NovelToon NovelToon
Loves Ghosts

Loves Ghosts

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Hantu
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: H_L

Rain, gadis paling gila yang pernah ada di dunia. Sulit membayangkan, bagaimana bisa ia mencintai hantu. Rain sadar, hal itu sangat aneh bahkan sangat gila. Namun, Rain tidak dapat menyangkal perasaannya.

Namun, ternyata ada sesuatu yang Rain lupakan. Sesuatu yang membuatnya harus melihat Ghio.

Lalu, apa fakta yang Rain lupakan? Dan, apakah perasaannya dapat dibenarkan? bisa kah Rain hidup bersama dengannya seperti hidup manusia pada umumnya?

Rain hanya bisa berharap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon H_L, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemarahan Rain dan Sebuah Pengakuan

Dunia itu penuh misteri. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok. Semuanya di luar kendali akal dan pikiran. Sesuatu yang pasti, hanya hati yang selalu berharap yang baik.

Kadang, sesuatu yang terjadi bahkan yang menimpa sekalipun, terasa seperti mimpi. Karena sebelumnya, tidak ada harapan atau dugaan. Lalu, saat itu sudah tiba, hanya rasa tak mungkin yang menjadi simpulan.

Namun, apa yang kita pikirkan dan duga-duga tak selalu sama dengan jalan Sang Pencipta.

Sebelumnya, tidak pernah melintas dipikiran Rain bahwa Ghio masih hidup. Pria itu hanya tinggal roh yang menyasar dan tidak tahu harus kemana. Lalu, setelah melihat fakta di depannya, Rain semakin sadar, bahwa tak ada yang tak mungkin.

Sekarang, Rain percaya bahwa ini bukan lah mimpi.

"Tante akan keluar sebentar," kata Gelora, dan segera keluar dari sana. Ia ingin memberikan waktu kepada Rain bersama dengan Ghio. Melihat Rain menumpahkan tangisnya sambil memeluk Ghio, Lora ikut meneteskan air mata. Ia tidak tahu sejauh mana hubungan mereka. Tapi, melihat tangis Rain, Lora yakin mereka memang sedekat itu.

Sementara itu, tangis Rain mulai reda. Ia mengusap jari-jari tangan Ghio yang putih pucat.

Rasa bahagia itu, Rain tidak bisa membohongi. Tapi, Rain ragu jika bahagianya bercampur dengan sedih. Bahagia karena ternyata Ghio masih hidup, dan sedih karena Ghio koma selama beberapa bulan.

Apakah separah itu sampai tak bangun-bangun?

"Ghio. Ini aku, Rain," lirih Rain dengan suara tercekat. Air matanya kembali mengalir.

"Aku senang, ternyata kamu masih hidup. Aku berharap kamu cepat bangun." Suara Rain hampir tak terdengar.

Rain terus memandang wajah pucat Ghio. Tangannya menggenggam tangan pria itu.

Rain tidak bergerak dari tempatnya. Matanya terus menatap Ghio, berharap pria itu tiba-tiba membuka mata. Terus seperti itu, hingga hari mulai sore.

Gelora datang dan menghampiri Rain. Gadis itu duduk disana selama berjam-jam. Ia tidak ingin gadis itu terlarut lama-lama dalam keheningan itu.

"Rain."

Kepala Rain menoleh ke atas.

"Ini waktunya Ghio mandi."

Rain segera berdiri. Ia menatap Lora dengan mata merah dan wajah sembab. "Ah... iya, Tan. Makasih banyak, Tan, karena udah bawa saya ke sini."

Lora tersenyum. "Sama-sama. Kalau kamu mau datang lagi, datang aja."

"Makasih, Tan."

Lora mengusap bahu Rain. "Kamu pasti capek menangis selama berjam-jam. Pulang lah sekarang. Besok datang lagi."

Rain mengangguk tersenyum. Ia menatap Ghio sebentar. Rain merasa berat harus meninggalkan pria itu. Namun, dengan terpaksa, Rain melepaskan tangan Ghio. Ia berbalik dan berpamitan kepada Lora.

