Kamila gadis yatim piatu mencintai Adzando sahabatnya dalam diam, hingga suatu malam keduanya terlibat dalam sebuah insiden.
Adzando seorang artis muda berbakat.
Tampan, kaya, dan populer. Itulah kata-kata yang tepat disematkan untuknya.
"Apapun yang kamu dengar dan kamu lihat, tolong percayalah padaku. Aku pasti akan bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan. Kumohon bersabarlah."
Karena skandal yang menimpanya, Adzando harus kehilangan karier yang ia bangun dengan susah payah, juga cintanya yang pergi meninggalkannya.
"Maafkan aku, Do. Aku harus pergi. Kamu terlalu tinggi untuk aku gapai."
"Mila... Kamu di mana? Aku tidak akan berhenti mencarimu, aku pasti akan menemukanmu!"
Kerinduan yang sangat mendalam di antara keduanya, membuat mereka berharap bahwa suatu hari nanti bisa bertemu kembali dan bersatu.
Bagaimana perjalanan cinta mereka?
Mari baca kisahnya hanya di sini ↙️
"Merindu Jodoh"
Kisah ini hanya kehaluan author semata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
...*...
Kamila membuka mata untuk melihat siapa yang datang dan menyapanya. Pandangannya langsung berserobok dengan sesosok pemuda yang tersenyum menawan di hadapannya.
"Kenapa Anda ada di sini sendirian, Dok? Apakah Anda menunggu seseorang?" tanya pemuda itu.
Kamila memutus pandangannya, lalu menatap ke arah jalanan. Dia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menjawab, "Saya sedang menunggu adik saya menjemput."
"Oooh, begitu. Bagaimana jika Anda pulang bersama saya saja. Saya bisa mengantar Anda sampai ke rumah," tawar pemuda itu pada Kamila.
"Maaf, Mas Ikhsan. Anda tidak perlu repot-repot, saya akan menunggu adik saya saja," tolak Kamila dengan halus.
"Tapi ini sudah sore, apa tidak kemalaman di jalan nantinya. Kalian kan cewek," tukas pemuda yang bernama Ikhsan itu.
Kamila terkekeh mendengar penuturan pemuda di depannya yang menurutnya sangat lucu.
"Anda tidak perlu khawatir seperti itu. Kami sudah terbiasa." Kamila menyahut sembari tersenyum, yang membuat jantung Ikhsan langsung kebat-kebit.
"Kenapa dia tersenyum begitu manis? Tidak tahukah dia kalau aku sedang menahan diri dan jantungku rasanya mau copot. Astaghfirullah ... ngomong apa aku ini?" Ikhsan menatap dalam pada Kamila. Dia semakin jatuh oleh pesona wanita yang ada di depannya.
Ikhsan bukanlah seorang dokter, dia bekerja di Puskesmas itu sebagai tim ahli gizi, yang tugasnya memberikan penyuluhan tentang gizi kepada masyarakat di wilayah kecamatan tersebut. Juga mendata anak-anak penderita stunting agar mendapatkan bantuan gizi yang cukup untuk menunjang pertumbuhannya.
Suasana hening menyergap mereka. Masing-masing sibuk dengan pemikirannya sendiri. Keduanya terjebak pada situasi yang canggung. Fika datang di saat yang tepat. Gadis itu muncul dan langsung meneriakkan nama kakak angkatnya dengan suara khasnya.
"Kak Milky, i am coming!" Fika tersenyum menampilkan gigi gingsulnya.
Kamila memasukkan kembali headset dan ponselnya ke dalam tas. Ia lalu berdiri dan berpamitan pada Ikhsan yang berdiri diam sambil menatapnya.
"Mas Ikhsan, saya pamit duluan, ya!" Kamila tersenyum seraya menganggukkan kepala. Kemudian menghampiri Fika.
"Maaf ya, Kak. Gara- gara Fika Kak Milky jadi nunggu lama."
"Ck ... kamu ngomong apa sih? Sudah, ayo jalan!" Kamila naik ke boncengan setelah memakai helm, dan meminta Fika segera menjalankan motornya.
