Dicintai pacar secara ugal-ugalan X
Dicintai sepupu secara ugal-ugalan ✓
Olivia berasal dari desa. Wanita cantik berkulit kuning Langsat serta rambut panjang bergelombang mencoba peruntungan mendaftar sebagai pengajar disalah satu sekolah di ibukota. Nasib baik Seakan berpihak padanya, ketimbang menyewa kos atau kontrakan sang bibi yang merupakan adik dari ibunya menawarkan untuk tinggal bersama dirumah nya. Dari situlah percintaan tabu dimulai antara Olivia dengan sepupu laki-laki bernama Galang. Nyatanya antara Olivia dan Galang itu sendiri tidak pernah bertemu sedari kecil. Meski usia Galang terpaut dibawah Olivia tak menyurutkan jalinan cinta itu bersemi. Akankah mereka bisa terus melanjutkan hubungan. Ataukah terpaksa mengakhiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rismasuzy93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13
Sepulang mengajar Oliv menyempatkan pergi ke apotik. merasa kepalanya terasa pening entah sebab karena dirinya terlalu banyak pekerjaan ataukah karena masalah lain yang pastinya syaraf-syaraf yang ada didalam kepalanya sedang berdenyut hebat.
"Biar aku aja yang beli kamu tunggu disini saja." titah Andi pada Oliv. Ya, guru olahraga itu hari ini seperti biasa mengantarkan rekan sejawatnya pulang.
Oliv hanya mengangguk patuh. lalu memilih duduk di bangku yang tersedia di depan apotik tersebut. Dari arah luar nampaknya didalam cukup ramai pembeli. sampai Andi harus mengantri berurutan. Disisi lain satu tangan Oliv terus memijat pelipisnya sesekali bayangan tentang kejadian dimana ada Mutia dan Galang tengah melakukan hal tak senonoh kembali terlintas di kepala, tentu hal itu membuat kepala wanita itu makin berdenyut nyeri. Ditambah lagi dengan rasa sesak yang terus menyiksa rongga dada sungguh Oliv sangat tidak nyaman dengan akan semua itu.
Ditengah-tengah aksinya memijat kepala. Suara gawainya berbunyi sontak Oliv terkesiap kemudian meraih benda pipih sejuta umat miliknya didalam tas. Terlihat nama ibu yang terpampang dilayar ponsel tersebut. Seketika senyum manis terbit dari kedua sudut bibirnya.
"Iya Bu ." Oliv membuka percakapan setelah benda pipih itu ia tempelkan ke telinganya.
"Gimana kabarmu nak, baik-baik aja kan? Dan pekerjaan kamu gimana?" Wita memberondong anak semata wayangnya dari seberang sana. wanita paruh baya itu menanyakan kabar anak perempuan satu-satunya yang saat ini jauh dari sisi.
"Aku baik ko. Ibu sama bapak baik-baik juga 'kan? Maaf yah Bu, Oliv beberapa hari ini jarang telfon karena memang sedikit sibuk." jelas nya.
Mungkin jika Oliv menebak saat ini orangtuanya sedang tersenyum. "Bapak sama ibu mu juga baik Liv. Ya nggakpapa, ibu ngerti ko yang penting kamu disitu baik-baik yah ingat tujuan kamu jauh-jauh dari kampung ke kota buat apa. nggak usah berbuat aneh-aneh. Saran ibu kalau misalkan kamu sudah ada yang srek dihati lebih baik dilangsungkan saja biar tidak jadi dosa kamu ngerti kan maksud ibu." Olivia tergugu sejenak atas segala lontaran ibunya.
dia terlalu susah hanya sekedar menelan Saliva. Wanita itu reflek menggigit bibirnya sendiri merasa sangat bersalah pada orang tuanya. bagaimanapun dirinya secara tidak langsung sudah menyakiti dan membohongi mereka. Ya, karena Oliv sadar tanpa kedua orang tuanya menasehati Oliv sudah terlebih dulu terjun pada dunia nista yang penuh kubangan dosa.
"I-iya Bu, Oliv akan terus mengingat pesan ibu ko." jawabnya penuh keresahan.
"Kamu kenapa Liv, ko suaranya kaya gugup begitu?" tanya Wita. Mendengar pertanyaan dari sang ibu. Buru-buru Oliv menghela nafas dan membuangnya bergantian.
"Enggak ko Bu, kayanya aku kecapean aja tadi kebetulan disekolah banyak kegiatan." entah sejak kapan Oliv sanggup berkata dusta. Wanita disebarang sana nampaknya langsung percaya dengan apa yang dikatakan Putrinya.
Pas setelah Oliv mematikan panggilan telfon ibunya. munculah sosok Andi dengan satu kantong obat yang berhasil lelaki itu beli. Kemudian ia langsung menyerahkan kantong obat itu pada Oliv.
"Makasih yah mas." uqjr Oliv tulus.
"Iya Liv, sama-sama. Ayo pulang." ajak Andi. lelaki itu membantu Oliv berdiri dari duduknya dengan lembut ia segera menuntun perempuan itu untuk berjalan menuju Motornya.