"Sekali lagi makasih, Tante. Besok saya datang lagi."

Lora mengangguk tersenyum.

Dengan perasaan berat, Rain keluar dari ruangan itu.

***

Rain duduk diam di rooftop. Pandangannya tertuju kepada langit malam. Bintang-bintang terhampar di sana. Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut gadis itu.

Rain memeluk lututnya. Perasaan Rain tak karuan sekarang. Rain senang karena tahu kenyataan dan melihat secara langsung bahwa Ghio masih hidup. Tapi, perasaan Rain juga masih khawatir. Di rumah sakit itu adalah tubuh Ghio. Tapi, dimana keberadaan rohnya sekarang? Sampai saat ini, Rain masih belum menemukan pria itu.

Rain menghela napas. "Dimana aku harus cari kamu, Ghio?"

Rain mengabaikan panggilan Asya sejak tadi. Kakaknya itu menyuruhnya turun untuk makan. Sayangnya, Rain tak selera makan.

Kalau saja Ghio ada di sini. Pria itu pasti senang, bahwa ia masih hidup.

Mata Rain melebar seketika. Benar, kalau Ghio tahu ia masih hidup, dia pasti sangat senang. Tinggal meminta pria itu untuk masuk ke dalam tubuhnya.

Rain berdiri tiba-tiba. Semangatnya berkobar-kobar. Dengan cepat, Rain segera turun dari rooftop.

"Rain, kamu mau kemana?"

"Kak, aku ada urusan." kata Rain sambil berjalan terburu-buru ke dalam kamar. Beberapa detik kemudian ia keluar dengan membawa kunci motor.

"Mau kemana malam-malam gini?" Asya mencegat Rain.

"Kak. Please. Aku ada urusan penting. Penting banget."

"Makan dulu."

"Gak sempat," kata Rain dan mendorong Asya pelan. Ia langsung keluar dari rumah.

"Rain!" panggil Asya.

"Aku buru-buru!" teriak Rain dan segera tancap gas.

Rain melajukan motornya. Ia hanya menduga Ghio ada di sebuah tempat. Sebelumnya, Rain tidak pernah kepikiran kesana. Tapi, setelah bersemangat, tiba-tiba saja ia ingat tempat itu.

Ghio menyukai bendungan yang sempat ia tunjukkan. Dan lagi, Rain ingat kata suami Bu Jumi. Ghio sering berdiam diri di rooftop. Mungkin saja, sekarang Ghio ada di sana dan berdiam diri.

Rain mempercepat laju motornya. Sakit tangannya tidak ia pedulikan.

Hingga beberapa menit kemudian Rain sampai di bendungan. Rain turun dari motornya dengan cepat.

Hanya sepi yang Rain dapat. Tak ada Ghio di sana. Melihat itu, hati Rain terasa sesak.

Sampai sekarang, Ghio masih tak muncul. Bahkan di tempat ini, Ghio tidak ada.

Rain menangis dengan bahu melorot.

"Ghio!" tangis Rain.

Sebenarnya dimana pria itu? Apakah Ghio benar-benar pergi meninggalkannya? Kalau memang iya, apa alasannya? Apakah Rain membuat kesalahan?

Bahu Rain bergetar hebat. Malam sepi dan desir air menjadi pelengkap tangis kesedihannya.

"Lo dimana, sih, Ghio Brengsek? Kalau gue ada salah Lo bilang, jangan main pergi gini!" umpat Rain bercampur tangisan.

Bahkan walaupun mengumpat, pria itu tidak muncul juga.

Rain menghapus air matanya dengan kasar. Ia naik ke atas pagar beton dan berdiri di sana.

"Apa gue harus mati dulu baru Lo muncul, hah?" teriak Rain marah. Sepertinya, Rain sudah hilang akal. Rain seperti orang gila.

Tiba-tiba, Rain merasakan tangan yang memeluk pinggangnya. Rain merasa dejavu. Sepertinya, kejadian seperti ini sudah pernah terjadi.

