Ello, seorang dokter pediatri yang masih berduka atas kehilangan kekasihnya yang hilang dalam sebuah kecelakaan, berusaha keras untuk move on. Namun, setiap kali ia mencoba membuka hati untuk wanita lain, keponakannya yang usil, Ziel, selalu berhasil menggagalkan rencananya karena masih percaya, Diana kekasih Ello masih hidup.
Namun, semua berubah ketika Ello menemukan Diandra, seorang gadis misterius mirip kekasihnya yang terluka di tepi pantai. Ziel memaksa Ello menikahinya. Saat Ello mulai jatuh cinta, kekasih Diandra dan ancaman dari masa lalu muncul.
Siapa Diandra? Apakah ia memiliki hubungan dengan mendiang kekasih Ello? Bagaimana akhir rumah tangga mereka?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Kagum
Sebelum Ello sempat bergerak lebih jauh, tangan Diandra yang dingin tapi tegas memegang pergelangan tangannya. "Jangan, Ello," katanya dengan nada tenang namun tegas. "Jika kita kabur, mereka akan mengejar kita dan hal itu akan memperburuk situasi. Aku akan menghadapinya."
"Diandra, kau gila?" Ello menatap Diandra dengan tatapan serius. "Mereka terlalu banyak. Ini tidak masuk akal!"
Sebelum Ello bisa menyuarakan protesnya lebih lanjut, pria-pria di luar kembali mengancam. "Hei, gadis! Cepat keluar! Atau kami akan berbuat kasar."
Diandra menarik napas dalam, ekspresi wajahnya berubah semakin serius. "Percayalah padaku, Ello," katanya sambil menekan tombol untuk membuka kunci pintu mobil. "Kamu tetap di dalam mobil dan kunci mobilnya." titah Diandra tegas.
Ello menatapnya tak percaya. "Diandra! Apa yang kau lakukan?!" bentaknya takut terjadi apa-apa pada Diandra.
Diandra hanya menatapnya sekilas dengan senyumnya tipis dan penuh keyakinan. "Kita bisa melewati ini." la keluar dari mobil dengan tenang, berdiri tegap di depan pria-pria itu.
Ello tak punya pilihan selain ikut keluar dan berdiri di depan Diandra dengan detak jantung semakin liar. Sebagai seorang laki-laki, mana mungkin ia membiarkan Diandra menghadapi semua orang itu sendiri. Jika ia bersembunyi, maka harga dirinya sebagai seorang pria akan hancur.
Salah satu pria menyeringai kejam. "Ah, akhirnya keluar juga. Ello Mahendra, sebaiknya kamu pergi, karena kami tak punya urusan denganmu."
Ello menyunggingkan senyum miring meskipun rasa takut perlahan merayap di hatinya. Demi harga diri, ia berusaha tetap terlihat tenang. "Tidak ada urusan denganku? Lantas, kenapa kalian menyuruhku meninggalkan orangku?"
Ello mengepalkan tinjunya, siap menghadapi apapun. Namun, di sudut matanya, ia melirik Diandra mengubah posisi kakinya sedikit, tanda bahwa ia sudah siap bertarung.
"Ello Mahendra, kami tidak ingin membuat ini sulit," ucap pria yang memegang pentungan besi, suaranya berat dan mengintimidasi. "Tinggalkan gadis itu dan kami akan pergi tanpa insiden."
Ello mengatur napasnya, mencoba tetap tenang meski keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Pria-pria yang mengelilingi mereka tidak main-main.
Sebelum Ello menjawab, Diandra berkata, "Ingin memaksa aku ikut kalian? Kalian tidak punya kualifikasi untuk melakukannya," katanya dingin, kedua matanya menyala penuh ketegasan. "Mimpi!"
Ketegangan di udara semakin pekat. Para pria itu saling pandang, sedikit terkejut dengan reaksi Diandra yang tak terduga. Sejenak suasana hening sebelum salah satu dari mereka menggerakkan tangan, memberi isyarat untuk mulai mendekat.
Ello menahan napas, perasaannya campur aduk antara kekhawatiran dan kekaguman terhadap keberanian Diandra. Apa yang terjadi selanjutnya terasa seperti mimpi buruk yang perlahan terwujud di depan mata mereka.
Pria yang membawa pentungan menatap Diandra dan Ello dengan tatapan tajam. "Jangan paksa kami melakukan kekerasan!"
Diandra maju. "Tidak usah banyak bacot! Maju kalian! " Sebelum Ello sempat berpikir lebih jauh, Diandra langsung melancarkan serangan pada para pria itu., perkelahian pecah dalam sekejap. Dua pria besar menyerbu Ello, namun ia sigap menangkis serangan mereka. Dengan gerakan cepat, ia melompat ke samping,mengayunkan tendangan yang menghantam perut salah satu penyerang hingga mundur terhuyung.