Ikhsan menatap kepergian Kamila dengan perasaan berkecamuk. Kesal dan kecewa karena tidak berhasil mengantar Kamila pulang, yang artinya usahanya untuk mengenal lebih dekat dengan wanita pujaannya semakin tipis.
"Gagal lagi, deh. Kapan aku bisa meraih hatinya? Kenapa dia begitu susah untuk di dekati, sih?" Ikhsan menarik napasnya kasar, kemudian menghampiri motornya yang terparkir tidak jauh darinya. Lalu menjalankannya perlahan meninggalkan Puskesmas.
*
"Kak Milky, cowok tadi itu siapa?" tanya Fika tiba-tiba.
Gadis itu sengaja membawa motornya dengan kecepatan sedang. Sepertinya dia memang sangat lelah sehabis mengikuti kegiatan di sekolahnya tadi.
"Dia kerja di Puskesmas bagian gizi. Kenapa? Kamu suka sama dia?"
"Iiih ... kok Kak Milky gitu, sih? Bukannya dia itu sukanya sama Kakak, ya?"
"Haahh ... mana ada? Jangan bicara ngawur kamu!"
"Sudah beberapa kali Fika lihat, dia selalu mencuri pandang ke arah Kak Milky. Memangnya tidak sadar apa?"
"Itu hak dia. Kakak tidak bisa melarang atau menyuruh orang untuk suka atau tidak pada Kakak. Sudah, jangan membahas sesuatu yang tidak penting!"
Ucapan Kamila membuat mulut Fika terbungkam, dan tidak berani berkata lagi hingga keduanya sampai di rumah. Lalu mereka berpisah menuju rumah masing-masing.
.
.
.
.
.
"Assalamualaikum." Zando masuk ke dalam rumah setelah Nino menurunkannya di depan rumah sang kakak. Sedang Nino sendiri, langsung memutar balik kendaraannya tanpa ikut turun, karena masih ada pekerjaan yang harus ia urus.
"Waalaikumsalam," jawaban serentak terdengar dari dalam rumah.
Zando menghampiri Mama Zeya dan Papa Daniel yang sedang duduk di sofa ruang keluarga. Dia menyalimi kedua orangtuanya dengan takzim, lalu mendudukkan dirinya di sofa single.
"Abang darimana? Kenapa semalam tidak pulang? Lalu Abang tidur di mana?" cecar Papa Daniel.
"Abang tidur di apartemen, Pa. Menulis lagu dan sekalian aransemennya juga, lalu tadi kita baru saja dari studio musik, untuk rekaman," beritahu Zando.
"Abang sudah rekaman? Wuih keren!" seru Adzana yang sedang nemplok pada Arbi suaminya.
"Eh... tapi, Bang. Judul lagunya kan, merindu jodoh. Emmm... maksudnya Abang merindukan Kak Kamila sebagai jodoh Abang? Memang sudah yakin kalau dia itu jodoh Abang?" celetuk Azura tanpa rasa bersalah.
"Adiiik ....!" seru Zando gemas, lalu dia berdiri menghampiri Azura dan memiting gadis belia itu di bawah ketiaknya.
Kelakuan keduanya sontak mengundang tawa dari semua penghuni rumah tersebut.
"Kamu itu ya, dari kecil disayang sama abang, giliran sudah gede mulutmu pedasnya minta ampun kalau ngomong!" Zando lalu menciumi seluruh wajah Azura, selanjutnya menggelitiki pinggangnya, sampai gadis belia itu berteriak minta ampun.
"Berhenti,... ampun, Abang! Tidak diulang lagi deh, sueeer!" Azura mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
"Kalau nanti abang ketemu sama Kamila, abang akan langsung menikahi dia. Kalau---" Ucapan Zando terpotong oleh Azura.
"Diiih, bagaimana kalau Kak Kamila sudah menikah sama orang lain?" tanya Azura.
"Adik,... jangan memotong pembicaraan orang yang lebih tua, itu tidak sopan namanya!" ucap Mama Zeya.