Rain menatap tangan kekar itu. Kepala Rain menoleh ke belakang. Matanya melebar. Rain tidak salah lihat, kan?

"Dasar bodoh! Kamu mau bunuh diri, hah?"

Bibir Rain terangkat ke atas. "Ghio?"

Rain langsung melompat ke dalam pelukan pria itu. Ghio yang tidak siap dengan perlakuan Rain, oleng ke belakang, hingga detik kemudian, keduanya terjatuh. Posisi Rain menimpa tubuh Ghio.

Ghio terkejut dengan kejadian ini. Ia tidak merasakan sakit sama sekali. Namun, tubuhnya sedikit tegang dan kaku. Apalagi, panas mulai menyebar ke seluruh tubuhnya.

Rain seakan tidak peduli dengan apa yang terjadi. Ia memeluk Ghio dengan erat meskipun tubuhnya dalam keadaan menimpa Ghio.

"Kenapa Lo ninggalin gue?" Tangis Rain pecah.

"Lo tahu gak gue sekhawatir apa? Gue capek nyariin Lo kemana-mana...tapi gak ada..."

Rain menumpahkan segala kekesalannya dan kerinduannya.

"Gue sendirian di rumah... Gak ada yang makan masakan gue... Kenapa Lo pergi? Apa salah gue sama Lo?"

Ghio yang mendengar itu merasa bersalah. Ia memang bodoh. Ghio sempat berpikir untuk meninggalkan Rain. Dengan begitu, mungkin perasaannya akan hilang. Ghio menghindari Rain, berharap bisa melupakan gadis itu. Tapi, yang ada, ia malah merindukan gadis itu.

Sekarang, melihat Rain dan mendengar keluhannya, Ghio menjadi semakin merasa bersalah.

"Maaf! Tapi..."

"Aku gak mau kehilangan kamu, Ghio." kata Rain.

Ghio tertegun. Perasaan hatinya tak karuan. Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan.

"Rain," panggil Ghio.

"Apa? Lo mau bilang kalau Lo nyesel, gitu?" marah Rain.

Ghio meneguk ludahnya. Wajah Rain terlalu dekat kepadanya. Apalagi, gadis itu masih menimpa tubuhnya. Tolong, Ghio adalah pria normal.

"Kamu menimpaku!" kata Ghio pelan.

Mata Rain berkedip. Ia menatap ke bawah dan yang dilihatnya adalah dada lebar Ghio. Jantung Rain berdetak cepat tiba-tiba. Detik kemudian, Rain langsung menyingkir dan duduk enteng. Ia menggaruk lehernya dan mengalihkan pandangan ke sembarang tempat.

Ghio segera bangkit dan duduk di samping Rain. Ia merasa lebih baik sekarang.

Ghio menatap Rain yang mengalihkan pandangannya.

"Maaf, Rain," kata Ghio.

Rain langsung menatap pria itu. "Jelasin apa alasan kamu menghilang gitu aja!" Perasaan marah, kesal dan senang menyatu dalam hati Rain. Ia menatap Ghio, menunggu jawaban pria itu.

Ghio sendiri hanya menunduk. Ia tidak berani jujur. Ia takut.

"Jawab!"

Ghio membasahi bibirnya. "Hanya ingin pergi sebentar," katanya pelan.

"Bohong! Kalau gitu, kenapa kamu gak muncul-muncul saat aku panggil?"

"Aku gak dengar."

"Bohong! Buktinya pas aku bilang aku harus mati dulu, baru kamu muncul."

Ghio menunduk terdiam.

Rain berusaha melihat wajah pria itu. "Ghio. Aku tahu ada yang kamu pikirin. Aku mau kamu jujur."

"Aku takut kamu marah."

"Aku janji gak bakal marah."

Ghio mengangkat kepalanya menatap Rain. Ia menatap manik mata gadis itu. "Rain... Aku..."

"Apa? Kamu kenapa?" tanya Rain.

Ghio memantapkan hati. Ia menatap mata gadis itu. "Kita... berbeda."

