Sakit rasanya ketika aku menyadari bahwa aku hanyalah pelarianmu. Cinta, perhatian, kasih sayang yang aku beri setulus mungkin ternyata tak ada artinya bagimu. Kucoba tetap bertahan mengingat perlakuan baikmu selama ini. Tapi untuk apa semua itu jika tak ada cinta untukku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zheya87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
Sudah tengah malam , namun acara reuni masih belum selesai. Ana sudah ijin pulang lebih dulu sejam yang lalu, katanya anak dan suaminya sedang menunggu. Roy masih asik bersenda gurau dengan kawan-kawan lamanya.
Bahkan beberapa orang mengajak untuk lanjut ke tempat karoke.
Roy membujukku untuk ikut bersama mereka. Namun aku enggan pergi ke tempat seperti itu. Lagi pula aku sudah mengantuk, sudah jam sebelas malam.
“ Ayolah sayang, kita having fan malam ini. “
“ Aku pulang lebih dulu, kamu silahkan bersenang-senang dengan mereka. “ sedikit kesal lalu aku berdiri.
“ Dara , jangan seperti ini dong, jangan bikin malu aku ya “ bisik Roy sambil menggandeng bahuku.
“ ya udah, kalo gitu kamu aja yang pergi. Aku bisa pulang sendiri “
“ tidak. Aku antar kamu dulu. “ jawab Roy sambil menarik tanganku.
“ Hey bro, kalian duluan ya, aku antar istriku pulang dulu. Shareloc tempatnya nanti aku menyusul “ ucap Roy
Sepanjang perjalanan pulang aku hanya diam. Tak habis pikir dengan Roy, bukankah baru tadi siang dia membujukku untuk kembali bersama. Aku yang hampir menyerah dengan hubungan ini kembali menerima dengan sabar meski masih ada sedikit keraguan dalam diriku.
Aku turun dari mobil Roy di depan gerbang, kubiarkan dia melanjutkan pertemuannya dengan teman-temannya. Lampu rumah masih menyala. Saat aku masuk , terlihat mama masih menonton Tv di ruang tengah.
“ Mah, udah tengah malam kok belum tidur? “ tanyaku
“ kamu pulang sendiri Dara? Roy mana ? “ jawab mama
“ Roy masih pergi sama teman-temannya ma, aku ga enak gabung sama laki-laki semua. Jadi aku minta di antar lebih dulu “ jawabku tak ingin membuat mama khawatir.
“ oh begitu? “
“ mama kenapa belum tidur? Sudah tengah malam ma. “ tanyaku lagi.
“ mama tidak bisa tidur nak “
“ ya udah nanti aku temani mama, tunggu sebentar aku ganti baju dulu ya ma “
Setelah membersihkan diri dan mengganti baju dengan piyama aku menuju ke ruang tengah, mama masih duduk di sana.
“ Ayo mah, kita ke kamar. Tidak baik untuk kesehatan mama begadang hingga tengah malam begini. “
“ sejak malam itu mama selalu terbangun tengah malam Dara. Mama merindukan kamu , mama menyesal tak pulang ke rumah hari itu. Jika mama ada dan menemanimu di rumah, mungkin tak akan ada kejadian itu “ mama sambil menangis memelukku.
“ Ma, sudahlah. Aku sudah ikhlas. Mungkin ini takdir Tuhan, Insya Allah menjadi pahala yang besar jika kita sabar dan ikhlas menerimanya “
“ hatimu sungguh mulia nak, Roy sangat beruntung memilikimu. Mama mohon maafkan semua kesalahan Roy. Tolong bertahanlah sebentar lagi. Dia hanya belum menyadari bahwa dia juga mencintaimu. “ mama masih memelukku erat. Aku tak tau harus menjawab apa.
“ ma, ayo kita ke kamar. Aku temani mama tidur ya “ aku membujuk mama.
“ iya nak, kepala mama juga agak pusing. Tolong bantu mama ke kamar ya “
“ baik ma, aku akan temani mama malam ini “ jawabku sambil memapah mama masuk ke kamar.
“ mama sakit? “ tanyaku ketika merasakan tubuh mama sangat demam.
Mama diam tak menjawab. Kubaringkan pelan tubuh mama. Mama memejamkan mata.
“ mama pusing Dara. “ kata mama sambil menarik nafas berat.
" mah, mama sesak nafas juga? " aku semakin panik
“ kita ke rumah sakit ya ma, aku telpon Roy dulu “
tuuutt...... tuuuuut......tuuuutt
Kuhubungi telpon Roy, berulang kali namun tak ada jawaban.
“Roy, mama sakit. Badannya sangat panas, kepalanya pusing juga agak sesak nafas.“
Aku mengirim pesan. Namun tak dibaca.
Aku hubungi sekali lagi, nihil. Roy tak juga mengangkat telponnya.
Tak habis akal aku menghubungi kak Arini. Hanya sekali namun langsung terhubung.
“ Halo kak, kakak belum tidur?”