"Liv kamu yakin nggak mau aku ajak makan dulu sebelum pulang." Andi bersuara menawarkan sesuatu yang Oliv tolak berkali-kali.
"Nggak perlu mas. langsung pulang saja." jawabnya sedikit berteriak, karena posisi mereka berada di atas motor yang melaju lumayan kencang.
"Ya sudah oke." balas Andi pada akhirnya. usai menempuh jarak waktu kurang dari setengah jam motor jenis matic milik Andi berhenti didepan rumah Rima. Wanita itu langsung turun dari atas motor, dan mengucap terimakasih pada guru olahraga tersebut yang kerap baik hati mau susah payah siaga mengantar nya pulang tanpa meminta imbalan.
"Saya duluan yah Liv. obatnya jangan lupa diminum." kata Andi bersiap untuk kembali melajukan kendaraannya.
"Iya, Mas. sekali lagi terimakasih yah." setelahnya Andi pun langsung mengemudikan motornya pulang kerumah.
"Eh Liv kamu baru pulang." suara Rima menyapa.
Olivia tersenyum hangat. "Iya Tan. ko tumben udah pulang ."
"Iya, tadi Tante ngerasa nggak enak badan makanya Tante minta ijin pulang lebih awal." Olivia manggut-manggut.
"Tante harus banyak istirahat. ngapain malah beresin baju." Protes Keponakan pada bibinya.
"Itu dia Liv. dilalah nya pas aku udah dirumah ko mendadak sehat lagi." Rima meringis. "Ya makanya dari pada nggak ngapa-ngapain ya mending beberes lah." kilah sang bibi sembari tersenyum kikuk.
"Nania kemana Tan?" tanya Oliv
"Ada dikamar. baru juga pulang."
Tadi nya Oliv berniat ingin menanyakan Galang juga. Namun, entah kenapa lidahnya mendadak Kelu. Oliv merasa sangat berat padahal dalam hatinya ingin sekedar mengetahui tentang adik sepupunya itu apa sudah pulang atau belum.
"Kalo begitu aku kekamar dulu yah Tan. mau ganti baju." wanita berkulit sehalus pualam itu bergegas menuju kamarnya.
Sepanjang kakinya melangkah. melihat rait wajah sang Tante afa perasaan tak menentu berkelindan. melihat senyuman itu Oliv merasakan rasa yang amat bersalah, bagaimana mungkin dirinya sanggup menorehkan luka pada Tante bila Sampai tahu jika anaknya sudah melakukan hal nista dengannya. Padahal Oliv sadar Rima sudah sangat baik padanya.
Sesampainya dikamar Oliv terus merenung. sesekali ia memijat pelipisnya guna menghempas rasa sesak yang mendera. isi kepalanya penuh dengan memori bayangan hal biadab yang terus berputar. Ini tidak bisa dibiarkan sejenak Oliv berfikir jikalau ia masih tetap dirumah ini ia akan selalu dibayang-bayangi oleh hal-hal negatif atau bayangan tentang Galang yang akan terus berputar. Lantas apa yang harus dirinya lakukan akankah ia harus keluar dari rumah ini.
Dengan alasan apa ia harus berbicara dengan Rima dan suaminya. Namun, sepertinya ide yang baru saja terlintas tak semudah itu terealisasi. mengingat mereka pasti akan mencecar atau semakin menegaskan tanda tanya besar.
****
Malam hari yang diterangi sinar rembulan terlihat indah. sebuah keluarga Cemara terlihat khidmat tengah makan bersama. Namun, tak terlihat ada Galang diantara mereka dan pada akhirnya Oliv tahu dimana Galang setelah mendengar percakapan antara Rima dan Teddy . mereka mengatakan kalau si anak sulung sedang belajar kelompok.
Usai makan malam. Oliv memantapkan diri berniat menyampaikan maksud yang telah ia pikirkan masak-masak.
"Tante, Om. aku mau menyampaikan sesuatu." Olivia tampak ragu. "Aku rasa kayaknya aku mau cari kontrakan aja." lantas Oliv menggigit bibirnya usai mengatakan niatnya.
Mendengar penuturan dari keponakannya. kedua pasangan suami-istri itu saling menautkan alis dan menatap bingung kearah Oliv.
"Ngontrak? Maksudnya gimana Liv. Kamu nggak betah disini?" Tanya Teddy.
"Bukan begitu Om. aku metasa sudah waktunya harus mandiri dan syukurnya juga aku 'kan udah punya penghasilan jadi alangkah lebih baiknya aku tinggal sendiri saja. ya itung-itung buat melatih aku lebih peka sama keadaan lagi." Oliv mencoba menjelaskan meskipun tak yakin.
"Ya kami ngerti Liv. Tapi alangkah lebih baiknya 'kan dari pada kamu buang uang buat bayar sewa kontrakan lebih baik uang nya kamu tabung toh." kata Rima. tak ada yang bisa membantah maksud mulia Rima.