Hening sejenak. Tak ada suara sama sekali. Bahkan angin seolah-olah ikut berhenti.

"Apa maksud kamu?" tanya Rain bingung.

Ghio menarik napas dalam-dalam. "Kamu tahu itu, Rain. Kita itu berbeda. Aku dan kamu... Kamu tahu, kan, maksud ku? Aku, aku sadar aku hanya hantu."

"Roh." kata Rain menegaskan.

"Ya, sama saja."

"Jadi?" tanya Rain.

Ghio menatap gadis itu. "Kamu manusia. Manusia dan dan hantu itu tidak bisa bersama... Maksudku, kamu tidak bisa terus-menerus bersamaku. Orang-orang akan menatapmu dan menganggap kamu aneh. Ya, perlahan orang akan menyadari itu. Seperti Asya."

"Siapa bilang? Siapa orang yang menganggap ku aneh? Kalau pun iya, memangnya aku peduli?" kata Rain.

"Rain-"

"Jadi ini alasan kamu menghilang gitu aja?" tanya Rain dengan perasaan marah.

Ghio mengangguk.

"Hanya karena itu?" tanya Rain lagi.

Ghio mengangguk ragu.

Rain melipat bibirnya ke dalam. Pandangannya beralih dari Ghio.

"Alasan macam apa itu?" kesal Rain. "Sejak kapan kamu peduli tentang itu, Ghio? Selama ini, kamu baik-baik aja tinggal bareng aku. Kenapa tiba-tiba jadi gini?" marah Rain.

"Sekarang aku tanya. Kamu lebih peduli pandangan orang terhadap aku atau kamu mau lihat aku bahagia?" tanya Rain.

"Aku ingin kamu bahagia, tapi..."

"Kalau gitu, jangan tinggalin aku."

"Rain-"

"Stop, Ghio! Aku gak peduli apa kata orang atau bagaimana orang menilai aku. Aku cuma peduli kamu. Aku gak mau kamu hilang lagi kayak gini. Aku sayang sama kamu, Ghio. Paham, gak, sih?" marah Rain. Air matanya meluncur begitu saja.

Ghio tertegun. Tubuhnya seolah membatu. Apa yang baru saja ia dengar? Rain sayang kepadanya?

Tak bisa Ghio pungkiri bahwa hatinya senang mendengar itu. Tapi, Ghio kembali disadarkan oleh fakta bahwa bagaimana pun, ia hanya hantu.

Ghio menggeleng. "Gak bisa, Rain. Itu salah! Bagaimana pun, aku hanya hantu. Coba pikirkan baik-baik, Rain. Bagaimana kita bisa bersama?"

Rain menggigit pipi dalamnya.

"Rain! Kita benar-benar berbeda."

"Kita sama!" kata Rain cepat.

Ghio menggeleng lemah. "Rain-"

"Kita sama, Ghio! Aku manusia kamu juga manusia."

"Sadar lah, Rain!"

"Kamu masih hidup, Ghio!" kata Rain.

Ghio terdiam. "A-apa maksud kamu?"

Rain tersenyum tulus dengan air mata mengalir. "Kamu masih hidup. Sekarang tubuh kamu terbaring di rumah sakit. Kamu koma."

Mata Ghio melebar dan bergetar. Ia tidak bisa mengucapkan apa pun. Mulutnya seolah di lem rapat.

Ia masih hidup? Apakah ini suatu mujizat?

"Kamu masih hidup, Ghio."

1
Sumringah Jelita
sukses bikin bulu mata basah nih
miilieaa
baru beberapa bab baca udah nagih 🤩
♥Kat-Kit♥
Ceritanya seru banget, tapi kalo lama-lama malah mubazir, update dong thor 🙄
H_L: makasih sudah mampir, kak😁 semoga bisa terus updatenya
total 1 replies
MiseryInducing
cerita ini memicu imajinasiku, aku merasa seakan-akan hidup di dunia lain ketika membacanya.
H_L: makasih sudah mampir kak, jangan bosan-bosan ya😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!