"Maaf, Ma." Azura menunduk.
"Tidak mungkin. Abang tahu Kamila adalah tipe gadis yang setia. Dia tidak akan mudah berpindah ke lain hati," ucap Zando yakin.
"Bagaimana Abang bisa seyakin itu? Sedangkan Abang saja tidak tahu di mana dia berada." Adzana menimpali.
"Besok abang akan pulang kampung. Teman sekolah SMA abang akan menikah, dan calon istrinya itui teman satu kampung dengan Kamila. Bahkan mereka selalu bersekolah di sekolah yang sama dari SMP hingga SMA," ucap Zando.
"Terus Abang berharap bisa ketemu sama dia di sana, begitu?" tanya Mama Zeya.
"Iya, berharap kan boleh saja, Ma. Siapa tahu dia juga diundang. Lagipula abang yakin, kalau dia pasti sudah melihat dan mendengarkan unggahan lagu abang," jawab Zando
"Sudah ya, abang mau ke kamar, capek banget pengin istirahat. Dari pagi abang mual dan muntah terus." Zando menyambung ucapannya sambil berlalu.
Semua orang yang berada di ruangan itu, menatap Zando yang berjalan menuju kamarnya dengan pandangan prihatin.
"Kasihan Abang, pasti sangat tersiksa. Tapi masih mendingan kalian, papa dulu begitu Mama tahu kalau dia hamil, habis papa dihajar sama Mama, eeeh ..." Papa Daniel reflek menutup mulutnya. Sejurus kemudian beliau langsung mengambil langkah seribu guna menghindari amukan istrinya.
"Kabuuuurrr....!"
"Papa ...! Awas, ya!" teriak Mama Zeya yang langsung mengejar suaminya masuk ke dalam kamar. Meninggalkan anak dan menantunya yang tercengang melihat kelakuan keduanya.
.
.
.
.
.
Hari ini adalah pernikahan Hakan dan Riyanti. Berbagai persiapan telah dilakukan sejak beberapa hari yang lalu. Kini kedua mempelai telah siap dan duduk berdampingan di hadapan penghulu untuk melakukan ijab kabul.
Dengan suara lantang, Hakan mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan napas. Dan suara sah begitu nyaring terdengar dari keluarga dan para tamu yang hadir pada acara tersebut.
Kamila menitikkan airmata haru. Dia ditemani siapa lagi kalau bukan Fika, yang selalu siap siaga mengantarkan kakak angkatnya itu ke mana pun pergi. Mereka sudah datang sejak pagi dan langsung menyapa Riyanti ke kamarnya, ketika calon mempelai wanita itu masih dirias.
Setelah kedua mempelai pengantin duduk di pelaminan dan telah menyelesaikan ritual pernikahan, Kamila diikuti oleh Fika menghampiri pasangan tersebut untuk memberikan ucapan selamat.
"Selamat menempuh hidup baru ya, Ri. Semoga menjadi keluarga yang bahagia, sakinah mawadah dan warahmah."
"Terimakasih, Mila. Aku harap kalian akan segera bertemu dan berjodoh, aamiin." Lalu Kamila berpelukan dengan Riyanti
Sementara itu Hakan nampak terkesiap melihat kedatangan Kamila. Dia tidak menyangka bahwa wanita yang dicari sahabatnya itu kini berada di hadapannya.
Akan tetapi, karena Kamila memakai masker dan gamis abaya, maka tidak ada orang yang menyadari kehadirannya.
Kamila melepas pelukannya, lalu menyalami Hakan. Namun karena saking terkejutnya, Hakan hanya tersenyum tanpa bisa berkata-kata ketika Kamila memberikan ucapan selamat padanya. Lidahnya mendadak kelu. Yang bisa dia lakukan hanyalah memandangi siluet Kamila yang semakin menjauh meninggalkan tempat acara.
.
.
.
"Kamila ...!"
...*...
.
.
.
.
.
pembaca ku bilang orang sabar sawahnya lebar 😂
turu mu kemiringen
mn yg bener
...
buat ketawa ngakakk