"Yang dibilang Tante mu benar Liv. Sayang loh kamu keluarin uang hanya buat bayar kontrakan, mendingan ditabung buat kirim ke ibu di desa." imbuh Teddy.
"Sudahlah, lebih baik kamu tetap tinggal disini pke." final Rima yang nampak tidak setuju akan usul keponakannya. Selain karena menurutnya boros. Rima juga khawatir terjadi sesuatu yang tidak mengenakan menimpa Oliv. bagaimanapun, orang tua Oliv sudah menitipkan anak perempuannya pada mereka jadi Teddy dan Rima tidak ingin disalahkan jikalau ada sesuatu hal yang menimpa Oliv.
Sedangkan Nania hanya diam. sedari tadi sambil menatap kearah Oliv datar. Entah kenapa tatapan itu tak seperti sebelumnya pas awal-awal wanita itu datang dirumahnya. Oliv berfikir apa dirinya punya salah kenapa tidak biasa-biasanya Nania menatap akan sorot sedingin bongkahan es
"Assalamu'alaikum." Suara Galang menyapa telinga. semua menoleh diambang pintu.
"Walaikumsalam. Udah selesai Lang kerja kelompok nya." tanya Teddy pada anak sulungnya.
"Udah yah." Ucapannya. setelah menyalami kedua tangan orang tuanya Galang sempat melihat kearah Oliv sekilas. Setelah nya remaja itu langsung berlalu untuk masuk kedalam kamarnya sendiri.
"Jadi gitu saja yah Liv. Aku nggak ijinin kamu buat tinggal dikontrakan. Om hanya nggak mau ada sesuatu yang tidak baik menimpa kamu." Tegas Teddy memberi penjelasan.
"Nania, kamu ada tugas matematika 'kan. Kamu minta tolong dong sama mbak Oliv biar mbak Oliv ngajarin kamu sampe pinter. Jangan pacaran aja bisanya." Sergah Teddy menasehati sekaligus menggoda. Namun, tampaknya gadis itu tak suka jika digoda dengan cara seperti itu.
Sementara yang lain senyum-senyum merespon godaan Teddy kepada anak bungsunya. "Oh Nania udah punya pacar yah ciee." Oliv sengaja makin menggoda sepupunya itu bermaksud agar ketegangan itu sedikit mencair. Nania hanya berdecak kesal sering dirinya bangkit menuju kamar.
Nania kini berada diruang tamu bersama Oliv. menerangkan beberapa materi pelajaran matematika bentuk penjabaran agar Nania memahami. Oliv melihat adik sepupunya yang tampak malas-malasan itu hanya menghela nafas dan membuang nya perlahan.
"Kamu kenapa Nania, lagi nggak mood belajar? apa ada masalah?" lagi-lagi Oliv mencoba menggoda gadis itu. Oliv berfikir kalau Nania sedang merasakan putus cinta atau sejenisnya hal itu yang menyebabkan Nania jadi badmood.
"Kamu harus inget Nia, apa yang diucapkan oleh ayah mu jangan pacaran dulu konsentrasi dengan pendidikan saja." Oliv menasehati. Nania Langsung menatap Oliv dingin ada guratan kemarahan tergambar jelas. wanita itu bisa melihatnya.
"Mbak Oliv paling bisa yah nasehatin orang. Seharusnya nasehat itu diberikan pada diri mbak Oliv sendiri." kata Nania dengan ekspresi wajah kesalnya. Oliv mengerutkan kening. wanita itu masih belum paham apa maksud dari ucapan sepupunya.
"Maksud kamu apa Nia? " Tanya Oliv memastikan menatap Nania lekat.
"Ternyata orang-orang seperti mbak Oliv itu munafik yah. Manusia bermuka dua. Dan oh iya mbak Oliv kayak nya harus tinggalin profesi mbak yang sekarang deh. nggak cocok soalnya. Kayaknya mbak Oliv lebih cocok cari kerja di bar-bar ngelayanin om-om hidung belang." Tanpa ragu dan segan remaja perempuan itu bertutur begitu menohok. seketika dada oliv seperti tengah di hantam Godam tak kasat mata.
"Kenapa kamu ngomong kaya gitu Nania. nggak sopan!" Tegur Oliv akan tatapan tajam.
Ada senyum mengejek yang Nania perlihatkan. "Lebih nggak sopan mana sama kelakuan mbak Oliv. dengan tidak malunya melakukan hal menjijikkan dengan bang Galang dirumah orang tua aku hah!"
Deg!
Tenggorokan Oliv terasa sesak serupa menelan sekam. dada nya bergemuruh laksana ribuan anak panah melesaknya bertubi-tubi.
"Ka-kamu tau?" bibir Oliv bergetar.
"Iya aku tahu. Dan aku lihat semua. aku jijik Sama mbak Oliv." setelah mendengar itu Nania Langsung beranjak pergi meninggalkan Oliv yang langsung merosotkan bahu. Ia merasa lemas kepala nya bertambah pusing dalam satu waktu.
Bersambung. .