Pata hati terbesar seorang Ayana, ketika dirinya masih pertama kali mengenal cinta dengan seorang pria dewasa yang begitu membuatnya bahagia dan berasa menjadi wanita yang paling dicintai. Tapi sayang kisah cinta yang sudah berjalan lama harus berhenti karena sang kekasih yang merupakan anak dari keluarga berada, harus menerima perjodohan dengan wanita yang setara dengannya. Hal itulah yang membuat Ayana menjadi pata hati dan sulit membuka hati untuk pria lain. Tapi? Enam tahun setelah kejadian itu Ayana yang berprofesi sebagai seorang guru, harus dihadapkan dengan seorang murid yang pendiam dan murung tidak seperti murid lainnya, sejak saat itu pula Ayana mulai mendekati anak tersebut dan tanpa di sadari anak perempuan itu merupakan anak dari sang mantan. Apakah kisah cinta mereka akan bersemi kembali??? Temukan jawabannya hanya Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Gista saat ini sedang bermain di taman belakang rumahnya, tiba-tiba saja anak kecil itu di kejutkan dengan kedatangan Tante nya dari Surabaya.
"Sayang ....!" seru Nadia.
"Hah! Tante Nadia apa kabar," ucap Gista.
"Baik Sayang, kabarmu sendiri gimana?" tanya Nadia.
"Kabar Gista baik Tante," sahutnya, lalu mulai mengajak main Tante nya itu.
Gista begitu bahagia pasalnya anak itu memang sangat jarang sekali bertemu dengan Tante nya karena masing-masing memang memiliki kesibukan yang padat hingga bertemu pun jarang.
"Tante berapa hari nginap di Jakarta?" tanya Gista.
"Kayaknya sih agak lama, karena memang Tante ada pekerjaan baru di sini," sahut Nadia.
"Oh berarti Tante bisa temenin Gista dong," ucap bocah itu dengan riang.
"Eeeemb, gimana ya sayang, mungkin Tante bisanya weekend saja, jadi tidak bisa setiap hari, maaf ya karena Tante punya kesibukan sendiri," sahut Nadia dengan hati-hati.
Seketika senyum di bibir anak itu hilang begitu saja, tidak tahu kenapa Gista merasa kecewa lagi-lagi orang terdekatnya semua sibuk dengan urusan masing-masing, mana ada yang mau bermain Full time bersama anak itu.
"Kenapa ya orang dewasa selalu sibuk, padahal Gista juga pingin di perhatikan," gumam anak itu sendiri.
Nadia mulai memberi hadiah seperti baju, sepatu, boneka dan juga coklat kesukaan Gista, namun sayang tatapan bocah itu seolah kosong karena bukan itu yang dia inginkan melainkan perhatian dari keluarga terdekatnya.
"Sayang ayo ke kamar, Tante sudah bawakan hadiah untuk Gista," ajak Nadia sambil menggandeng tangan keponakannya itu.
Gista hanya menurut tanpa mengeluarkan suara, mungkin anak itu sudah bosan dengan hadiah pemberian seperti ini, yang dia butuhkan bukan hanya sekedar barang, namun juga perhatian dan dukungan dari keluarga terdekat, yang memang jarang ia dapatkan.
"Tara ... Semua hadiah ini untuk Gista!" seru Nadia dengan penuh bahagia.
"Terima kasih Tante," ucap Gista.
"Sama-sama Sayang, ya sudah Tante pamit dulu ya," ijin Nadia yang di angguki oleh Gista.
"Heeeemb, baru saja senang, kenapa harus di tinggal lagi?" tanyanya sendiri.
*****
Di dalam gedung pencakar langit, Andre sedang berdiskusi bersama dengan asisten pribadinya dan juga sekretarisnya mengenai proyek baru yang akan bekerja sama dengan perusahaannya.
"Begini Pak, Klien meminta proyeknya segera di selesaikan dua bulan lagi," ucap Nagita.
"Oh Baiklah, semua akan di tangani dengan baik oleh, Jonathan," sahut Andreas.
"Baik Pak, laporan hari ini selesai dan besok pukul 9 pagi Bapak ada meeting dengan perusahaan Sanjaya Abadi," ucap Nagita yang memang sudah mengatur jadwal atasannya itu.
"Baiklah kalau begitu siapkan semua untuk besok," titah Andreas.
"Kalau begitu saya ijin keluar," sahut Nagita dengan sopan.
Setelah kepergian Nagita Andre dan Ko mulai berdiskusi kembali.
"Jo, bagaimana penyelesaian proyeknya? Apa target bisa di capai?" tanya Andreas.
"Bisa Pak, sekarang pembangun sudah 70% dan bulan depan kemungkinan sudah selesai dan satu bulannya lagi bisa dibuat untuk finishing," sahut Jo dengan rinciannya.
"Baguslah kerja cepat," puji Andreas yang memang selalu puas dengan hasil kerja keras asistennya itu.