“ belum Dar, kenapa”
“ Mama demam kak, katanya juga pusing. Aku mau bawa mama ke rumah sakit tapi di rumah ga ada Roy”
“ Hah? Mama sakit lagi? Ya udah kamu siap-siap sekarang. Aku jemput kalian. “
Telpon dimatikan sepihak. Kak Arini terdengar sangat panik. Aku pun bergegas membantu mama bersiap. Kusiapkan pakaian mama seadanya. Tak lama terdengar klakson mobil.
“ Mama, ini arini. Ayo kita ke rumah sakit ma. “
“ ga papa Arini, mama cuma pusing. “
“tidak mah. yo Dar. Eh kamu masih pake baju itu?"
“ Eh aku lupa kak. Aku ganti baju dulu ya. Tunggu sebentar Tidak lama”
Aku kembali ke kamarku di lantai dua, dengan tergesa-gesa aku berlari ke atas. Tiba-tiba kak Arini menegurku.
“ Pelan-pelan jalannya Dara, kamu habis keguguran. Jangan panik gitu. Nanti aku sama mama tunggu kamu di mobil.
“ Iya kak. “ aku pun berjalan pelan ke kamar. Hanya butuh beberapa menit aku sudah siap. Kak Arini sudah menungguku di depan.
“Roy kemana lagi Dar? Sudah tengah malam kok belum pulang sih? “ Kak Arini tampak kesal.
“ Tadi kami bersama ke acara Reuni SMA kak, tapi aku minta pulang lebih dulu. Roy masih ngumpul-ngumpul dulu sama teman-teman cowok. Aku ga enak gabung sama mereka. “ jawabku
“ terus kamu sudah kasih tau ke dia kondisi mama? “
"udah aku chat. Tadi aku telpon tapi ga diangkat kak "
" kebiasaan itu si Roy, kalo keluar malam pasti susah dihubungi. "
Aku diam, tak ingin menambah amarah kak Arini. Segera aku hubungi lagi Roy. Namun hasilnya sama. Tetap tak diangkat.
" Roy, mama sakit. Sekarang aku dan kak Arini menuju ke Rumah Sakit "
Aku mengirimkan pesan chat agar dibaca Roy setelahnya.
Setibanya di Rumah sakit, mama langsung ditangani. Kak Arini terlihat panik, aku coba menenangkannya.
" Kak, yang tenang ya. Kita sudah di Rumah Sakit. Semoga mama cepat ditangani."
" Dara, sebenarnya mama sedang menjalani perawatan penyakit jantung. Aku sudah berkali-kali bilang ke Roy jangan bikin mama marah."
"hah? Mama sakit jantung? "
" malam bu, " Dokter menjeda percakapan kami.
"Dokter, bagaimana keadaan mama ?"
" kondisi pasien sudah stabil. Tekanan darahnya sangat tinggi. Untunglah ibu cepat membawanya kemari. "
" Alhamdulillah. " ucapku
" demamnya masih tinggi, saya sudah kasih obat penurun demam, jika masih demam nanti dibantu kompres sama air hangat."
" baik Dok, terimakasih"
" Oh ya Bu Arini, nanti perawatannya dipindahkan ke poli jantung ya. Di situ perawatannya lebih intensif untuk penyakit jantung, menunggu tindakan selanjutnya "
Aku terkejut, separah itu penyakit mama. Kenapa aku tak pernah tau. Selama ini mama terlihat baik-baik saja.
Aku menemani mama di ruang UGD, sedang kak Arini segera mengurus administrasi agar segera dipindahkan ke ruang perawatan.
Kuhubungi berkali-kali nomornya Roy namun hasilnya tetap sama.
Kamu kemana sih Roy? Jangan melakukan hal yang akan kamu sesali nantinya Roy. Mama sedang tidak baik-baik saja tetapi kamu malah bersenang-senang di luar sana.
Jika hanya aku yang kamu abaikan dan membuatmu kehilangan anak tidak akan membuatmu jera, kali ini aku mohon jangan abaikan mama. Kamu akan menyesal seumur hidupmu.
tuuut....tuuut
Akhirnya telpon tersambung. Aku bernafas lega.
" Halo, "
" Halo Dara, ini aku Rina. "
"Rina? Mana Roy?"
" Roy sedang tidur. Aku sebenarnya tak ingin mengangkat telponmu. Namun Hpnya Roy berisik sangat mengganggu tidurku"
" Jangan gila kamu Rina. Cepat berikan ponselnya sama Roy "
" sabar Dara, orangnya masih tidur kok " Rina semakin menyulut emosiku.
Aku semakin berpikiran yang tidak-tidak tentang Roy dan Rina. Siapa pun pasti punya pemikiran yang sama.
" halo.. Dara? " sepertinya Roy sudah terbangun. Tetapi suaranya agak lain. Dia seperti mabuk.
" Halo , Roy. Aku di rumah sakit Bunda . Mama drop. " lalu aku langsung memutuskan panggilan. Kak Arini sudah selesai , mama segera dipindahkan ke ruang perawatan.