Diandra, yang berada di sisinya, bergerak dengan kecepatan yang tak terduga. Tubuhnya melesat seperti kilat, tangan dan kakinya melayang dengan presisi yang mematikan. Satu pukulan keras menghantam rahang seorang pria, membuatnya terjatuh dengan keras. Saat dua pria lainnya mencoba mendekatinya, Diandra berputar dan melompat, kakinya menyapu wajah mereka dalam satu gerakan melingkar. Mereka roboh hampir bersamaan, terkapar di atas tanah.
Ello sempat terkejut melihat kelincahan Diandra, tapi tak ada waktu untuk berhenti. la kembali fokus menghadapi pria lain yang datang dari samping, melepaskan serangkaian pukulan dan tendangan. Namun, di saat itulah, ia merasakan bahaya dari belakang. Sebelum sempat berbalik, Diandra sudah lebih dulu melompat ke arahnya, melindunginya dari serangan yang nyaris menghantam punggungnya. Satu gerakan siku Diandra menghantam penyerang itu di leher, membuatnya jatuh pingsan.
"Terima kasih," ucap Ello terengah-engah, kekaguman di matanya tak bisa disembunyikan. Namun, kekaguman itu hanya berlangsung sesaat, karena salah satu pria dengan cepat mengeluarkan pistol dan mengarahkannya ke Diandra.
"Berhenti atau aku tembak!" Suara pria itu menggema penuh ancaman.
Mata Diandra menyipit, dengan cepat menilai situasi. Di ujung pandangannya, ia melihat sebuah batu seukuran genggaman tangan. Tanpa ragu, ia menunduk secepat kilat dan meraih batu itu, melemparkannya dengan akurasi sempurna.
"Arghh...." Batu itu mengenai tangan pria yang memegang senjata, membuatnya berteriak kesakitan dan menjatuhkan pistolnya. Gerakan Diandra begitu cepat hingga pria itu tak sempat bereaksi apapun.
Saat para pria lain berebut hendak mengambil senjata yang jatuh, Diandra melompat. la melintasi beberapa pria dengan gerakan salto yang anggun dan mengesankan, tangan dan kakinya mendarat di punggung dan bahu lawan dengan ketepatan luar biasa. Dengan satu gerakan, ia merebut pistol yang baru saja disentuh oleh salah satu pria.
Ello menatapnya dengan mata terbelalak, napasnya tercekat melihat aksi heroik Diandra. Meskipun sebelumnya ia yakin Diandra memiliki kemampuan bela diri, namun melihat gadis itu bergerak secepat kilat dan begitu luwes seperti ini benar-benar di luar dugaannya. Para pria yang tersisa nampak ragu, mereka melangkah mundur melihat Diandra memegang senjata dengan percaya diri.
"DORR...."
"Arghh...."
Diandra menembak kaki salah seorang pria itu dengan presisi, membuat pria tersebut jatuh berlutut kesakitan. Ello terkejut melihat aksi Diandra yang begitu terampil dalam menggunakan senjata dan mampu menembak dengan akurasi sempurna.
Melihat aksinya saat berkelahi, cara ia menggunakan senjata, serta ekspresinya yang begitu fokus, Diandra terlihat seperti agen rahasia, sesuatu yang hanya pernah Ello lihat di film-film. Dalam hati, Ello bertanya-tanya siapa Diandra sebenarnya dan apa latar belakangnya.
"Siapa lagi yang mau coba?" tanya Diandra dingin, suaranya tajam. Para pria saling pandang, ketakutan mulai terlihat di wajah mereka, dan satu per satu, mereka mundur, meninggalkan Ello dan Diandra yang masih berdiri di tengah jalan.
Ello menatap Diandra dengan perasaan campur aduk. Senyuman hangat dan tatapan penuh syukur yang biasanya terpancar dari wajah Diandra berubah seketika saat situasi menjadi berbahaya. Tak ada lagi Diandra yang penuh kasih sayang membelai kepala Ziel lembut. Diandra saat ini tampak seperti orang yang benar-benar berbeda, dengan ekspresi yang dingin dan penuh kewaspadaan, seolah-olah siap menghadapi apa pun yang datang.
Diandra mengeluarkan sisa peluru dari pistol dan berkata, "Bawa barang kalian!" Ia melemparkan pistol itu ke arah salah satu pria, yang dengan sigap menangkapnya.
Ello menghela napas lega saat para pria itu akhirnya pergi. Ia menoleh ke arah Diandra dengan tatapan penuh rasa kagum dan keheranan. "Aku tak menyangka kau bisa berkelahi dan menembak sebaik itu," ujarnya, nada suaranya masih terdengar tak percaya.
Diandra yang sedang menghapus keringat di dahinya, matanya menatap Ello sejenak dengan pandangan bingung, seakan berusaha mengingat sesuatu. Senyum tipis muncul di wajahnya, meskipun samar. "Aku... tidak tahu bagaimana aku bisa melakukannya," katanya, nada suaranya penuh kebingungan dan ketidakpastian. "Saat situasi seperti tadi terjadi, tubuhku seolah bergerak sendiri."
Ello mengernyit, melihat ketidaktahuan di mata Diandra. "Kau melakukannya seperti seorang profesional, Diandra. Kau yakin tidak ingat apa-apa tentang masa lalumu?"
...🌸❤️🌸...
.
To be continued