.
"Hhmmm ... tentu. Kami telah bersama cukup lama. Sayangnya ia masih ada kontrak sebagai model di luar negeri karena itu dia belum bisa kembali, sedangkan keluargaku telah menuntut diriku membawa pasanganku."
"Mengapa tidak jujur saja kalau kekasihmu sedang berada di luar negeri."
"Tidak semudah itu sebab keluargaku kurang menyukainya. Entah apa alasannya padahal dia gadis yang cantik, pintar, dan baik."
"Mungkin itu karena mereka belum terlalu mengenalnya."
"Kau benar, karena itu sekembalinya dia dari luar negeri nanti, dia sudah berjanji akan berusaha mendekatkan diri dengan keluargaku dan membuat orang tuaku menyukainya." ujar Gerald lalu ia mengelap mulutnya yang sudah selesai makan dengan serbet yang disediakan di meja itu. "Terima kasih kau mau membantu rencanaku." imbuh Gerald lagi.
"Bukankah sudah kewajibanku. Kau membayarku tentu aku harus membantumu." ucap Melodi namun dalam hati sedikit meringis.
"Semoga kerja sama kita berjalan dengan baik dan berakhir dengan baik-baik."
"Ya, semoga." timpal Melodi dengan tersenyum manis membuat Gerald sedikit terpana.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Semangat terus author untuk karya yang lainnya 👍🥰😍
zura ng da lawan
PA lg karakter azura oce banget..