Di saat Andre dan Jo sedang berdiskusi tiba-tiba saja Nagita mendapati seorang tamu wanita yang sedang mencari atasannya itu.
"Maaf Kak, mau cari siapa?" tanya Nagita dengan sopan.
"Saya mau cari Mas Andre, dia ada di dalam kan," sahut perempuan itu.
"Benar Pak, Andre sedang ada di dalam tapi beliau sedang berdiskusi dengan Pak Jo, mohon di tunggu 10 menit lagi," ucap Nagita memberi tahu.
"Heh, bilang saja sama dia kalau aku yang mau bertemu," titahnya dengan nada yang begitu sinis.
"Maaf Kak, ini sudah menjadi peraturan dan tidak bisa di ganggu gugat, kalau Kakaknya mau menunggu silahkan dan kalaupun tidak silahkan pergi," ucap Nagita dengan sopan namun sedikit penekanan di kata terakhirnya.
"Songong banget sih kau belum tahu siapa aku," cetus Nadia.
"Siapapun itu yang namanya aturan harus tetap di tegaskan, jangankan Kakak, ibu Retno saja mau kalau di suruh antri," sahut Nagita sedikit membuat mulut Nadia bungkam.
'Ih dasar sekretaris songong belum tahu saja aku ini siapa,' gerutu Nadia di dalam hatinya.
Sepuluh menit kemudian, akhirnya Jo mulai keluar dan Nadia pun di persilahkan untuk masuk.
"Selamat sore Mas Andre," sapa Nadia dengan nada yang mendayu.
"Selamat sore, kapan kau datang?" tanya Andre dengan nada datarnya.
"Tadi siang," sahutnya dengan suara yang dibuat selembut mungkin.
"Kau datang kesini ada urusan apa?" tanya Andre langsung.
"Eeemb gimana ya, sebenarnya kedatanganku kesini hanya ingin memberi tahu saja, kalau aku yang di tugaskan untuk menangani perusahaan itu," sahut Nadia.
"Baiklah Jonathan sudah menanganinya dengan baik, dan seperti yang pihakmu mau 2 bulan lagi proyek itu sudah selesai," ucap Andre.
"Oh begitu, Mas Andre jangan kaku gitu dong, ada adik iparnya datang, ajak makan kek nonton kek, jauh-jauh malah di cuekin seperti ini," pinta Nadia dengan begitu manja.
"Jalan saja sendiri aku masih banyak urusan," sahut Andre.
"Tuh kan mas Andre selalu saja menolak, jika aku ajak," kata Nadia sambil merajuk.
"Ya lagian kamu aneh-aneh saja, temanmu di Jakarta ini banyak kenapa harus dengan aku, yang notabennya kakak iparmu, aku sendiri saja risih jika jalan berdua denganmu," papar Andre.
"Iya, karena aku adik dari kak Maria maka nya kak Andre tidak mau kan jalan denganku!" sentak Nadia.
"Maka dari itu karena kamu adiknya Maria seharusnya kamu mengerti akan posisimu itu," tukas Andre yang memilih untuk pergi karena memang dirinya ada janji di luar sana.
Andre memilih untuk pergi dari pada harus meladeni Nadia, sejak dulu Andre sudah tahu dengan sikap Nadia yang memang mengincarnya setelah kepergian kakaknya, dan hal ini yang membuat Andre risih dengan sikap Nadia yang seperti itu.
Mobil pun sudah melesat ke jalanan dan tidak lama kemudian Andre pun tiba di rumah Ayana, karena memang lusa dia harus meminta perempuan itu jadi mulai sekarang Andre harus memastikan kesiapan Ayana.
"Tok ... Tok ... Tok ..."
"Mas, Andre," ucap Ayana ketika pintu sudah dibuka.
"Gak di ijinkan masuk nih," sahut Andre.
"Gak, rumahku penuh dengan barang kiriman dari Mas Andre," dengus Aya dengan nada kesalnya.
"Kok begitu sih kan barang-barang itu semua untuk menunjang penampilan kamu biar tambah cantik lagi," sahut Andre.
"Tapi gak sebanyak itu, kamu lebay sekali sih," ketus Aya.
"Halah, dasar kamunya saja, di mana-mana perempuan tuh senang di kasih barang-barang nah kamu dari dulu selalu saja menolak, dasar aneh," ucap Andre sambil mencolek hidung mancung Ayana.
"Sudah-sudah ayo masuk," ajak Ayana.
Tanpa mereka sadari di luar sana seorang perempuan cantik sedang mengintai.
"Oh jadi hanya gara-gara perempuan ini kau menolak ajakanku, awas saja kau Mas, aku tidak terima kau perlakukan seperti ini," ancam Nadia.
Catatan penulis:
Selamat siang! Pingin up pagi eh malah ketiduran, maaf ya. Yang penting masih tetap update meskipun terlambat. Dan selamat membaca 🥰🥰🥰🙏🙏🙏
siapa ya yg coba memeras Bu Retno